Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyebutkan kasus stunting di Kota Mataram saat ini tercatat mengalami penurunan signifikan dari 11,98 persen menjadi 8,9 persen atau 2.197 balita.

"Alhamdulillah, kasus stunting di Mataram kini sudah satu digit yakni 8,9 persen atau sudah melampaui target nasional sebesar 14 persen," kata Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana di Mataram, Rabu.

Wali kota yang didampingi Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mataram dr Emirald Isfihan mengatakan pencapaian tersebut karena adanya kerja organisasi perangkat daerah (OPD) terkait baik di Dinas Kesehatan, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) serta OPD-OPD terkait lainnya.

Ia mengatakan keberhasilan Kota Mataram menurunkan angka stunting tersebut merupakan hasil kerja keras bersama termasuk partisipasi dari PKK, organisasi wanita di Kota Mataram, serta peran para kader di lapangan.

"Capaian ini harus terus ditingkatkan, guna mencapai target terendah bahkan jika memungkinkan kita bisa berada pada nol kasus stunting," katanya.

Baca juga: Angka risiko stunting di Mataram turun menjadi 7.041 keluarga
Baca juga: Atasi stunting, Pemkot Mataram terapkan program orang tua asuh

Karena itu, berbagai program program dan skenario percepatan penurunan stunting yang sudah dilaksanakan harus terus diperkuat dan ditingkatkan.

"Semua OPD harus saling bahu membahu untuk menuntaskan stunting yang menjadi isu nasional, termasuk dengan inflasi, dan kemiskinan," katanya.

Sementara Kepala Dinkes Kota Mataram Emirald Isfihan yang usai dilantik sebagai Kepala Dinas Kesehatan definitif mengatakan,
untuk mencapai penurunan angka stunting secara maksimal terus dilakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait termasuk memperkuat peran kader dalam memberikan edukasi melalui kegiatan posyandu keluarga (posga).

"Kami juga tidak hanya menunggu warga datang ke posga atau posyandu, tetapi kita juga melakukan layanan dari pintu ke pintu (door to door), dan pendampingan," katanya.

Layanan "door to door" terhadap balita stunting dilakukan oleh tim ahli gizi di 11 puskesmas se-Kota Mataram.

"Tim ahli gizi ini memantau pemberian makanan pendamping sekaligus mendampingi balita stunting ke poliklinik stunting di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram," katanya.

Baca juga: Dinkes Mataram berikan pelayanan dari pintu ke pintu tekan kasus stunting
Baca juga: Dinkes Mataram intensifkan pendampingan balita stunting di Kecamatan Sekarbela

Dalam layanan kasus stunting, Dinkes lebih fokus melakukan penanganan terhadap balita usia 6-23 bulan, sedangkan di atas itu sampai usia lima tahun tetap diintervensi melalui melalui program berbeda termasuk kasus stunting dengan penyakit bawaan.

Untuk penanganan stunting dengan penyakit penyerta, katanya, diakuinya belum bisa didapat data signifikan sebab prosesnya panjang sehingga butuh waktu penanganan dan pendampingan lebih lama.

"Kami harus selesaikan dulu penyakitnya, pendampingan penyakit, barulah bisa intervensi tumbuh kembang sehingga bisa terlihat progres pertumbuhannya," katanya.


Baca juga: Mataram menggiatkan penyuluhan tentang pencegahan stunting
Baca juga: Penurunan kasus stunting di Mataram lampaui target nasional
 

Pewarta : Nirkomala
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024