Mataram (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Nusa Tenggara Barat membatalkan rencana masuknya 500 ekor sapi impor asal Australia karena kekhawatiran berisiko tinggi menularkan penyakit Lumpy Skin Diseses (LSD) pada hewan ternak yang ada di wilayah itu.

"Rencana masuknya 500 ekor sapi itu tidak jadi, karena dikhawatirkan risiko tinggi terkena penyakit LSD," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB, Muhammad Riadi di Mataram, Kamis.

Ia menjelaskan NTB sebagai daerah yang bebas dari penyakit LSD, melarang masuknya sapi-sapi dari daerah yang terjangkit LSD, sehingga rencana penggemukan 500 ekor sapi jenis brahman cross untuk kebutuhan Rumah Potong Hewan (RPH) Banyumulek, Lombok Barat yang dikelola oleh PT Atra Begawan Nusantara urung dilakukan.

"Memang sapi dari Tangerang itu sapi impor dari Australia tapi diturunkan di Tanggerang. Tapi karena lalu lintasnya melewati daerah LSD Jawa, sehingga tidak boleh dilalulintaskan ke daerah yang bebas LSD," terangnya.

Menurut Riadi, di Indonesia penyakit LSD ini sudah menjangkiti Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Sementara, NTB, Bali, NTT masih bebas dari penyakit LSD.

Baca juga: Kemenkop UKM komitmen tingkatkan produksi susu segar
Baca juga: Disdag Mataram menyarankan Distan siapkan daging sapi beku selama Maulid

"Dari analisis bila sapi-sapi itu dikirim ke NTB risiko-nya tinggi sekali makanya untuk mencegah, rencana itu akhirnya dibatalkan," tegas mantan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB ini.

Lebih lanjut Riadi mengakui, pihaknya pernah mengusulkan agar investor mengimpor sapi langsung dari Australia. Karena di beberapa negara bagian Australia bebas dari LSD. Hanya saja, NTB belum memiliki pelabuhan untuk ternak, sehingga rencana itu pun urung dilakukan.

"Pelabuhan kita tidak siap untuk hewan ternak. Karena kalau datang ratusan ekor, sapi tinggal diturunkan saja. Makanya karena pelabuhan tidak bisa, investor kesulitan," katanya.



 

Pewarta : Nur Imansyah
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024