Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat mengatakan salah satu solusi jangka panjang untuk penangan banjir di Mataram adalah dengan membuat kolam-kolam retensi untuk penampungan air hujan dalam jangka waktu tertentu.
"Dengan adanya kolam retensi, air hujan tidak langsung ke sungai atau saluran sehingga bisa mencegah banjir," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram Lale Widiahning di Mataram, Jumat.
Hal tersebut disampaikannya setelah melakukan asesmen terhadap banjir yang terjadi pada Rabu malam (3/7-2024), dan melanda sejumlah kelurahan di tiga kecamatan bagian selatan Kota Mataram.
Baca juga: Petugas bersihkan sampah lumpur sisa banjir di Mataram
Dari hasil evaluasi, banjir tersebut dipicu karena meluapnya dua aliran sungai, yakni Sungai Brenyok dan Unus, akibat hujan dengan intensitas lama dan merata dari hulu hingga hilir.
"Dengan debit air yang tinggi, kapasitas sungai tidak dapat menampung volume tersebut yang akhirnya meluap ke jalan dan permukiman warga," katanya.
Kenaikan debit air secara signifikan itu dapat dilihat pada sejumlah bendung air yang normalnya berada pada ketinggian 60 sentimeter, naik menjadi 90 sentimeter lebih.
"Sementara kita tidak bisa melakukan upaya apa-apa dalam waktu sesingkat-singkatnya," katanya.
Baca juga: Sebanyak 50 warga terdampak banjir Mataram sudah kembali ke rumah
Terkait dengan itulah, keberadaan kolam retensi yang dulunya pernah direncanakan di kawasan Babakan sebagai wilayah perbatasan kota dapat kembali dikonsep dan diwujudkan.
Menurutnya, dari dokumen rencana pembangunan kolam retensi yang hingga kini belum terwujud itu, terjadi karena belum ada kesepakatan pihak terkait sehingga perlu duduk bersama untuk memantapkan rencana ini kembali.
Selain dari Pemerintah Kota Mataram, juga harus dari daerah hulu yakni Kabupaten Lombok Barat, serta didukung oleh Balai Wilayah Sungai (BWS).
"BWS punya peran penting sebab kewenangan sungai di bawah mereka. Jadi kita harapkan rencana kolam retensi bisa dilanjutkan agar Mataram bisa bebas banjir," katanya.
Baca juga: Dinas PUPR angkut enam ton sampah sisa banjir di Mataram
Sedangkan sebagai langkah antisipasi banjir sementara, tim dari Dinas PUPR kini lebih aktif memantau sejumlah pintu air di kawasan selatan Kota Mataram.
Hal itu karena meskipun di Kota Mataram terlihat tenang tidak ada hujan, namun ketika di wilayah hulu terjadi hujan, maka Mataram tetap menerima kiriman air yang harus diwaspadai.
"Karena itu, ketika terjadi peningkatan debit air hingga 70 sentimeter, kita akan berikan peringatan agar warga yang di hilir bersiap antisipasi banjir," katanya.
Baca juga: Wali Kota minta tim kesehatan siaga di lokasi banjir Mataram
"Dengan adanya kolam retensi, air hujan tidak langsung ke sungai atau saluran sehingga bisa mencegah banjir," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram Lale Widiahning di Mataram, Jumat.
Hal tersebut disampaikannya setelah melakukan asesmen terhadap banjir yang terjadi pada Rabu malam (3/7-2024), dan melanda sejumlah kelurahan di tiga kecamatan bagian selatan Kota Mataram.
Baca juga: Petugas bersihkan sampah lumpur sisa banjir di Mataram
Dari hasil evaluasi, banjir tersebut dipicu karena meluapnya dua aliran sungai, yakni Sungai Brenyok dan Unus, akibat hujan dengan intensitas lama dan merata dari hulu hingga hilir.
"Dengan debit air yang tinggi, kapasitas sungai tidak dapat menampung volume tersebut yang akhirnya meluap ke jalan dan permukiman warga," katanya.
Kenaikan debit air secara signifikan itu dapat dilihat pada sejumlah bendung air yang normalnya berada pada ketinggian 60 sentimeter, naik menjadi 90 sentimeter lebih.
"Sementara kita tidak bisa melakukan upaya apa-apa dalam waktu sesingkat-singkatnya," katanya.
Baca juga: Sebanyak 50 warga terdampak banjir Mataram sudah kembali ke rumah
Terkait dengan itulah, keberadaan kolam retensi yang dulunya pernah direncanakan di kawasan Babakan sebagai wilayah perbatasan kota dapat kembali dikonsep dan diwujudkan.
Menurutnya, dari dokumen rencana pembangunan kolam retensi yang hingga kini belum terwujud itu, terjadi karena belum ada kesepakatan pihak terkait sehingga perlu duduk bersama untuk memantapkan rencana ini kembali.
Selain dari Pemerintah Kota Mataram, juga harus dari daerah hulu yakni Kabupaten Lombok Barat, serta didukung oleh Balai Wilayah Sungai (BWS).
"BWS punya peran penting sebab kewenangan sungai di bawah mereka. Jadi kita harapkan rencana kolam retensi bisa dilanjutkan agar Mataram bisa bebas banjir," katanya.
Baca juga: Dinas PUPR angkut enam ton sampah sisa banjir di Mataram
Sedangkan sebagai langkah antisipasi banjir sementara, tim dari Dinas PUPR kini lebih aktif memantau sejumlah pintu air di kawasan selatan Kota Mataram.
Hal itu karena meskipun di Kota Mataram terlihat tenang tidak ada hujan, namun ketika di wilayah hulu terjadi hujan, maka Mataram tetap menerima kiriman air yang harus diwaspadai.
"Karena itu, ketika terjadi peningkatan debit air hingga 70 sentimeter, kita akan berikan peringatan agar warga yang di hilir bersiap antisipasi banjir," katanya.
Baca juga: Wali Kota minta tim kesehatan siaga di lokasi banjir Mataram