Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendukung ekonomi hijau melalui program dana abadi pendidikan dan beasiswa di bidang Science, Technology, Engineering, and Math (STEM) yang angkanya terbesar di dunia.
"Jadi kami mendorong inovasi yang dibutuhkan untuk menciptakan ekonomi yang jauh lebih berkelanjutan di masa depan," kata Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim pada ajang Indonesia International Sustainability Forum (ISF) di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat.
STEM merupakan pendekatan pembelajaran yang menggabungkan empat bidang ilmu, yaitu sains, teknologi, rekayasa, dan matematika.
Nadiem menjelaskan selain program untuk mahasiswa sarjana dan magister, Pemerintah juga telah membuat program yang disebut Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) yakni program yang memungkinkan lebih banyak sarjana menempuh pendidikan di universitas terkemuka di dunia.
"Banyak dari program ini benar-benar difokuskan pada ekonomi hijau atau berkelanjutan," katanya.
Lebih lanjut Nadiem mengatakan pemerintah memiliki program persiapan sekolah menengah untuk masuk ke universitas-universitas terbaik di Eropa, Amerika Serikat, Australia dan negara lainnya.
"Dan proses aplikasi ini juga condong ke bidang dan jurusan yang mempromosikan keberlanjutan dan ekonomi hijau," ucapnya.
Pemerintah telah melakukan perubahan yang signifikan dalam mempersiapkan keterampilan dan modal manusia yang dibutuhkan serta mengembangkan aktivisme dan kesadaran dalam pendidikan yang lebih rendah yang bertujuan untuk membuat kaum muda tertarik sekaligus menimbulkan rasa ingin tahu tentang apa yang terjadi di lingkungan mereka.
Baca juga: Pemkot Bima gandeng ITS Surabaya mengembangkan ekonomi biru
Baca juga: Kemenparekraf-ILO menggelar pelatihan tingkatkan pemahaman ekonomi hijau
Di tengah lonjakan dramatis dalam laju perubahan iklim, lanjut Nadiem, sangat penting untuk memberikan perhatian pada semua pendekatan antargenerasi untuk memastikan keberlanjutan yang sejati.
"Karena pada akhirnya, seperti yang saya katakan sebelumnya, beban dari masalah ini akan dirasakan generasi berikutnya. Itulah beban moral yang harus kita pikul, untuk bertindak sekarang dan bukan nanti," katanya.
"Jadi kami mendorong inovasi yang dibutuhkan untuk menciptakan ekonomi yang jauh lebih berkelanjutan di masa depan," kata Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim pada ajang Indonesia International Sustainability Forum (ISF) di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat.
STEM merupakan pendekatan pembelajaran yang menggabungkan empat bidang ilmu, yaitu sains, teknologi, rekayasa, dan matematika.
Nadiem menjelaskan selain program untuk mahasiswa sarjana dan magister, Pemerintah juga telah membuat program yang disebut Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) yakni program yang memungkinkan lebih banyak sarjana menempuh pendidikan di universitas terkemuka di dunia.
"Banyak dari program ini benar-benar difokuskan pada ekonomi hijau atau berkelanjutan," katanya.
Lebih lanjut Nadiem mengatakan pemerintah memiliki program persiapan sekolah menengah untuk masuk ke universitas-universitas terbaik di Eropa, Amerika Serikat, Australia dan negara lainnya.
"Dan proses aplikasi ini juga condong ke bidang dan jurusan yang mempromosikan keberlanjutan dan ekonomi hijau," ucapnya.
Pemerintah telah melakukan perubahan yang signifikan dalam mempersiapkan keterampilan dan modal manusia yang dibutuhkan serta mengembangkan aktivisme dan kesadaran dalam pendidikan yang lebih rendah yang bertujuan untuk membuat kaum muda tertarik sekaligus menimbulkan rasa ingin tahu tentang apa yang terjadi di lingkungan mereka.
Baca juga: Pemkot Bima gandeng ITS Surabaya mengembangkan ekonomi biru
Baca juga: Kemenparekraf-ILO menggelar pelatihan tingkatkan pemahaman ekonomi hijau
Di tengah lonjakan dramatis dalam laju perubahan iklim, lanjut Nadiem, sangat penting untuk memberikan perhatian pada semua pendekatan antargenerasi untuk memastikan keberlanjutan yang sejati.
"Karena pada akhirnya, seperti yang saya katakan sebelumnya, beban dari masalah ini akan dirasakan generasi berikutnya. Itulah beban moral yang harus kita pikul, untuk bertindak sekarang dan bukan nanti," katanya.