Magelang (ANTARA) -          Doktor kurikulum pendidikan itu pamit untuk selamanya. Tidak ada yang menginginkan kabar kesedihan. Tetapi ketika garis takdir telah diputuskan, tidak satupun manusia yang mampu menghindarinya. Dr. Imam Mawardi atau akrab kami panggil Pak Imam. Teman-teman satu kelas saat kuliah biasa memanggilnya dengan sebutan “Cak Wer”, bahasa khas lamongan tempat di mana Pak Imam dilahirkan.

            Sejak tahun 2001 mengabdikan diri sebagai dosen Unimma. Manusia kutu buku ini seperti ensiklopedi berjalan, banyak pengetahuan yang terekam dalam otaknya, pengetahuan itu lintas disiplin ilmu. Kepakaran dalam bidang pengembangan kurikulum ditekuni sejak menempuh kuliah doktoral. Beliau termasuk generasi awal doktor di kampus, meski bukan yang pertama, namun keseriusan dan kegigihan beliau dalam menempuh studi menginspirasi banyak orang.

         Saya ingat betul, Pak Imam pernah bercerita bahwa salah satu episode kelam dalam hidupnya adalah saat menempuh gelar doktor. Kelam bukan dalam makna negatif, namun dalam makna menguras kesabaran. Beruntung sekali saat itu bisa menyaksikan langsung beliau mempertahankan disertasinya di depan para professor. Jelas ikut bangga dan bahagia.

         Kurang lebih 3 tahun terakhir, Pak Imam seperti manusia yang memilih menjaga jarak dengan segala kerumitan dunia. Hidupnya banyak dihabiskan untuk keluarga dan pengembangan keilmuan. Organisasi menjadi aktivitas lain yang melengkapi dinamika kehidupannya. Postingan di media sosial sering menggambarkan betapa kehidupan rumah tangganya dihiasi bintang-bintang kesempurnaan. Up date statusnya selalu menggunakan bahasa para penyair yang terkadang harus pelan-pelan untuk dapat memahami maknanya.

         Ujian Allah berupa sakit yang agak serius memang telah datang beberapa tahun belakangan. Keluar-masuk rumah sakit menjadi hal yang tak asing. Sehat kemudian sakit, sehat lagi, sakit lagi dan begitu seterunya. Di tengah proses kesembuhannya sesekali bertandang ke kampus. Jika bertemu selalu menampilkan senyum dan wajah bahagia. Meskipun tampak dari gurat wajahnya aura lelah yang tidak dapat disembunyikan.

         Jelang magrib kabar duka itu datang. Rasanya seperti ditimpa gunung secara tiba-tiba. Guru sekaligus sahabat itu telah mendahului. Setelah dua hari berjuang melawan sakitnya, tubuhnya tak mampu lagi melawan sakit yang di deritanya. Langit telah menetapkan batas waktunya. Guru terbaik akan berada di tempat terbaik. Selamat jalan Pak Imam, berbahagialah dalam perjalanan menuju keabadian.

***Tulisan ini mengenang almarhum Dr. H. Imam Mawardi, M. Ag (Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Magelang) yang meninggal di RS Magelang pada 21 September 2024
Ditulis di kantor LP2SI, Sabtu, 21 September 2024 pukul 18.43

*) Penulis adalah Sekretaris Majelis Pendidikan Kader PWM Jawa Tengah

 

Pewarta : ​​​​​​​Muhammad Zuhron Arofi M.Pd.I, (Gus Zuhron) *)
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024