Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkapkan industri sektor padat karya perlu menjadi perhatian terkait tutupnya pabrik sepatu PT Sepatu Bata Tbk (BATA) di Purwakarta, Jawa Barat.
"Jadi hal semacam ini, industri padat karya kita harus menjadi perhatian, karena kita melihat bahwa kalau investasi yang masuk saat ini juga mulai beralih dari sektor padat karya ke padat modal, karena akan semakin sulit bagi sektor padat karya saat ini," ujar Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani di Jakarta, Rabu.
Shinta mengatakan memang melihat secara menyeluruh dari faktor demand di mana bukan hanya domestik, melainkan juga demand dari luar dan dia melihat demand ekspor menurun tajam.
"Ini kembali lagi soal cost yang terus meningkat, dan pada akhirnya perusahaan seperti Bata walaupun sudah hadir begitu lama di Indonesia harus melihat apakah masih feasible sebagai bisnis," katanya.
Memang dilihat saat ini dari kondisi yang ada, dengan competitivenes (daya saing) dan hal-hal lainnya dianggap tidak feasible bagi mereka untuk terus berlanjut. Dengan kondisi geopolitik yang terjadi dan dampaknya mempengaruhi terhadap Indonesia, ini juga mempengaruhi penyerapan (absorb) pasar luar dan hal itu untuk pasar ekspor.
Sedangkan untuk pasar domestik mesti melihat dari faktor daya beli, karena dengan kondisi seperti ini maka daya beli pastinya ada penurunan yang harus diperhatikan.
"Jadi dari segi industri seperti Bata itu bukan hanya sekarang, tetapi dia juga on going sudah melakukan evaluasi dan juga melihat dengan kondisi sekarang yang semakin memburuk sehingga dia tidak bisa bertahan lagi," kata Shinta.
Sebagai informasi, pabrik sepatu milik PT Sepatu Bata Tbk (BATA) di Purwakarta, yang telah berdiri sejak 1994, resmi ditutup per 30 April 2024.
Penghentian produksi pabrik sepatu yang berlokasi di Jalan Raya Cibening, Kecamatan Bungursari, Purwakarta itu diumumkan melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2 Mei 2024.
Baca juga: Pabrik BSL mulai beroperasi di NTB
Baca juga: Investor Finlandia merencanakan bangun pabrik bata plastik di NTB
Director and Corporate Secretary BATA Hatta Tutuko dalam keterangannya kepada BEI pada 2 Mei 2024 menjelaskan alasan dari penutupan pabrik di Purwakarta karena perusahaan tak mampu lagi melanjutkan produksi di pabrik sepatu Purwakarta.
Hatta menjelaskan permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di pabrik juga terus menurun.
"Sepatu Bata Tbk telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat," kata Hatta dalam keterangannya kepada BEI.
"Jadi hal semacam ini, industri padat karya kita harus menjadi perhatian, karena kita melihat bahwa kalau investasi yang masuk saat ini juga mulai beralih dari sektor padat karya ke padat modal, karena akan semakin sulit bagi sektor padat karya saat ini," ujar Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani di Jakarta, Rabu.
Shinta mengatakan memang melihat secara menyeluruh dari faktor demand di mana bukan hanya domestik, melainkan juga demand dari luar dan dia melihat demand ekspor menurun tajam.
"Ini kembali lagi soal cost yang terus meningkat, dan pada akhirnya perusahaan seperti Bata walaupun sudah hadir begitu lama di Indonesia harus melihat apakah masih feasible sebagai bisnis," katanya.
Memang dilihat saat ini dari kondisi yang ada, dengan competitivenes (daya saing) dan hal-hal lainnya dianggap tidak feasible bagi mereka untuk terus berlanjut. Dengan kondisi geopolitik yang terjadi dan dampaknya mempengaruhi terhadap Indonesia, ini juga mempengaruhi penyerapan (absorb) pasar luar dan hal itu untuk pasar ekspor.
Sedangkan untuk pasar domestik mesti melihat dari faktor daya beli, karena dengan kondisi seperti ini maka daya beli pastinya ada penurunan yang harus diperhatikan.
"Jadi dari segi industri seperti Bata itu bukan hanya sekarang, tetapi dia juga on going sudah melakukan evaluasi dan juga melihat dengan kondisi sekarang yang semakin memburuk sehingga dia tidak bisa bertahan lagi," kata Shinta.
Sebagai informasi, pabrik sepatu milik PT Sepatu Bata Tbk (BATA) di Purwakarta, yang telah berdiri sejak 1994, resmi ditutup per 30 April 2024.
Penghentian produksi pabrik sepatu yang berlokasi di Jalan Raya Cibening, Kecamatan Bungursari, Purwakarta itu diumumkan melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2 Mei 2024.
Baca juga: Pabrik BSL mulai beroperasi di NTB
Baca juga: Investor Finlandia merencanakan bangun pabrik bata plastik di NTB
Director and Corporate Secretary BATA Hatta Tutuko dalam keterangannya kepada BEI pada 2 Mei 2024 menjelaskan alasan dari penutupan pabrik di Purwakarta karena perusahaan tak mampu lagi melanjutkan produksi di pabrik sepatu Purwakarta.
Hatta menjelaskan permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di pabrik juga terus menurun.
"Sepatu Bata Tbk telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat," kata Hatta dalam keterangannya kepada BEI.