Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, diundang untuk melakukan ekspose di tingkat nasional terhadap konsep pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kebon Talo, Ampenan, pada 26-27 Agustus 2024 di Makassar.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Kamis, mengatakan undangan itu diterima langsung dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia untuk melakukan ekspose di Makassar.
"Untuk alasan pemilihan lokasi di Makassar, kami kurang tahu persis karena kami posisinya diundang," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram revisi usulan anggaran TPST Kebon Talo jadi Rp100 miliar
Menurutnya, tahap ekspose ini merupakan tahap akhir dari proses perencanaan pembangunan TPST Kebon Talo di kawasan Ampenan, Kota Mataram, dengan kapasitas 120 ton. Dengan anggaran pembangunan yang diajukan sebesar Rp96 miliar.
Setelah tahap ekspose selesai, dari informasi akan dilakukan tender di awal sehingga proses tender ditargetkan rampung tahun 2024, dan kegiatan fisik bisa dimulai awal tahun 2025.
"Untuk konsep dan desain pembangunan pengolahan TPST Kebon Talo, sudah selesai dan tidak ada masalah. Termasuk dokumen-dokumen yang dibutuhkan dan kesiapan lahan," katanya.
Dikatakan, TPST Kebon Talo yang akan dibangun di atas lahan seluas satu hektare lebih itu, menggunakan teknologi insinerator atau sistem pembakaran ramah lingkungan.
Teknologi insinerator merupakan salah satu alat pemusnah sampah yang dilakukan melalui pembakaran pada suhu tinggi.
Baca juga: TPST Kebon Talo Mataram gunakan teknologi insinerator
Dengan teknologi insinerator yang akan diterapkan ini dapat mengubah panas dari hasil pembakaran yang sudah diubah menjadi uap air dimanfaatkan untuk dikonversikan ke tenaga listrik.
Dengan demikian, hasil pengolahan sampah di TPST Sandubaya dengan TPST Kebon Talo nantinya akan berbeda.
"Kalau di TPST Sandubaya, hasil pengolahan sampah berbentuk padat seperti pakan maggot, dan batako, kalau di TPST Kebon Talo berupa uap cair atau listrik," katanya.
Namun demikian, sejauh ini pihaknya belum berhitung berapa besar listrik yang akan dihasilkan. Tetapi untuk pemanfaatan ke depan DLH pastinya akan bekerja sama dengan PLN.
Misalnya, dengan memberikan kompensasi pengurangan beban kepada masyarakat, atau digunakan untuk penerang jalan umum.
"Untuk masalah listrik, kami belum berhitung sebab semua masih berproses," katanya.
Baca juga: Pembangunan TPST Kebon Talo Mataram mulai ditender
Lebih jauh Denny mengatakan dengan akan terbangunnya TPST Kebon Talo maka berdampak pada pengurangan operasional pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok di Lombok Barat.
Kalaupun ada yang dibuang ke TPA, itu hanya residu sampah yang sudah tidak bisa diolah dengan volume sekitar satu ton per hari dari TPST modern Sandubaya.
"Jadi kita bisa lebih efisien dalam penggunaan anggaran operasional," katanya.
Data DLH Kota Mataram menyebutkan volume sampah di Kota Mataram secara keseluruhan di enam kecamatan saat ini tercatat sebanyak 240 ton per hari, dengan rincian 60 persen merupakan sampah organik, 30 persen plastik, sisanya berupa limbah kayu, diaper, kaca, dan sejenisnya.*
Baca juga: Kota Mataram tiru pengelolaan sampah di Banyumas
Baca juga: Pemkot Mataram dapat Rp80 miliar bangun TPST Kebon Talo
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Kamis, mengatakan undangan itu diterima langsung dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia untuk melakukan ekspose di Makassar.
"Untuk alasan pemilihan lokasi di Makassar, kami kurang tahu persis karena kami posisinya diundang," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram revisi usulan anggaran TPST Kebon Talo jadi Rp100 miliar
Menurutnya, tahap ekspose ini merupakan tahap akhir dari proses perencanaan pembangunan TPST Kebon Talo di kawasan Ampenan, Kota Mataram, dengan kapasitas 120 ton. Dengan anggaran pembangunan yang diajukan sebesar Rp96 miliar.
Setelah tahap ekspose selesai, dari informasi akan dilakukan tender di awal sehingga proses tender ditargetkan rampung tahun 2024, dan kegiatan fisik bisa dimulai awal tahun 2025.
"Untuk konsep dan desain pembangunan pengolahan TPST Kebon Talo, sudah selesai dan tidak ada masalah. Termasuk dokumen-dokumen yang dibutuhkan dan kesiapan lahan," katanya.
Dikatakan, TPST Kebon Talo yang akan dibangun di atas lahan seluas satu hektare lebih itu, menggunakan teknologi insinerator atau sistem pembakaran ramah lingkungan.
Teknologi insinerator merupakan salah satu alat pemusnah sampah yang dilakukan melalui pembakaran pada suhu tinggi.
Baca juga: TPST Kebon Talo Mataram gunakan teknologi insinerator
Dengan teknologi insinerator yang akan diterapkan ini dapat mengubah panas dari hasil pembakaran yang sudah diubah menjadi uap air dimanfaatkan untuk dikonversikan ke tenaga listrik.
Dengan demikian, hasil pengolahan sampah di TPST Sandubaya dengan TPST Kebon Talo nantinya akan berbeda.
"Kalau di TPST Sandubaya, hasil pengolahan sampah berbentuk padat seperti pakan maggot, dan batako, kalau di TPST Kebon Talo berupa uap cair atau listrik," katanya.
Namun demikian, sejauh ini pihaknya belum berhitung berapa besar listrik yang akan dihasilkan. Tetapi untuk pemanfaatan ke depan DLH pastinya akan bekerja sama dengan PLN.
Misalnya, dengan memberikan kompensasi pengurangan beban kepada masyarakat, atau digunakan untuk penerang jalan umum.
"Untuk masalah listrik, kami belum berhitung sebab semua masih berproses," katanya.
Baca juga: Pembangunan TPST Kebon Talo Mataram mulai ditender
Lebih jauh Denny mengatakan dengan akan terbangunnya TPST Kebon Talo maka berdampak pada pengurangan operasional pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok di Lombok Barat.
Kalaupun ada yang dibuang ke TPA, itu hanya residu sampah yang sudah tidak bisa diolah dengan volume sekitar satu ton per hari dari TPST modern Sandubaya.
"Jadi kita bisa lebih efisien dalam penggunaan anggaran operasional," katanya.
Data DLH Kota Mataram menyebutkan volume sampah di Kota Mataram secara keseluruhan di enam kecamatan saat ini tercatat sebanyak 240 ton per hari, dengan rincian 60 persen merupakan sampah organik, 30 persen plastik, sisanya berupa limbah kayu, diaper, kaca, dan sejenisnya.*
Baca juga: Kota Mataram tiru pengelolaan sampah di Banyumas
Baca juga: Pemkot Mataram dapat Rp80 miliar bangun TPST Kebon Talo