Mataram (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) periode 2022-2025 DR Dr Moh Adib Khumaidi, SpOTmengatakan menyatakan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) bagi warga yang berulang tahun menjadi modal penting bagi pembentukan peta rekam medis nasional yang komprehensif.
"Program itu membuat Indonesia memiliki database tentang kesehatan seluruh masyarakat," ujarnya saat mengunjungi kantor berita ANTARA Biro NTB di Mataram, Jumat.
Adib mengungkapkan CKG membuat pemerintah dan para pemangku kepentingan lebih mudah mengetahui karakteristik penyakit yang diidap masyarakat di suatu daerah, seperti hipertensi, ginjal, dan sebagainya.
Baca juga: Muktamar ke-32 IDI di Mataram lahirkan lima resolusi kesehatan nasional
Program itu merupakan upaya deteksi dini penyakit agar pencegahan bisa lebih optimal, karena selama ini konsep di bidang kesehatan lebih banyak kepada program yang bersifat kuratif.
Konsep penanganan penyakit kuratif dilaksanakan untuk mengobati penyakit, mencegah keparahan penyakit, mencegah dan menurunkan tingkat kecacatan, serta mencegah kematian.
Menurut Adib, bila sakit baru diobati membutuhkan biaya mahal. Biaya pengobatan yang mahal tersebut ditanggung oleh negara melalui jaminan kesehatan nasional dengan cakupan lebih dari 95 persen total penduduk Indonesia.
"Kalau kita ingin mengefisienkan anggaran kesehatan, maka kita harus menginvestasikan di awal dengan pemeriksaan kesehatan gratis," ucapnya.
Baca juga: Muktamar XXXII IDI momentum perkuat profesionalisme dokter
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa program kesehatan gratis tidak sebatas hanya pemeriksaan dan tidak boleh hanya satu institusi saja, melainkan harus melibatkan semua pemangku kepentingan mulai dari BPJS hingga tenaga tenaga kesehatan di wilayah.
Melalui peta rekam medis yang ada di setiap wilayah, maka intervensi yang berkaitan dengan penyakit bisa dilakukan baik itu melalui pendekatan lingkungan maupun pendekatan sosial ekonomi.
Adib mengatakan program pemeriksaan kesehatan gratis membutuhkan investasi, namun investasi itu kalau dijalankan dengan baik bisa menjadi modal besar untuk merubah paradigma berfikir bukan lagi sakit tetapi sehat.
"Semakin banyak yang sehat dan tidak banyak yang sakit, maka kita bisa sangat banyak menghemat anggaran negara di bidang kesehatan," pungkasnya.
Baca juga: Muktamar XXXII IDI momentum perkuat profesionalisme dokter
Baca juga: Menko Yusril: Organisasi profesi kedokteran seperti IDI idealnya satu di Indonesia
Baca juga: 2.500 dokter bakal hadiri muktamar IDI ke-32 di Mataram