Batang, Jawa Tengah (ANTARA) - Sentra Jamur Batang berada di Desa Lebo, Warungasem Batang, Jawa Tengah. Seorang pengelola unit usaha ini adalah Nur Adilatus Shidqiy, perempuan berusia 25 tahun, yang juga tenaga pendamping lembaga sosial nirlaba Dompet Dhuafa.
Konsep pengelolaan Sentra Jamur Batang yakni memproduksi jamur tiram untuk memberdayakan masyarakat kurang mampu di sekitarnya. Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui produksi jamur yang dibantu Dompet Dhuafa dan juga mitranya.
Usaha Sentra Jamur Batang sempat mengalami tantangan sekitar satu tahun sejak beroperasinya, yakni dari 2019 sampai 2020. Dari tantangan di awal itu, Dila -- panggilan akrab Nur Adilatus Shidqiy-- mempelajari bahwa kunci utama sebuah usaha yang sukses adalah tahu posisi pasar.
Pada awal 2019 pengelola merintis Sentra Jamur Batang di Reban, Batang, dengan mendirikan dua unit rumah jamur (kumbung) untuk memproduksi jamur. Namun, karena letak pasar tradisional yang cukup jauh dari lokasi kumbung, maka petani hanya bisa menjual jamur lebih banyak ke pengepul.
Kondisi itu membuat harga jual tidak bisa disesuaikan dengan ongkos produksi, tapi sangat tergantung penawaran. Puncaknya pada saat panen raya 2020, beberapa kuintal jamur tidak terjual, sehingga merugi.
Sejak 2022, Dila kemudian memindahkan produksinya ke Desa Lebo, Warungasem. Lokasi ini dekat dengan beberapa pasar tradisional. Sejak itu, pemasaran jamur bisa langsung ke pedagang atau pedagang dari pasar yang datang langsung menyerap jamur-jamur yang dihasilkan para petani.
Para petani bisa leluasa menentukan harga jual jamur sesuai ongkos produksi yang dikeluarkan. Jika dulu pengepul mengambil harga antara Rp9.000 - Rp10.000, kini bisa naik di angka Rp12.000 per kilogram.
Di Desa Lebo, Warungasem, sentra jamur ini memiliki tiga unit kumbung yang dikelola Dompet Dhuafa dan satu kumbung yang dikelola oleh mitra Dompet Dhuafa. Satu kumbung dapat menampung kapasitas hingga 10.000 media tumbuh (baglog).
Sementara itu, jamur tiram adalah jenis saprofit, yakni jamur yang media tumbuhnya dari daun mati, serbuk kayu, mulsa kulit kayu, dedak, pupuk kandang, dan beraneka benda hidup yang sudah mati lainnya. Karena itu, menurut para petani jamur tiram di Batang, Jawa Tengah, mereka bisa hidup berkat sesuatu yang tumbuh di atas kematian.
Penerima manfaat
Salah seorang penerima manfaat program Dompet Dhuafa di Sentra Jamur Batang adalahg Urbaningsih (55). Dia bekerja sebagai tenaga budi daya.
Sehari-harinya pekerjaan Urbaningsih mulai dari membersihkan media tanam (baglog), menyirami jamur jika suhu ruangan kumbung terlalu panas, hingga memetik jamur yang siap panen.
Urbaningsih biasa memetik antara 80-90 kilogram jamur per hari dari satu kumbung.Jika ditotal per musim tanam atau sekitar enam bulan, satu kumbung bisa menghasilkan jamur berkisar dua hingga tiga ton. Hasil yang cukup banyak.
Namun demikian, karakteristik tanaman jamur yang sudah siap panen, tidak bisa bertahan lebih dari 24 jam di suhu ruangan (antara 23-27 derajat Celsius). Setelah dipanen, jamur harus langsung dijual atau diolah ke bentuk yang lebih tahan lama. Di Sentra Jamur Batang, jamur dikeringkan, dibuat keripik hingga bumbu kaldu untuk menyiasati durasi ketahanan jamur yang terbatas itu.
Perjuangan Urbaningsih dan lima penerima manfaat Dompet Dhuafa yang bekerja di Sentra Jamur Batang yang penuh siasat itulah yang membuat mereka amat menghargai kehidupan sebagai petani jamur. Jamur telah menghidupi mereka. Oleh karenanya, mereka berupaya agar jamur yang sudah dipanen tidak menjadi sia-sia.
Usia bukan halangan bagi para penerima manfaat program Dompet Dhuafa di Kabupaten Batang, untuk tetap bekerja dengan cekatan. Mereka sudah berusia rata-rata di atas 40 tahun. Namun, mereka masih awas mengamati mana jamur yang mesti dipanen saat itu juga dan mana yang belum bisa dipanen.
Selain itu, karena Sentra Jamur Batang membudidayakan pertumbuhan jamur tiram di suhu ruangan, otomatis jamur mesti disiram rutin setiap sore saat masuk masa inkubasi (setelah tumbuh sekitar 1,5 bulan). Iklim alami jamur ialah area lembab dan dingin, udara panas akan cepat membuat jamur berwarna kecoklatan pada sisi kepalanya karena kekeringan.
Kendati demikian, membudidayakan jamur di dataran rendah menghasilkan kualitas jamur yang lebih baik dari dataran tinggi. Kendati di dataran tinggi lebih dingin.Jamur yang dihasilkan di dataran tinggi akan lebih lembek dan lebih basah. Sementara di dataran rendah, jamur cenderung lebih bertekstur dan kering. Jamur yang lembek dan basah kerap mendapat komplain dari para pembeli karena berpengaruh pada kadar air dalam jamur tersebut.
Baca juga: Jamur morel plasma nutfah langka di Gunung Rinjani Lombok
Baca juga: Kemenaker RI mengucurkan dana kembangkan budidaya jamur di Mandalika
Supervisor Fundraising & Strategic Partnership Dompet Dhuafa Jawa Tengah, Handhita Timur, mengatakan aktivitas para petani di Sentra Jamur Batang bisa berjalan karena dukungan pengembangan masyarakat dari dana zakat para donatur Dompet Dhuafa. Dana zakat dari donatur diperbantukan untuk operasional dari Sentra Jamur Batang.
Dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS) yang terkumpul di Dompet Dhuafa Jawa Tengah pada 2022 mencapai Rp10 miliar, sekitar 30-40 persennya dialokasikan untuk pengembangan UMKM sekitar. Dana ZIS untuk UMKM itu sudah diterima oleh 7.500 penerima manfaat di 34 kabupaten/kota se-Jawa Tengah.
Kendati demikian, dana ZIS aelama ini masih lebih banyak alokasinya untuk kesehatan dan pendidikan, dengan persentasenya berkisar 40-50 persen. Selain itu, dana ZIS dialokasikan juga untuk mendukung kegiatan sosial dan dakwah.