Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Menteri Agama (Stafsus Menag) RI Wibowo Prasetyo menilai peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Indonesia sangat strategis dalam membentuk karakter anak didik yang matang di tengah tantangan era digital saat ini.
Keteladanan terhadap nilai-nilai spiritual, kata dia, kepribadian dan kepemimpinan yang ditanamkan para guru PAI menjadi modal kuat membangun generasi bangsa lebih kokoh ke depan.
"Kuncinya guru PAI harus siap terus meningkatkan kompetensinya dan lebih adaptif terhadap zaman. Sekarang ini era begitu cepat berubah, kalau kita tidak luwes maka akan tertinggal. Digitalisasi di PAI adalah keharusan karena sudah menjadi tuntutan dunia," kata Wibowo dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Wibowo mengatakan para guru PAI memiliki posisi strategis karena setiap hari berinteraksi dengan para anak didik yang mayoritas merupakan generasi Z. Kelebihan generasi pengguna aktif internet ini, sambungnya, sangat terbuka, toleran, cepat menerima informasi, kritis, multitasking, interaktif, dan ambisius. Namun di sisi lain, para generasi Z ini memiliki kecenderungan lemah dalam hal memverifikasi informasi.
Imbasnya, kata dia, mereka mudah menyerap berbagai informasi tanpa menyadari bahwa apa yang mereka terima hoaks.
"Di sinilah peran strategis guru PAI agar menjadi penjernih atas berbagai kabar hoaks, termasuk yang berkaitan dengan isu-isu agama. Ini agar menghindarkan anak didik mengalami kesalahan dalam beragama. Generasi Z ini harus kita kawal karena 2030 mendatang sebagian akan mengganti posisi kita," ujarnya.
Wibowo mengapresiasi Direktorat PAI Kementerian Agama (Kemenag) yang kini telah membuat peta jalan dalam rangka menata pembelajaran agama Islam menjadi lebih berkualitas dan tepat sasaran. Salah satunya melalui Program Satu Data untuk Semua dan Digitalisasi, yang mengindikasikan PAI ke depan akan lebih bersinggungan dengan pemanfaatan kemajuan teknologi.
"Program ini tepat karena sesuai dengan program besar Satu Data Indonesia pada 2025. Jika semua berbasis digital maka akan meningkatkan aspek transparansi, akuntabel dan lebih terukur. Bahkan potensi penyimpangan atau fraud bisa kita hindarkan," ujarnya.
Selain mendorong digitalisasi, Direktur PAI Kemenag M Munir menjelaskan pihaknya juga akan terus meningkatkan kompetensi dan kualifikasi terhadap guru serta pengawas PAI.
Baca juga: Biksu harap Waisak 2024 bawa kedamaian seluruh umat beragama
Baca juga: Kemenag Mataram sebut kloter satu Embarkasi Lombok sudah tiba di Tanah Suci
Karir maupun kesejahteraan guru dan pengawas, kata dia, juga menjadi perhatian agar mereka lebih fokus dalam bertugas. Program penguatan moderasi beragama juga terus dikembangkan, antara lain membangun ekosistem di tingkat sekolah sampai perguruan tinggi, pun dengan budaya religius di sekolah juga diperkuat.
"Kurikulum PAI juga terus dibenahi agar lebih membumi dan pola pengajaran menjadi menyenangkan. Program lain adalah kami berupa rebranding PAI dengan memanfaatkan media sosial agar lebih mengakar di benak publik, sekaligus memberikan kemanfaatan yang luas," kata Munir.
Keteladanan terhadap nilai-nilai spiritual, kata dia, kepribadian dan kepemimpinan yang ditanamkan para guru PAI menjadi modal kuat membangun generasi bangsa lebih kokoh ke depan.
"Kuncinya guru PAI harus siap terus meningkatkan kompetensinya dan lebih adaptif terhadap zaman. Sekarang ini era begitu cepat berubah, kalau kita tidak luwes maka akan tertinggal. Digitalisasi di PAI adalah keharusan karena sudah menjadi tuntutan dunia," kata Wibowo dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Wibowo mengatakan para guru PAI memiliki posisi strategis karena setiap hari berinteraksi dengan para anak didik yang mayoritas merupakan generasi Z. Kelebihan generasi pengguna aktif internet ini, sambungnya, sangat terbuka, toleran, cepat menerima informasi, kritis, multitasking, interaktif, dan ambisius. Namun di sisi lain, para generasi Z ini memiliki kecenderungan lemah dalam hal memverifikasi informasi.
Imbasnya, kata dia, mereka mudah menyerap berbagai informasi tanpa menyadari bahwa apa yang mereka terima hoaks.
"Di sinilah peran strategis guru PAI agar menjadi penjernih atas berbagai kabar hoaks, termasuk yang berkaitan dengan isu-isu agama. Ini agar menghindarkan anak didik mengalami kesalahan dalam beragama. Generasi Z ini harus kita kawal karena 2030 mendatang sebagian akan mengganti posisi kita," ujarnya.
Wibowo mengapresiasi Direktorat PAI Kementerian Agama (Kemenag) yang kini telah membuat peta jalan dalam rangka menata pembelajaran agama Islam menjadi lebih berkualitas dan tepat sasaran. Salah satunya melalui Program Satu Data untuk Semua dan Digitalisasi, yang mengindikasikan PAI ke depan akan lebih bersinggungan dengan pemanfaatan kemajuan teknologi.
"Program ini tepat karena sesuai dengan program besar Satu Data Indonesia pada 2025. Jika semua berbasis digital maka akan meningkatkan aspek transparansi, akuntabel dan lebih terukur. Bahkan potensi penyimpangan atau fraud bisa kita hindarkan," ujarnya.
Selain mendorong digitalisasi, Direktur PAI Kemenag M Munir menjelaskan pihaknya juga akan terus meningkatkan kompetensi dan kualifikasi terhadap guru serta pengawas PAI.
Baca juga: Biksu harap Waisak 2024 bawa kedamaian seluruh umat beragama
Baca juga: Kemenag Mataram sebut kloter satu Embarkasi Lombok sudah tiba di Tanah Suci
Karir maupun kesejahteraan guru dan pengawas, kata dia, juga menjadi perhatian agar mereka lebih fokus dalam bertugas. Program penguatan moderasi beragama juga terus dikembangkan, antara lain membangun ekosistem di tingkat sekolah sampai perguruan tinggi, pun dengan budaya religius di sekolah juga diperkuat.
"Kurikulum PAI juga terus dibenahi agar lebih membumi dan pola pengajaran menjadi menyenangkan. Program lain adalah kami berupa rebranding PAI dengan memanfaatkan media sosial agar lebih mengakar di benak publik, sekaligus memberikan kemanfaatan yang luas," kata Munir.