Mataram (Antaranews NTB) - Direktur Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma, Nusa Tenggara Barat dr Elly Rosila mengungkapkan pelaku terorisme memiliki gangguan kepribadian antisosial.
"Saya tidak bisa berpendapat benar atau tidak. Tapi kalau saya diminta pendapat seperti itu, biasanya orang seperti ini adalah tipe orang yang memiliki gangguan kepribadian antisosial," kata dr Elly Rosila SpKJ di Mataram, Jumat, menyikapi maraknya pelaku teror bom bunuh diri yang terjadi di sejumlah tempat di Indonesia.
Dokter spesialis psikiater di NTB itu, menyebutkan ciri orang memiliki gangguan kepribadian antisosial, yakni biasanya orang yang melawan aturan.
"Kalau ada aturan sedikit langsung di langgar. Kalau mereka taat mungkin tidak melakukan seperti itu (bom bunuh diri, red)," ucapnya.
Menurutnya, ada sejumlah penyebab pelaku teror melakukan bom bunuh diri, bisa karena orang tersebut mengalami gangguan jiwa, depresi, dan memang mudah terpengaruh, sehingga gampang disusupi oleh pemahaman yang keliru.
"Kalau bagi mereka bunuh diri itu tidak bunuh diri, melainkan sebuah keyakinan," ucapnya.
Untuk mengatasi dan mencegah gangguan kejiwaan seperti itu, paling utama basis pendekatannya, adalah melalui keluarga dan lingkungan sekitar. Karena keluarga paling terdekat bisa mengetahui gerak gerik dan masalah yang terjadi pada anggota keluarganya.
"Jadi keluarga dan lingkungan. Termasuk adalah pendidikan yang paling kuat mengatasi hal seperti itu," tandas dr Elly Rosila.
"Saya tidak bisa berpendapat benar atau tidak. Tapi kalau saya diminta pendapat seperti itu, biasanya orang seperti ini adalah tipe orang yang memiliki gangguan kepribadian antisosial," kata dr Elly Rosila SpKJ di Mataram, Jumat, menyikapi maraknya pelaku teror bom bunuh diri yang terjadi di sejumlah tempat di Indonesia.
Dokter spesialis psikiater di NTB itu, menyebutkan ciri orang memiliki gangguan kepribadian antisosial, yakni biasanya orang yang melawan aturan.
"Kalau ada aturan sedikit langsung di langgar. Kalau mereka taat mungkin tidak melakukan seperti itu (bom bunuh diri, red)," ucapnya.
Menurutnya, ada sejumlah penyebab pelaku teror melakukan bom bunuh diri, bisa karena orang tersebut mengalami gangguan jiwa, depresi, dan memang mudah terpengaruh, sehingga gampang disusupi oleh pemahaman yang keliru.
"Kalau bagi mereka bunuh diri itu tidak bunuh diri, melainkan sebuah keyakinan," ucapnya.
Untuk mengatasi dan mencegah gangguan kejiwaan seperti itu, paling utama basis pendekatannya, adalah melalui keluarga dan lingkungan sekitar. Karena keluarga paling terdekat bisa mengetahui gerak gerik dan masalah yang terjadi pada anggota keluarganya.
"Jadi keluarga dan lingkungan. Termasuk adalah pendidikan yang paling kuat mengatasi hal seperti itu," tandas dr Elly Rosila.