Mataram (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Athik Hidayatul Ummah M.Pd, M.Si. mengatakan media sosial (medsos) yang dimanfaatkan dalam perhelatan pemilihan kepala daerah (pilkada) dapat menjadi bahan promosi dan membangun citra diri untuk mempengaruhi opini publik.
"Media sosial sangat tepat dipilih sebagai alat komunikasi kepada masyarakat karena mampu membuka ruang dialog yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif antara penyelenggara dan khalayak secara luas," ujarnya di Mataram, Kamis.
Athik menuturkan kehadiran media sosial menjadi tantangan bagi penyelenggara untuk dapat menyuguhkan media komunikasi yang memuat berbagai informasi pemilihan umum yang dapat diakses oleh publik secara cepat, mudah, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dia mengatakan jumlah pengguna media sosial yang meningkat pesat seiring perkembangan akses internat memberikan peluang bagi penyebaran informasi politik kepada khalayak.
Baca juga: Akademisi UIN Mataram nilai Pilkada NTB kian matang
Dosen pengajar pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram ini mengingatkan ada dampak positif dan negatif yang dimiliki oleh para pengguna media sosial tersebut.
"Salah satu dampak negatif media sosial adalah munculnya informasi palsu, misalnya, ketidaksukaan terhadap kandidat tertentu bisa menyebabkan penyebaran informasi yang tidak benar," ucapnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, kata Athik, penting bagi penyelenggara pemilu untuk melakukan edukasi yang harus menekankan bahwa hak suara adalah hal yang penting dan harus digunakan, serta mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilu.
"Kandidat dan partai politik juga memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan konten yang positif dan mengedukasi agar masyarakat memahami pentingnya pilkada sebagai momentum menentukan pemimpin," ujarnya.
Baca juga: Zul-Uhel, Rohmi-Firin dan Iqbal-Dinda siap tarung di Pilgub NTB 2024
Berdasarkan hasil survei penetrasi internet Indonesia tahun 2024 yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan jumlah pengguna internet mencapai 221,56 juta jiwa dari total populasi penduduk sebanyak 278,69 juta jiwa pada tahun 2023.
Tingkat penetrasi internet mencapai 79,5 persen atau meningkat 1,4 persen bila dibandingkan periode sebelumnya. Daerah urban berkontribusi terhadap penetrasi internet di Indonesia dengan angka sebanyak 69,5 persen, sedangkan daerah rural hanya 30,5 persen.
"Media sosial sangat tepat dipilih sebagai alat komunikasi kepada masyarakat karena mampu membuka ruang dialog yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif antara penyelenggara dan khalayak secara luas," ujarnya di Mataram, Kamis.
Athik menuturkan kehadiran media sosial menjadi tantangan bagi penyelenggara untuk dapat menyuguhkan media komunikasi yang memuat berbagai informasi pemilihan umum yang dapat diakses oleh publik secara cepat, mudah, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dia mengatakan jumlah pengguna media sosial yang meningkat pesat seiring perkembangan akses internat memberikan peluang bagi penyebaran informasi politik kepada khalayak.
Baca juga: Akademisi UIN Mataram nilai Pilkada NTB kian matang
Dosen pengajar pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram ini mengingatkan ada dampak positif dan negatif yang dimiliki oleh para pengguna media sosial tersebut.
"Salah satu dampak negatif media sosial adalah munculnya informasi palsu, misalnya, ketidaksukaan terhadap kandidat tertentu bisa menyebabkan penyebaran informasi yang tidak benar," ucapnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, kata Athik, penting bagi penyelenggara pemilu untuk melakukan edukasi yang harus menekankan bahwa hak suara adalah hal yang penting dan harus digunakan, serta mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilu.
"Kandidat dan partai politik juga memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan konten yang positif dan mengedukasi agar masyarakat memahami pentingnya pilkada sebagai momentum menentukan pemimpin," ujarnya.
Baca juga: Zul-Uhel, Rohmi-Firin dan Iqbal-Dinda siap tarung di Pilgub NTB 2024
Berdasarkan hasil survei penetrasi internet Indonesia tahun 2024 yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan jumlah pengguna internet mencapai 221,56 juta jiwa dari total populasi penduduk sebanyak 278,69 juta jiwa pada tahun 2023.
Tingkat penetrasi internet mencapai 79,5 persen atau meningkat 1,4 persen bila dibandingkan periode sebelumnya. Daerah urban berkontribusi terhadap penetrasi internet di Indonesia dengan angka sebanyak 69,5 persen, sedangkan daerah rural hanya 30,5 persen.