Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat mulai menyiapkan skenario edukasi dan mitigasi terhadap potensi bencana banjir di kota itu sebagai upaya membentuk masyarakat yang waspada dan tangguh terhadap bencana banjir.
"Selama ini, kegiatan edukasi dan mitigasi bencana yang kami lakukan lebih fokus pada potensi bencana gelombang pasang dan tsunami," kata Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram Ahmad Muzaki di Mataram, Sabtu.
Namun dengan adanya bencana banjir yang melanda Kota Mataram pada 6 Juli 2025 yang tersebar di enam kecamatan se-Kota Mataram, menjadi pelajaran dan evaluasi melakukan langkah mitigasi bencana banjir.
Baca juga: Waspada! Air sumur di Mataram tercemar E. Coli pasca-banjir
Kota Mataram bersama dengan sembilan kabupaten/kota lainnya di Nusa Tenggara Barat (NTB), memiliki enam dari sepuluh jenis bencana yang umum terjadi di NTB, yaitu gelombang pasang dan abrasi, serta gempa bumi yang berpotensi tsunami, kebakaran pemukiman, konflik sosial, dan banjir.
Potensi banjir selama ini, katanya, tidak pernah terpikir sebab selama ini yang terjadi di Mataram hanya potensi genangan air pada titik-titik tertentu.
Genangan tersebut dipicu karena terjadinya antrean air di saluran ketika terjadi hujan merata dengan intensitas tinggi, dan genangan air akan hilang dalam waktu 1-2 jam.
"Tapi banjir yang terjadi awal bulan Juli ini, benar-benar tidak pernah terpikirkan dan ini baru terjadi pertama di Kota Mataram," katanya.
Baca juga: Banjir Mataram jadi momentum siapkan konsep pembangunan tahan bencana
Terkait dengan itulah, ke depan perlu dilakukan upaya edukasi dan mitigasi secara mendalam kepada anak-anak sejak usia dini, dan masyarakat umum terutama yang berada di daerah aliran sungai (DAS).
Tujuannya, untuk menumbuhkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat dan anak-anak tentang banjir sejak dini serta cara pencegahan, dan tindakan yang tepat saat terjadi banjir.
Hal itu penting untuk melindungi anak-anak dari bahaya banjir, mengurangi risiko korban jiwa, dan membantu mereka mengembangkan sikap waspada dan tangguh terhadap bencana.
"Targetnya bisa mengubah perilaku masyarakat agar tidak lagi buang sampah di sungai dan saluran," katanya.
Baca juga: Dinsos siapkan 1.000 paket pangan bagi korban banjir di Mataram
Selain itu, kajian dan mitigasi juga perlu dilakukan secara menyeluruh dari hulu berkolaborasi dengan daerah-daerah hulu seperti di Kabupaten Lombok Barat, serta Pemerintah Provinsi NTB juga harus terlibat.
"Penyebab banjir perlu dipikirkan secara lebih kompleks, jangan-jangan banjir terjadi karena hutan di daerah hulu sudah gundul atau ada penyebab lainnya," katanya.
Selain itu, BPBD juga akan melakukan kajian terhadap kondisi sempadan sungai yang hasilnya bisa menjadi rekomendasi dari dinas teknis untuk melakukan perbaikan sebagai upaya mitigasi bencana.
Misalnya, talud di titik tertentu kondisinya sudah rawan longsor sehingga ketika terjadi hujan deras bisa langsung amblas.
"Rekomendasi itu, akan kami serahkan ke dinas teknis untuk melakukan kajian lebih lanjut sebab merekah yang lebih paham," katanya.
Baca juga: Kerusakan tanggul di Mataram akibat banjir butuh Rp7 Miliar untuk pemulihan
Baca juga: Dukcapil usulkan 20.000 keping blangko KTP untuk korban banjir di Mataram
Baca juga: Pemkot Mataram tetapkan status transisi darurat ke pemulihan pasca-banjir
Baca juga: Dukcapil Mataram buka layanan adminduk bagi warga terdampak banjir
Baca juga: Perbaikan jembatan rusak akibat banjir di Mataram siap ditender