Mataram (Antaranews NTB) - Bupati Lombok Utara H Najmul Akhyar mengaku jumlah kunjungan wisatawan luar negeri ke Lombok Utara khususnya di kawasan Gili Trawangan bisa mencapai 2.600 orang hingga 3.000 orang dalam sehari.
"Berbicara orang asing mungkin di NTB ini terbanyak berada di Kabupaten Lombok Utara (KLU). Data kita itu 2.600 orang sampai 3.000 orang perhari, terbanyak datang ke Gili Trawangan," ujar Najmul Akhyar saat peresmian ruang pelayanan paspor berdimensi ramah HAM dan penandatanganan MoU kerjasama penguatan kelembagaan unit pengawasan keimigrasian Lombok Utara, Rabu.
Ia menuturkan, rata-rata wisatawan yang datang ke Lombok Utara khususnya di tiga Gili (Trawangan, Air dan Meno) datang melalui Bali menggunakan transportasi laut menggunakan fast boat.
"Kenapa mereka lebih banyak melalui jalur laut, karena lebih cepat 1 jam saja dari Bali. Meski sebetulnya ada yang lebih cepat menggunakan pesawat dari Bali. Karena hanya butuh waktu 30 menit. Tapi karena bandaranya jauh sehingga ke Lombok Utara menjadi lebih lama dibanding menaiki fast boat," jelasnya.
Namun, dibalik banyaknya kunjungan wisatawan ke Lombok Utara khususnya menuju kawasan tiga Gili (Trawangan, Air dan Meno) timbul persoalan pengawasan terhadap orang asing di daerah itu. Sebab, tidak semua wisatawan yang berkunjung tersebut adalah orang mampu.
"Saat saya turun ke Trawangan untuk melakukan inspeksi, kita temukan turis yang bekerja menjadi pekerja kasar, seperti angkat tabung gas LPG, dan mengangkat galon air. Tapi begitu ada pemeriksaan, mereka dengan cepat berubah pura-pura minum jus seperti layaknya tamu," jelasnya.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, menurutnya dibutuhkan unit posko pengawasan orang asing. Terutama, di kawasan Gili Trawangan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga dan menata orang asing tanpa memiliki dokumen lengkap.
"Ini kita lakukan sebagai upaya pencegahan," tandasnya.
Untuk itu Najmul sangat mengapresiasi kerjasama dengan Imigrasi Mataram dengan membentuk unit pengawasan orang asing di Gili Trawangan.
"Melalui unit yang akan dibentuk tersebut dapat memantau pengawasan orang asing di NTB," katanya. (*)
"Berbicara orang asing mungkin di NTB ini terbanyak berada di Kabupaten Lombok Utara (KLU). Data kita itu 2.600 orang sampai 3.000 orang perhari, terbanyak datang ke Gili Trawangan," ujar Najmul Akhyar saat peresmian ruang pelayanan paspor berdimensi ramah HAM dan penandatanganan MoU kerjasama penguatan kelembagaan unit pengawasan keimigrasian Lombok Utara, Rabu.
Ia menuturkan, rata-rata wisatawan yang datang ke Lombok Utara khususnya di tiga Gili (Trawangan, Air dan Meno) datang melalui Bali menggunakan transportasi laut menggunakan fast boat.
"Kenapa mereka lebih banyak melalui jalur laut, karena lebih cepat 1 jam saja dari Bali. Meski sebetulnya ada yang lebih cepat menggunakan pesawat dari Bali. Karena hanya butuh waktu 30 menit. Tapi karena bandaranya jauh sehingga ke Lombok Utara menjadi lebih lama dibanding menaiki fast boat," jelasnya.
Namun, dibalik banyaknya kunjungan wisatawan ke Lombok Utara khususnya menuju kawasan tiga Gili (Trawangan, Air dan Meno) timbul persoalan pengawasan terhadap orang asing di daerah itu. Sebab, tidak semua wisatawan yang berkunjung tersebut adalah orang mampu.
"Saat saya turun ke Trawangan untuk melakukan inspeksi, kita temukan turis yang bekerja menjadi pekerja kasar, seperti angkat tabung gas LPG, dan mengangkat galon air. Tapi begitu ada pemeriksaan, mereka dengan cepat berubah pura-pura minum jus seperti layaknya tamu," jelasnya.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, menurutnya dibutuhkan unit posko pengawasan orang asing. Terutama, di kawasan Gili Trawangan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga dan menata orang asing tanpa memiliki dokumen lengkap.
"Ini kita lakukan sebagai upaya pencegahan," tandasnya.
Untuk itu Najmul sangat mengapresiasi kerjasama dengan Imigrasi Mataram dengan membentuk unit pengawasan orang asing di Gili Trawangan.
"Melalui unit yang akan dibentuk tersebut dapat memantau pengawasan orang asing di NTB," katanya. (*)