Jakarta (ANTARA) - UNESCO, sebuah organisasi PBB yang bergerak di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya, mendorong langkah mitigasi dan adaptasi dalam membantu menangani bencana di suatu wilayah.
"Jadi yang kami lakukan adalah melakukan mitigasi dan adaptasi," kata Asisten Program Senior UNESCO Siti Rachmania dalam pengarahan media yang diadakan Pusat Informasi PBB (UNIC) di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan bahwa bencana, baik yang terjadi karena ulah manusia atau karena fenomena alam, tidak bisa diketahui secara pasti kapan akan terjadi.
Untuk itu, upaya UNESCO dalam membantu menangani bencana adalah dengan mitigasi dan adaptasi. Langkah mitigasi yang mereka lakukan adalah dengan mengedukasi masyarakat tentang cara-cara antisipasi yang perlu masyarakat lakukan untuk menghadapi potensi bencana. Sehingga saat bencana itu terjadi, masyarakat sudah memiliki langkah antisipasi untuk mengurangi risiko kerugian akibat bencana.
"Contohnya kami mengedukasi bagaimana masyarakat harus melakukan persiapan sebelum menghadapi banjir," katanya.
Langkah berikutnya yang dilakukan UNESCO dalam membantu menangani bencana di suatu daerah yang rawan bencana adalah mendorong langkah adaptasi atau penerapan dari langkah mitigasi yang telah disampaikan.
"Jadi, begitu banjir mereka semua naik ke atas. Itu yang disebut adaptasi. Jadi, mitigasinya mereka sudah punya pemikiran harus naruh barang di mana (untuk mengurangi risiko banjir)," katanya.
Baca juga: Tiga warisan dokumenter Indonesia masuk Daftar Memori Dunia UNESCO
Baca juga: Reog, kolintang hingga kebaya jadi daya tarik wisata kelas dunia
Sementara itu, penasihat senior UNDP (United Nations Development Programme) Ansye Sopacua dalam kesempatan itu menekankan tentang pentingnya keterlibatan masyarakat di dalam perencanaan penanganan bencana sehingga dapat mengurangi risiko bencana.
"Jadi, yang bisa didorong menurut saya adalah pengikutsertaan masyarakat dalam planning yang genuine," katanya.
Selain itu, dia juga mendorong pemanfaatan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat untuk mengurangi risiko bencana.
"Jadi yang kami lakukan adalah melakukan mitigasi dan adaptasi," kata Asisten Program Senior UNESCO Siti Rachmania dalam pengarahan media yang diadakan Pusat Informasi PBB (UNIC) di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan bahwa bencana, baik yang terjadi karena ulah manusia atau karena fenomena alam, tidak bisa diketahui secara pasti kapan akan terjadi.
Untuk itu, upaya UNESCO dalam membantu menangani bencana adalah dengan mitigasi dan adaptasi. Langkah mitigasi yang mereka lakukan adalah dengan mengedukasi masyarakat tentang cara-cara antisipasi yang perlu masyarakat lakukan untuk menghadapi potensi bencana. Sehingga saat bencana itu terjadi, masyarakat sudah memiliki langkah antisipasi untuk mengurangi risiko kerugian akibat bencana.
"Contohnya kami mengedukasi bagaimana masyarakat harus melakukan persiapan sebelum menghadapi banjir," katanya.
Langkah berikutnya yang dilakukan UNESCO dalam membantu menangani bencana di suatu daerah yang rawan bencana adalah mendorong langkah adaptasi atau penerapan dari langkah mitigasi yang telah disampaikan.
"Jadi, begitu banjir mereka semua naik ke atas. Itu yang disebut adaptasi. Jadi, mitigasinya mereka sudah punya pemikiran harus naruh barang di mana (untuk mengurangi risiko banjir)," katanya.
Baca juga: Tiga warisan dokumenter Indonesia masuk Daftar Memori Dunia UNESCO
Baca juga: Reog, kolintang hingga kebaya jadi daya tarik wisata kelas dunia
Sementara itu, penasihat senior UNDP (United Nations Development Programme) Ansye Sopacua dalam kesempatan itu menekankan tentang pentingnya keterlibatan masyarakat di dalam perencanaan penanganan bencana sehingga dapat mengurangi risiko bencana.
"Jadi, yang bisa didorong menurut saya adalah pengikutsertaan masyarakat dalam planning yang genuine," katanya.
Selain itu, dia juga mendorong pemanfaatan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat untuk mengurangi risiko bencana.