Mataram (ANTARA) - Kepala Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat Wahyudin menyebut ada beberapa tantangan yang dialami pada sektor ekonomi kreatif untuk menuju Indonesia emas pada tahun 2045.

"Sektor ekonomi kreatif di Indonesia ini kita tau dan pahami bersama banyak tantangan yang dihadapi," Kata Wahyudin dalam webinar Hari Statistik Nasional yang dipantau di Mataram, Senin.

Wahyudin mengatakan bahwa di Indonesia sektor ekonomi kreatif memiliki tiga tantangan, yakni terbatasnya akses pembiayaan, kurangnya pengembangan kapasitas sumber daya manusia, dan keterbatasan infrastruktur digital.

Menurut Pasal 4 ayat 2 Perpres Nomor 96 tahun 2019, ruang lingkup ekonomi kreatif terbagi menjadi 17 subsektor di antaranya aplikasi, pengembang gim, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fesyen, film, animasi dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, televisi, dan radio.

Pada tahun 2025 hingga 2045, pemerintah menempatkan koridor ekonomi Bali-Nusa Tenggara sebagai superhub pariwisata dan ekonomi kreatif nusantara bertaraf internasional.

Sementara itu, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Edy Mahmud menekankan dalam membangun ekonomi kreatif tujuannya agar pelaku ekonomi kreatif dapat meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi kesenjangan. 

"Kalau kita membangun ekonomi kreatif sebaiknya atau tujuannya adalah agar pelaku ekonomi kreatif meningkat sejahtera nya dan dapat mengurangi pengangguran," pungkas Edy Mahmud.


Pewarta : I Gede Sutrawan/Mahasiswa PKL Unram
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024