Jakarta (ANTARA) - Batik tulis dan batik cap adalah dua jenis batik yang sering ditemukan, namun keduanya memiliki proses pembuatan dan karakteristik yang berbeda. Batik tulis dibuat secara manual menggunakan canting dan malam, prosesnya memerlukan keterampilan yang mendalam serta waktu yang cukup lama, hingga menjadikannya lebih mahal.

"Kalau kita paham tentang batik, sekali lihat, kita sudah tahu ini batik tulis," kata Kolektor dan Seniman Batik Dave Tjoa saat ditemui ANTARA dalam pembukaan Pameran Batik bertajuk “Kukila Khatulistiwa” di Antara Heritage Center, Jakarta, Sabtu.

Terlebih, setiap motif pada batik tulis dihasilkan dengan tangan, sehingga setiap karya memiliki keunikan tersendiri. Di sisi lain, batik cap diproduksi dengan menggunakan stempel atau cap yang dicetak pada kain. Proses tersebut jauh lebih cepat dan efisien dibandingkan batik tulis.

Meskipun motif dasar pada batik cap bisa mirip dengan batik tulis, ada perbedaan dalam cara penerapannya. Pada batik cap tulis, rangka motif bisa sama dengan batik tulis, tetapi isian motifnya mungkin berbeda. Namun, dalam hal kualitas kain, tidak ada perbedaan signifikan antara batik tulis dan batik cap.

"Secara kualitas kain, itu sebenarnya sama saja," ungkap Dave.

Perbedaan utama terletak pada proses pembuatan dan harga. Batik tulis, yang memerlukan waktu dan keterampilan lebih banyak, umumnya memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan batik cap. Di sisi lain, Dave menekankan pentingnya bagi setiap orang yang membeli atau memiliki batik untuk memahami lebih dari sekadar bentuknya.

"Mengetahui motif dan makna batik bukan hanya soal memiliki, tetapi tentang menghargai," ujar Dave.

Baca juga: Perajin batik tulis Kabupaten Trenggalek sasar pasar milenial
Baca juga: Universitas Madura akan membantu pemasaran Batik Pamekasan via digital

Dengan memahami arti di balik motif batik, kita tidak hanya menunjukkan apresiasi terhadap seni dan budaya batik, tetapi juga menghormati para perajin yang dengan penuh keterampilan dan dedikasi menciptakan setiap karya tersebut. Hal tersebut menjadi bentuk penghargaan mendalam yang menjadikan setiap potongan batik lebih dari sekadar pakaian, tetapi sebagai simbol budaya yang bernilai.



 

Pewarta : Putri Hanifa
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024