Jakarta (ANTARA) - Sejumlah akademisi mengemukakan rokok elektronik atau vape memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional.
"Kami perlu meyakinkan perokok bahwa beralih ke produk tembakau alternatif akan jauh lebih rendah risikonya daripada merokok. Akan tragis jika ribuan perokok yang ingin bisa beralih dengan bantuan produk tembakau alternatif jadi terhambat karena takut," kata Direktur Peningkatan Kesehatan Public Health England (PHE), Prof John Newton dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Dalam penelitian yang dipublikasikan berjudul "Evidence Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco Products" pada 2018, John mengatakan rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan mampu mengurangi paparan risiko hingga 90-95 persen lebih rendah daripada rokok konvensional.
Baca juga: Seorang anak 2 tahun keracunan vape
Baca juga: Benarkah vape lebih aman dari rokok konvensional?
Dalam keterangan yang sama, Associate Medical di British Heart Foundation, Prof Jeremy Pearson mengemukakan rokok mampu memperbaiki kualitas kardiovaskular. Ia menyebutkan produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah terhadap kardiovaskular dibandingkan merokok.
Penelitian ini melakukan observasi terhadap 114 orang, yang telah merokok setidaknya 15 batang sehari selama dua tahun.
Hasilnya, ucap dia, dalam rentang waktu satu bulan setelah beralih dari rokok ke produk tembakau alternatif, kondisi pembuluh darah, termasuk tekanan dan kekakuan arteri, mulai membaik.
"Penelitian ini menunjukkan bahwa rokok elektronik memiliki risiko yang lebih rendah bagi pembuluh darah anda dibandingkan merokok. Hanya dalam satu bulan setelah beralih, kesehatan pembuluh darah mereka sudah mulai pulih," ujarnya.
Di Indonesia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung juga melakukan kajian klinis dengan judul "Respons Gusi pada Pengguna Vape (Rokok Elektronik) Saat Mengalami Peradangan Gusi Buatan (Gingivitas Experimental)".
Baca juga: Dokter spesialis paru sebutkan toksisitas vape nyata
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana produk tembakau alternatif memiliki dampak bagi pertahanan gusi terhadap bakteri plak gigi pada pengguna vape dibandingkan pada perokok yang tidak beralih.
"Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengguna vape yang telah berhenti dari merokok menunjukkan perbaikan kualitas gusi yang sama seperti yang dialami oleh non-perokok. Artinya, kondisi pertahanan gusi pengguna vape (rokok elektronik) telah kembali normal," tutur Peneliti Unpad, Prof Amaliya.
Baca juga: Akademisi dukung pemanfaatan tembakau alternatif
"Kami perlu meyakinkan perokok bahwa beralih ke produk tembakau alternatif akan jauh lebih rendah risikonya daripada merokok. Akan tragis jika ribuan perokok yang ingin bisa beralih dengan bantuan produk tembakau alternatif jadi terhambat karena takut," kata Direktur Peningkatan Kesehatan Public Health England (PHE), Prof John Newton dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Dalam penelitian yang dipublikasikan berjudul "Evidence Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco Products" pada 2018, John mengatakan rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan mampu mengurangi paparan risiko hingga 90-95 persen lebih rendah daripada rokok konvensional.
Baca juga: Seorang anak 2 tahun keracunan vape
Baca juga: Benarkah vape lebih aman dari rokok konvensional?
Dalam keterangan yang sama, Associate Medical di British Heart Foundation, Prof Jeremy Pearson mengemukakan rokok mampu memperbaiki kualitas kardiovaskular. Ia menyebutkan produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah terhadap kardiovaskular dibandingkan merokok.
Penelitian ini melakukan observasi terhadap 114 orang, yang telah merokok setidaknya 15 batang sehari selama dua tahun.
Hasilnya, ucap dia, dalam rentang waktu satu bulan setelah beralih dari rokok ke produk tembakau alternatif, kondisi pembuluh darah, termasuk tekanan dan kekakuan arteri, mulai membaik.
"Penelitian ini menunjukkan bahwa rokok elektronik memiliki risiko yang lebih rendah bagi pembuluh darah anda dibandingkan merokok. Hanya dalam satu bulan setelah beralih, kesehatan pembuluh darah mereka sudah mulai pulih," ujarnya.
Di Indonesia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung juga melakukan kajian klinis dengan judul "Respons Gusi pada Pengguna Vape (Rokok Elektronik) Saat Mengalami Peradangan Gusi Buatan (Gingivitas Experimental)".
Baca juga: Dokter spesialis paru sebutkan toksisitas vape nyata
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana produk tembakau alternatif memiliki dampak bagi pertahanan gusi terhadap bakteri plak gigi pada pengguna vape dibandingkan pada perokok yang tidak beralih.
"Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengguna vape yang telah berhenti dari merokok menunjukkan perbaikan kualitas gusi yang sama seperti yang dialami oleh non-perokok. Artinya, kondisi pertahanan gusi pengguna vape (rokok elektronik) telah kembali normal," tutur Peneliti Unpad, Prof Amaliya.
Baca juga: Akademisi dukung pemanfaatan tembakau alternatif