Mataram (ANTARA) - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat memasang tanggul darurat untuk mengantisipasi longsor susulan di Sungai Ancar, Kelurahan Mataram Timur atau di wilayah perbatasan Pasar Karang Sukun.
"Pemasangan tanggul ini sebagai upaya penanganan darurat karena adanya rumah yang terancam dan terdampak longsor di pinggir sungai tersebut," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram Lale Widiahning di Mataram, Kamis.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram menyebutkan, hujan pada Senin (30/7) berdampak pada peningkatan volume air Sungai Ancar dan menerjang tanggul yang ada sehingga terjadi longsor sekitar pukul 13.30 Wita.
Baca juga: BPBD asesmen indikasi longsor akibat hujan di Mataram
Akibat longsor tersebut mengancam salah satu rumah milik warga atas nama Sudir yang berada di atas tanggul. Tapi, untuk sementara tidak ada korban jiwa, hanya bangunan rumah yang terdampak longsor.
Terkait dengan itu, kata Lale, mulai tadi pagi puluhan petugas pasukan biru PUPR melakukan pemasangan tanggul darurat yang sifatnya sementara dengan menggunakan karung yang diisi pasir.
"Untuk karung, kita punya stok banyak sampai ribuan. Tapi kita gunakan sesuai kebutuhan di lapangan," katanya.
Menurut dia, dari hasil survei di lapangan dampak longsor akibat terjangan air sungai itu sekitar 10-15 meter, di mana pemasangan tanggul sementara untuk antisipasi dampak yang lebih luas.
Baca juga: Bronjong siap dipasang guna antisipasi longsor di DAS Jangkuk Mataram
Lale mengakui, longsor yang terjadi disebabkan peningkatan volume air sungai akibat durasi hujan yang lama dan titik ini menjadi titik rawan karena adanya belokan.
"Jadi hantaman air sungai dari timur lumayan kuat sehingga menyebabkan longsor," katanya.
Di sisi lain, lanjutnya, longsor juga dipicu karena bangunan rumah yang terdampak berada di atas tanggul, sementara fenomena yang terlihat pemilik rumah membuang air baik itu air cuci, mandi, dan lainnya langsung ke tanah. Akibatnya tanah di areal tanggul tetap basah dan labil.
"Bagaimana pun kokoh kita buat tanggul, kalau ada bangunan permanen di atasnya tentu beban terpusat pada tanggul. Apalagi warga tidak memiliki sistem sanitasi lingkungan yang baik," katanya.
Baca juga: Pemerintah Mataram gandeng BWS NTB petakan titik rawan abrasi dan longsor
Namun demikian, katanya, apapun itu hal ini tetap menjadi tanggung jawab pemerintah dan setelah pemasangan tanggul sementara, Dinas PUPR akan berkoordinasi dengan BPBD untuk mengusulkan penanganan untuk jangka panjang.
"Karena ini bencana, mungkin bisa menggunakan dana tanggap darurat agar cepat kita kerjakan," katanya.
Akan tetapi, lanjut Lale, dari asesmen yang dilakukan, jika dilakukan penanganan, pihaknya lebih memilih menggunakan sistem beronjong tidak lagi menggunakan tanggul.
"Dengan kondisi konstruksi sungai yang rawan longsor, ke depan kita konsep menggunakan beronjong yang lebih tahan terhadap terjangan air," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram pasang bronjong antisipasi longsor di DAS Jangkuk
"Pemasangan tanggul ini sebagai upaya penanganan darurat karena adanya rumah yang terancam dan terdampak longsor di pinggir sungai tersebut," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram Lale Widiahning di Mataram, Kamis.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram menyebutkan, hujan pada Senin (30/7) berdampak pada peningkatan volume air Sungai Ancar dan menerjang tanggul yang ada sehingga terjadi longsor sekitar pukul 13.30 Wita.
Baca juga: BPBD asesmen indikasi longsor akibat hujan di Mataram
Akibat longsor tersebut mengancam salah satu rumah milik warga atas nama Sudir yang berada di atas tanggul. Tapi, untuk sementara tidak ada korban jiwa, hanya bangunan rumah yang terdampak longsor.
Terkait dengan itu, kata Lale, mulai tadi pagi puluhan petugas pasukan biru PUPR melakukan pemasangan tanggul darurat yang sifatnya sementara dengan menggunakan karung yang diisi pasir.
"Untuk karung, kita punya stok banyak sampai ribuan. Tapi kita gunakan sesuai kebutuhan di lapangan," katanya.
Menurut dia, dari hasil survei di lapangan dampak longsor akibat terjangan air sungai itu sekitar 10-15 meter, di mana pemasangan tanggul sementara untuk antisipasi dampak yang lebih luas.
Baca juga: Bronjong siap dipasang guna antisipasi longsor di DAS Jangkuk Mataram
Lale mengakui, longsor yang terjadi disebabkan peningkatan volume air sungai akibat durasi hujan yang lama dan titik ini menjadi titik rawan karena adanya belokan.
"Jadi hantaman air sungai dari timur lumayan kuat sehingga menyebabkan longsor," katanya.
Di sisi lain, lanjutnya, longsor juga dipicu karena bangunan rumah yang terdampak berada di atas tanggul, sementara fenomena yang terlihat pemilik rumah membuang air baik itu air cuci, mandi, dan lainnya langsung ke tanah. Akibatnya tanah di areal tanggul tetap basah dan labil.
"Bagaimana pun kokoh kita buat tanggul, kalau ada bangunan permanen di atasnya tentu beban terpusat pada tanggul. Apalagi warga tidak memiliki sistem sanitasi lingkungan yang baik," katanya.
Baca juga: Pemerintah Mataram gandeng BWS NTB petakan titik rawan abrasi dan longsor
Namun demikian, katanya, apapun itu hal ini tetap menjadi tanggung jawab pemerintah dan setelah pemasangan tanggul sementara, Dinas PUPR akan berkoordinasi dengan BPBD untuk mengusulkan penanganan untuk jangka panjang.
"Karena ini bencana, mungkin bisa menggunakan dana tanggap darurat agar cepat kita kerjakan," katanya.
Akan tetapi, lanjut Lale, dari asesmen yang dilakukan, jika dilakukan penanganan, pihaknya lebih memilih menggunakan sistem beronjong tidak lagi menggunakan tanggul.
"Dengan kondisi konstruksi sungai yang rawan longsor, ke depan kita konsep menggunakan beronjong yang lebih tahan terhadap terjangan air," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram pasang bronjong antisipasi longsor di DAS Jangkuk