Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat sudah menggelar 23 kegiatan gerakan pangan murah di sejumlah tempat dalam rangka stabilkan harga dan pasokan pangan di wilayah itu.
Kepala Bidang PSBE dan Distribusi Pangan Dinas Ketahanan Pangan NTB, Raisah mengakui kegiatan pangan murah sudah dilakukan sebanyak 23 kali selama tahun 2024.
"Kegiatan pangan murah ini kita laksanakan untuk menjaga stabilkan pasokan dan harga pangan di NTB," ujarnya di sela-sela kegiatan pasar murah di Mataram melalui keterangan tertulis, Kamis.
Ada pun beberapa produk yang di jual seperti beras, telur, gula, minyak goreng, sayur - sayuran, bawang merah dan putih. Sedangkan PUPN menyediakan beras petani, Bulog beras SPHP, MGM dan distributor lainnya.
"Ke depan-nya akan tetap dilaksanakan sebanyak enam kali, salah satunya dalam menyambut Natal dan Tahun Baru 2025," ungkapnya.
Menurut dia, secara umum ketahanan pangan di seluruh wilayah NTB masih dalam kondisi baik. Terutama, dari segi ketersediaan pangan pokok.
"Kebutuhan pangan pokok itu untuk NTB masih mencukupi," katanya.
Baca juga: Cegah inflasi, pasar murah digelar di Lombok Tengah
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mengumumkan angka inflasi bulan ke bulan di NTB tercatat sebesar 0,09 persen pada Oktober 2024.
Kepala BPS NTB Wahyudin mengatakan pembentuk inflasi tertinggi adalah tomat dan emas perhiasan. Komoditas emas perhiasan menyumbang inflasi sebesar 0,07 persen. Sedangkan, komoditas tomat menyumbang inflasi hingga 0,17 persen.
Baca juga: Disdag siapkan 6 ton beras murah untuk pasar rakyat di Mataram
Musim pancaroba atau peralihan kemarau ke hujan membuat banyak tanaman tomat mati yang membuat pasokan menurun. Harga tomat di pasar tradisional, seperti Pasar Kebon Roek di Kota Mataram menembus harga Rp20 ribu per kilogram.
Selain tomat dan emas perhiasan, komoditas yang juga menyumbang inflasi di NTB adalah beras sebesar 0,06 persen, bawang merah 0,03 persen, dan sigaret kretek tangan 0,03 persen.
Kepala Bidang PSBE dan Distribusi Pangan Dinas Ketahanan Pangan NTB, Raisah mengakui kegiatan pangan murah sudah dilakukan sebanyak 23 kali selama tahun 2024.
"Kegiatan pangan murah ini kita laksanakan untuk menjaga stabilkan pasokan dan harga pangan di NTB," ujarnya di sela-sela kegiatan pasar murah di Mataram melalui keterangan tertulis, Kamis.
Ada pun beberapa produk yang di jual seperti beras, telur, gula, minyak goreng, sayur - sayuran, bawang merah dan putih. Sedangkan PUPN menyediakan beras petani, Bulog beras SPHP, MGM dan distributor lainnya.
"Ke depan-nya akan tetap dilaksanakan sebanyak enam kali, salah satunya dalam menyambut Natal dan Tahun Baru 2025," ungkapnya.
Menurut dia, secara umum ketahanan pangan di seluruh wilayah NTB masih dalam kondisi baik. Terutama, dari segi ketersediaan pangan pokok.
"Kebutuhan pangan pokok itu untuk NTB masih mencukupi," katanya.
Baca juga: Cegah inflasi, pasar murah digelar di Lombok Tengah
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mengumumkan angka inflasi bulan ke bulan di NTB tercatat sebesar 0,09 persen pada Oktober 2024.
Kepala BPS NTB Wahyudin mengatakan pembentuk inflasi tertinggi adalah tomat dan emas perhiasan. Komoditas emas perhiasan menyumbang inflasi sebesar 0,07 persen. Sedangkan, komoditas tomat menyumbang inflasi hingga 0,17 persen.
Baca juga: Disdag siapkan 6 ton beras murah untuk pasar rakyat di Mataram
Musim pancaroba atau peralihan kemarau ke hujan membuat banyak tanaman tomat mati yang membuat pasokan menurun. Harga tomat di pasar tradisional, seperti Pasar Kebon Roek di Kota Mataram menembus harga Rp20 ribu per kilogram.
Selain tomat dan emas perhiasan, komoditas yang juga menyumbang inflasi di NTB adalah beras sebesar 0,06 persen, bawang merah 0,03 persen, dan sigaret kretek tangan 0,03 persen.