Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI Rycko Amelza Dahniel posisi Indonesia dalam Global Terrorism Index semakin baik, yakni berada pada kategori terdampak sedang atau medium impacted.
"Posisi Indonesia, kami laporkan, dalam Global Terrorism Index semakin baik, dalam kategori medium impacted," kata Rycko dalam sambutannya pada Acara Puncak Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-13 BNPT RI di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Jumat.
Selain itu, Rycko mengatakan bahwa kasus serangan teror di Indonesia dalam rentang waktu 2018–2023 juga terus menurun. "Penurunan ini sangat tajam sampai dengan 89 persen lebih, indeks potensi radikalisme dan indeks risiko terorisme juga terus menurun," rinci Kepala BNPT.
Namun begitu, Ryko mengingatkan semua pihak untuk tidak mudah berpuas diri dengan tren penurunan tersebut. Ia meminta agar tetap waspada terhadap dinamika gerakan terorisme yang muncul di bawah permukaan. "Dari sel-sel jaringan terorisme yang mulai menyusup ke sendi-sendi kehidupan warga dan bernegara," imbuhnya.
Dia menjelaskan, kelompok terorisme mulai mengubah pendekatannya, yakni dari hard menjadi soft approach dan dari bullet menjadi ballot strategy. Sel-sel terorisme itu, sambung Rycko, menggunakan jubah agama di permukaan, sementara di bawah permukaan melakukan gerakan ideologi secara sistematis, masif, dan terencana.
"Mereka terus melakukan konsolidasi, melakukan rekrutmen, dan penggalangan dana dengan berbagai cara," ucapnya.
Kemajuan teknologi dan masa pandemi COVID-19, ucap Kepala BNPT, turut mendorong masif-nya radikalisasi secara online yang melahirkan self-radicalization dan lone-wolf. Lebih lanjut, Rycko menyebut remaja, anak-anak, dan perempuan menjadi kelompok rentan terkait terorisme. Khusus remaja, berdasarkan hasil penelitian Setara Institute, menunjukkan bahwa tren ideologi kekerasan di kalangan siswa cenderung meningkat.
"Di kalangan generasi penerus bangsa ini, ini tantangan kita. Pemahaman wawasan kebangsaan, sejarah perjuangan kemerdekaan, dan budi pekerti menjadi penting dalam proses pembelajaran di semua jenjang pendidikan," tuturnya.
Baca juga: Keberadaan BNPT turunkan kuantitas aksi terorisme
Baca juga: "Asik Bang" jadi daya tangkal pemuda dari radikalisme
Pada kesempatan itu, Rycko mengucapkan terima kasih kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) RI Mahfud MD, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, dan Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono. Kepala BNPT menyampaikan penghargaan tertinggi kepada Menko Polhukam, Kapolri, dan Panglima TNI atas dukungannya dalam penanggulangan terorisme di Indonesia.
"Posisi Indonesia, kami laporkan, dalam Global Terrorism Index semakin baik, dalam kategori medium impacted," kata Rycko dalam sambutannya pada Acara Puncak Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-13 BNPT RI di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Jumat.
Selain itu, Rycko mengatakan bahwa kasus serangan teror di Indonesia dalam rentang waktu 2018–2023 juga terus menurun. "Penurunan ini sangat tajam sampai dengan 89 persen lebih, indeks potensi radikalisme dan indeks risiko terorisme juga terus menurun," rinci Kepala BNPT.
Namun begitu, Ryko mengingatkan semua pihak untuk tidak mudah berpuas diri dengan tren penurunan tersebut. Ia meminta agar tetap waspada terhadap dinamika gerakan terorisme yang muncul di bawah permukaan. "Dari sel-sel jaringan terorisme yang mulai menyusup ke sendi-sendi kehidupan warga dan bernegara," imbuhnya.
Dia menjelaskan, kelompok terorisme mulai mengubah pendekatannya, yakni dari hard menjadi soft approach dan dari bullet menjadi ballot strategy. Sel-sel terorisme itu, sambung Rycko, menggunakan jubah agama di permukaan, sementara di bawah permukaan melakukan gerakan ideologi secara sistematis, masif, dan terencana.
"Mereka terus melakukan konsolidasi, melakukan rekrutmen, dan penggalangan dana dengan berbagai cara," ucapnya.
Kemajuan teknologi dan masa pandemi COVID-19, ucap Kepala BNPT, turut mendorong masif-nya radikalisasi secara online yang melahirkan self-radicalization dan lone-wolf. Lebih lanjut, Rycko menyebut remaja, anak-anak, dan perempuan menjadi kelompok rentan terkait terorisme. Khusus remaja, berdasarkan hasil penelitian Setara Institute, menunjukkan bahwa tren ideologi kekerasan di kalangan siswa cenderung meningkat.
"Di kalangan generasi penerus bangsa ini, ini tantangan kita. Pemahaman wawasan kebangsaan, sejarah perjuangan kemerdekaan, dan budi pekerti menjadi penting dalam proses pembelajaran di semua jenjang pendidikan," tuturnya.
Baca juga: Keberadaan BNPT turunkan kuantitas aksi terorisme
Baca juga: "Asik Bang" jadi daya tangkal pemuda dari radikalisme
Pada kesempatan itu, Rycko mengucapkan terima kasih kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) RI Mahfud MD, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, dan Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono. Kepala BNPT menyampaikan penghargaan tertinggi kepada Menko Polhukam, Kapolri, dan Panglima TNI atas dukungannya dalam penanggulangan terorisme di Indonesia.