Depok, (ANTARA) - Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan menilai sosok almarhum WS Rendra memandang masyarakat tidak basa-basi.

"Saya sangat menganggumi beliau, karena dalam memandang masyarakat bukan merupakan basa-basi," katanya di Bengkel Teater WS Rendra, di Cipayung, Citayam, Kota Depok, Jumat.

Ia mengatakan selalu datang ketika acara-acara yang diselenggarakan oleh WS Rendra baik pembacaan puisi atupun diskusi-diskusi.

"Banyak yang bisa dipelajari dari beliau, terutama masalah kemasyarakatan," ujarnya.

Ia menilai kejujuran ekspresi merupakan hal yang selalu melekat pada dirinya dan tidak pernah terpesona pada harta duniawi. Rendra juga dinilai sebagai sosok yang telah menyadarkan masyarakat dengan perspektif-perspektif yang dimilikinya.

"Beliau adalah orang yang telah menyadarkan kita dengan semua perspektif-perspektif berbeda yang dimilikinya," katanya.

Ia mengaku telah mengenal secara pribadi dengan Rendra sejak lama, ketika masih di Yogyakarta. "Jelas saya merasa kehilangan sosok panutan dalam bermasyarakat," katanya.

Jenazah WS. Rendra saat ini disemayamkan di Bengkel Teater miliknya, di Jalan Raya Cipayung Jaya, Kelurahan Cipayung Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat.

Sastrawan yang bernama asli Willibrordus Surendra Broto Rendra atau H Wahyu Sulaiman (WS) Rendra meninggal Kamis malam (6/7) pukul 21.30 WIB.

Jenazah pria kelahiran Solo 7 November 1933 itu akan dimakamkan di Bengkel Teater, perkampungan seniman yang dibangunnya, di Cipayung Jaya, Citayam, Kota Depok, Jawa Barat.

Sebelum dimakamkan, Rendra akan disalatkan di masjid di dekat Bengkel Teater dan dimakamkan seusai salat Jumat.

Tempat peristirahatan terakhir WS Rendra, pada Jumat pagi, sedang digali, dan jenazah diletakkan di sebuah pendopo yang berada tidak jauh dari lokasi pemakaman.

Pembacaan ayat suci Al-quran dan lantunan Surat Yasin dan Salawat Nabi terus dibaca oleh para pelayat.(*)




Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024