Mataram (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Nusa Tenggara Barat pada Juni 2024 sebesar 40,37 juta dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 59,17 persen bila dibandingkan capaian Mei 2024.
Kepala BPS Nusa Tenggara Barat Wahyudin di Mataram, Senin, mengatakan nilai impor di Nusa Tenggara Barat pada Mei 2024 mencapai 98,88 juta dolar AS.
"Kebutuhan untuk smelter tinggal sedikit lagi yang diimpor karena sebelumnya banyak barang impor sudah masuk untuk kebutuhan smelter," ujarnya.
Wahyudin menuturkan impor Nusa Tenggara Barat pada bulan lalu berasal dari Jepang sebanyak 55,49 persen, Amerika Serikat 9,17 persen, Australia 8,09 persen, Singapura 6,62 persen, China 5,58 persen, dan negara lainnya sebesar 15,05 persen.
Baca juga: Belum ada beras impor masuk di NTB
Kelompok impor dengan nilai terbesar adalah karet dan barang dari karet sebanyak 48,27 persen, mesin-mesin atau pesawat mekanik 35,86 persen, kendaraan dan bagiannya 5,42 persen, serta mesin dan peralatan listrik sebanyak 4,02 persen.
"Komoditas yang Nusa Tenggara Barat impor sebagian besar untuk kebutuhan di tambang, baik untuk penambangan maupun smelter," kata Wahyudin.
"Impor karet dan barang dari karet berupa ban kendaraan untuk operasional tambang dengan diameter mencapai tiga meter," imbuhnya.
BPS mencatat semua aktivitas bongkar komoditas impor terjadi di Pelabuhan Benete yang berlokasi di Sumbawa Barat. Hal itu menandakan bahwa barang-barang impor memang untuk kebutuhan tambang mineral di wilayah tersebut.
Baca juga: Nilai ekspor NTB pada Februari 2024 meningkat
Baca juga: Pemda tidak ada opsi beras impor masuk NTB
Kepala BPS Nusa Tenggara Barat Wahyudin di Mataram, Senin, mengatakan nilai impor di Nusa Tenggara Barat pada Mei 2024 mencapai 98,88 juta dolar AS.
"Kebutuhan untuk smelter tinggal sedikit lagi yang diimpor karena sebelumnya banyak barang impor sudah masuk untuk kebutuhan smelter," ujarnya.
Wahyudin menuturkan impor Nusa Tenggara Barat pada bulan lalu berasal dari Jepang sebanyak 55,49 persen, Amerika Serikat 9,17 persen, Australia 8,09 persen, Singapura 6,62 persen, China 5,58 persen, dan negara lainnya sebesar 15,05 persen.
Baca juga: Belum ada beras impor masuk di NTB
Kelompok impor dengan nilai terbesar adalah karet dan barang dari karet sebanyak 48,27 persen, mesin-mesin atau pesawat mekanik 35,86 persen, kendaraan dan bagiannya 5,42 persen, serta mesin dan peralatan listrik sebanyak 4,02 persen.
"Komoditas yang Nusa Tenggara Barat impor sebagian besar untuk kebutuhan di tambang, baik untuk penambangan maupun smelter," kata Wahyudin.
"Impor karet dan barang dari karet berupa ban kendaraan untuk operasional tambang dengan diameter mencapai tiga meter," imbuhnya.
BPS mencatat semua aktivitas bongkar komoditas impor terjadi di Pelabuhan Benete yang berlokasi di Sumbawa Barat. Hal itu menandakan bahwa barang-barang impor memang untuk kebutuhan tambang mineral di wilayah tersebut.
Baca juga: Nilai ekspor NTB pada Februari 2024 meningkat
Baca juga: Pemda tidak ada opsi beras impor masuk NTB