Mataram (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), menyebutkan belasan rumah warga pesisir Pantai Mapak Indah, Sekarbela, rusak akibat abrasi pantai sebagai dampak cuaca ekstrem yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kota Mataram Mahfuddin Noor di Mataram, Jumat, mengatakan data terakhir yang dihimpun, jumlah rumah yang rusak akibat abrasi pantai yang terjadi Rabu-Kamis (13-14/3) antara 11-15 unit.
"Itu masih data sementara, sebab hari ini kami masih melakukan asesmen terhadap rumah yang terdampak. Apalagi cuaca ekstrem angin kencang dan abrasi pantai masih berpotensi terjadi," katanya.
Menurutnya, rumah yang terdampak abrasi tersebut merupakan rumah kosong yang sudah ditinggal pemiliknya ke hunian sementara (huntara), yang sudah disiapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram.
Baca juga: Cuaca ekstrem di Mataram diperkirakan hingga 10 hari ke depan
Warga di pesisir Pantai Mapak Indah sudah dievakuasi sejak pertengahan Februari 2024 ke huntara, sesuai dengan prediksi cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) saat itu sebagai langkah antisipasi dampak abrasi pantai ketika cuaca ekstrem terjadi.
"Hanya saja tahun ini cuaca ekstrem yang biasa diprediksi terjadi menjelang Hari Raya Imlek, mundur jadi saat Ramadhan," katanya.
Sementara terkait dengan penanganan lebih lanjut terhadap warga yang masih berada di lapis kedua pesisir pantai, kata dia, segera dikoordinasikan dengan berbagai pihak terkait.
"Untuk warga yang berada di lapis kedua segera kami tangani ketika kondisi cuaca sudah melandai," katanya.
Menyinggung tentang kondisi pesisir pantai pada titik lain seperti di kawasan Bintaro, Penghulu Agung, dan titik-titik lainnya, menurutnya, sejauh ini relatif landai.
"Kendati demikian tim kami tetap turun pantau," kata Mahfuddin Noor.
Baca juga: Puluhan rumah warga pesisir Ampenan Mataram terkena dampak abrasi
Baca juga: Pemkot Mataram imbau masyarakat waspadai cuaca ekstrem
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kota Mataram Mahfuddin Noor di Mataram, Jumat, mengatakan data terakhir yang dihimpun, jumlah rumah yang rusak akibat abrasi pantai yang terjadi Rabu-Kamis (13-14/3) antara 11-15 unit.
"Itu masih data sementara, sebab hari ini kami masih melakukan asesmen terhadap rumah yang terdampak. Apalagi cuaca ekstrem angin kencang dan abrasi pantai masih berpotensi terjadi," katanya.
Menurutnya, rumah yang terdampak abrasi tersebut merupakan rumah kosong yang sudah ditinggal pemiliknya ke hunian sementara (huntara), yang sudah disiapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram.
Baca juga: Cuaca ekstrem di Mataram diperkirakan hingga 10 hari ke depan
Warga di pesisir Pantai Mapak Indah sudah dievakuasi sejak pertengahan Februari 2024 ke huntara, sesuai dengan prediksi cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) saat itu sebagai langkah antisipasi dampak abrasi pantai ketika cuaca ekstrem terjadi.
"Hanya saja tahun ini cuaca ekstrem yang biasa diprediksi terjadi menjelang Hari Raya Imlek, mundur jadi saat Ramadhan," katanya.
Sementara terkait dengan penanganan lebih lanjut terhadap warga yang masih berada di lapis kedua pesisir pantai, kata dia, segera dikoordinasikan dengan berbagai pihak terkait.
"Untuk warga yang berada di lapis kedua segera kami tangani ketika kondisi cuaca sudah melandai," katanya.
Menyinggung tentang kondisi pesisir pantai pada titik lain seperti di kawasan Bintaro, Penghulu Agung, dan titik-titik lainnya, menurutnya, sejauh ini relatif landai.
"Kendati demikian tim kami tetap turun pantau," kata Mahfuddin Noor.
Baca juga: Puluhan rumah warga pesisir Ampenan Mataram terkena dampak abrasi
Baca juga: Pemkot Mataram imbau masyarakat waspadai cuaca ekstrem