Jakarta (ANTARA) - Beberapa waktu lalu, virus corona menggemparkan dunia melalui kasus SARS dan MERS. Kini, tragedi yang disebabkan virus corona itu berulang kembali.
Kantor WHO di China melaporkan 44 kasus pneumonia dengan penyebab tidak diketahui terdeteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China dari 31Desember 2019 hingga 3 Januari 2020.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (CDC) mengatakan bahwa kasus pertama 2019, penyebaran virus nCoV terjadi di pasar seafood Huanandi Wuhan, China. Akibatnya, pasar Huanan di Wuhan ditutup pada 1 Januari 2020 untuk disinfeksi dan sanitasi lingkungan.
Fenomena itu terjadi karena insiden saat virus berpindah dari hewan ke manusia. Proses spillover ini terjadi karena kedekatan dan kontak manusia-hewan, terutama di pasar di mana hewan hidup dan mati diperjualbelikan untuk konsumsi.
Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan 25 orang meninggal dunia akibat virus corona Wuhan dan 830 orang terinfeksi. Dari 25 orang itu, 24 berasal dari Provinsi Hubei dan satu Hebei.
Pada 7 Januari 2020, pemerintah China berhasil mengidentifikasi tipe baru virus corona, melalui proses isolasi. Pada 12 Januari 2020, ilmuwan China berbagi sekuens genetika virus corona baru ke pelbagai negara untuk digunakan sebagai pengembangan kit diagnostik spesifik.
Pada 20 Januari 2020, pihak berwenang di China melaporkan ke WHO tambahan 139 kasus baru infeksi virus corona baru (nCOV) yang terdeteksi di Wuhan, Beijing, dan Shenzhen. Tragedi Wuhan itu seolah seperti fenomena gunung es. Banyak kasus positif 2019-nCoV yang belum terdeteksi.
Pakar pemodelan penyakit dari Imperial College, London memprediksi setidaknya 4.000 orang di China telah terinfeksi virus corona Wuhan.
Masih pada 20 Januari 2020, sebanyak 282 kasus terkonfirmasi 2019-nCoV telah dilaporkan dari empat negara, termasuk China (278 kasus), Thailand (2), Jepang (1), dan Republik Korea (1).
Dari China, virus corona menyebar ke berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Arab Saudi, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, Vietnam, Nepal, Perancis. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan menerapkan status siaga satu sebagai upaya preventif.
Meskipun ratusan orang telah terkonfirmasi 2019-nCoV, WHO hingga kini belum mendeklarasikan wabah virus corona Wuhan sebagai kegawatdaruratan kesehatan global, mengingat kejadian itu hanya kasus kegawatdaruratan di China.
Bereplikasi
Virus corona dikenal sebagai virus penyebab influenza (common cold) hingga penyakit berat, seperti SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS (Middle East Respiratory Syndrome). Virus corona bereplikasi menggunakan mRNA.
Menurut klasifikasi dari Komite Internasional Taksonomi Virus, virus corona merupakan anggota subfamili Coronavirinae dari famili Coronaviridae, ordo Nidovirales. Subfamili ini terdiri atas empat genus, yaitu virus corona alfa, beta, gamma, dan delta. Klasifikasi ini berdasarkan hubungan filogenetik dan struktur genomik.
Virus corona alfa dan beta hanya menginfeksi mamalia. Virus corona gamma dan delta terutama menginfeksi burung-burung, namun beberapa di antara mereka dapat menginfeksi mamalia.
Virus corona alfa dan beta biasanya menyebabkan penyakit pernapasan pada manusia dan gastroenteritis pada hewan.
Genus alphacoronavirus termasuk dua spesies virus manusia, yakni HCoV-229E dan HCoV-NL63. Virus HCoV-229E memakai aminopeptidase N (APN) sebagai reseptor utamanya.
Dua dari spesies non-SARS manusia dari genus betacoronavirus, HCoV-HKU1 dan HCoV-OC43, memiliki aktivitas hemagglutinin-esterase dan menggunakan residu asam sialat sebagai reseptor.
Genus deltacoronavirus mengandung avian coronavirus yang dijumpai di beberapa spesies burung (songbirds). Genus gamma coronavirus terutama mengandung avian coronavirus, jenis virus utama penyebab bronkitis pada ayam.
Melalui udara
Penyebaran virus corona melalui kontak langsung dengan cairan (sekresi) yang terinfeksi atau percikan ludah. Maksudnya, virus corona menyebar melalui udara saat seseorang bersin atau batuk.
Kekebalan tubuh (imunitas) berkembang segera setelah infeksi namun berkurang secara bertahap seiring berjalannya waktu.
Pola infeksi ulang (reinfeksi) umum dijumpai, dikarenakan penurunan imunitas dan variasi antigen antarspesies.
Di rumah sakit, penyebaran di antara pasien anak-anak terjadi melalui kontak antarperawat mereka. Wabah juga berpotensi terjadi di fasilitas kesehatan jangka panjang untuk penderita dewasa hingga lanjut usia.
Secara umum, seseorang yang terpapar virus corona Wuhan akan mengalami gangguan saluran pernapasan, demam, sakit tenggorokan, batuk, napas pendek, dan sulit bernapas. Pada awal kasus sering tanpa gejala. Pada kasus berat, infeksi virus corona dapat menyebabkan pneumonia, sindrom respirasi akut berat (SARS), gagal ginjal, hingga kematian.
Sindrom (kumpulan gejala) klinis terkait dengan infeksi nCOV terbagi menjadi enam macam, yakni penyakit tak terkomplikasi, pneumonia ringan, pneumonia berat, ARDS (sindrom distres respirasi akut), sepsis, dan syok septik.
Terkait dengan penyakit tak terkomplikasi, pasien-pasien dengan infeksi virus saluran pernapasan bagian atas tak terkomplikasi, boleh jadi mengalami gejala yang tidak spesifik. Misalnya, demam, batuk, sakit tenggorokan, hidung buntu (napas terganggu), lemas, sakit kepala, dan nyeri otot.
Pada kasus orang tua dan orang dengan daya tahan tubuh rendah, boleh jadi tidak mengalami gejala apapun. Pasien umumnya tidak memiliki tanda-tanda dehidrasi, sepsis, atau sesak napas.
Terkait dengan pneumonia ringan, karakteristiknya pasien dengan pneumonia (infeksi paru-paru) dan tidak memiliki tanda-tanda pneumonia berat. Anak-anak dengan pneumonia tidak berat umumnya merasakan batuk, sulit bernapas, dan napas cepat.
Napas cepat ditandai dengan tarikan napas cepat per menitnya. Usia kurang dari dua bulan lebih dari atau sama dengan 60 kali/menit. Usia 2-11 bulan, lebih dari atau sama dengan 50 kali/menit. Usia 1-5 tahun, lebih dari atau sama dengan 40 kali/menit dan tidak memiliki tanda-tanda pneumonia berat.
Terkait dengan pneumonia berat. Remaja atau dewasa, demam atau curiga infeksi saluran pernafasan, rerata napas lebih dari 30 kali per menit, gangguan pernapasan berat, atau kadar SpO2 kurang dari 90 persen pada udara ruangan.
Terkait dengan sindrom distres respirasi akut (ARDS), penderita ARDS memiliki onset sekitar seminggu untuk muncul perburukan gejala saluran pernapasan.
Gambaran pencitraan dada (radiograf, CT scan, ultrasound paru-paru) menunjukkan tak tembus cahaya (opak) bilateral. Bengkak boleh jadi berasal dari gagal napas yang belum dapat dijelaskan apakah karena gagal jantung atau kelebihan cairan.
Terkait dengan sepsis. Sepsis adalah peradangan tubuh akibat infeksi. Penderita sepsis dewasa mengalami kegagalan fungsi (disfungsi) organ, salah satunya karena infeksi.
Tanda-tanda disfungsi organ, antara lain perubahan status mental, gangguan pernapasan (napas cepat atau sulit bernapas), derajat percampuran (saturasi) oksigen rendah, produksi air seni berkurang, jantung berdenyut cepat, nadi teraba lemah, anggota gerak tubuh teraba dingin.
Selain itu, tekanan darah rendah. muncul bercak di kulit, atau pemeriksaan laboratorium menunjukkan bukti koagulopati (gangguan pembekuan darah), trombositopeni (penurunan keping darah), asidosis (peningkatan kadar asam di tubuh), peningkatan laktat, dan hiperbilirubinemia (peningkatan kadar bilirubin di aliran darah).
Pada anak-anak, sepsis ditandai oleh kecurigaan tim medis telah terjadi infeksi, terbukti infeksi, atau minimal terdapat dua kriteria SIRS. Sepsis pada anak-anak dapat ditandai oleh ketidaknormalan suhu tubuh atau hitung darah putih.
Terkait dengan syok septik. Syok septik merupakan komplikasi dari sepsis. Pada dewasa, syok septik ditandai oleh tekanan darah rendah (hipotensi) yang menetap. Dokter perlu vasopresor dan serum laktat untuk mengatasinya.
Pada anak-anak, syok septik juga ditandai oleh hipotensi disertai perubahan status mental, perubahan denyut jantung (meningkat atau melambat), pola pernapasan cepat, waktu pengisian kapiler memanjang (lebih dari dua detik) atau terjadi pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) dengan nadi terbatas, muncul bercak kecil berupa titik berwarna kemerahan di kulit, peningkatan laktat, sedikit air seni (oliguria), perubahan suhu tubuh (meningkat atau menurun).
Deteksi
Deteksi strain virus corona manusia menggunakan sampel nasofaring (hidung bagian belakang) dengan RT-PCR (reverse-transcriptase polymerase chain reaction) dan asai deteksi antigen imunofluoresens. Virus corona yang diperoleh dari komunitas sulit bereplikasi di kultur jaringan.
Terapi suportif berperan sebagai tatalaksana infeksi virus corona. Chloroquine, yang memiliki aktivitas antirus terhadap SARS-CoV, diduga efektif melawan virus corona.
Pelbagai solusi disinfektan atau antiseptik yang umumnya digunakan di rumah sakit dan rumah tangga, seperti kloroksilenol, benzalkonium kloride, cetrimide atau klorheksidin, terbukti tidak efektif membasmi virus corona.
Hingga kini belum ditemukan vaksin yang efektif untuk mencegah virus corona Wuhan. WHO telah merekomendasikan semua negara menguatkan sistem surveilans untuk kasus infeksi pernapasan akut berat, untuk menemukan pola kasus pneumonia tak biasa.
Semua negara diharapkan memperkuat persiapan menghadapi kegawatdaruratan kesehatan secara berkesinambungan sesuai dengan Regulasi Kesehatan Internasional (2005).
Kewaspadaan internasional terhadap virus corona Wuhan melalui jalur penerbangan telah dioptimalkan. Sejak 14 Januari 2020, sedikitnya 35 termometer infrared telah diinstal di bandara, stasiun kereta api, terminal bus, dan pelabuhan.
Rekomendasi standar untuk mengurangi paparan dan transmisi penyakit akibat Coronavirus Wuhan, antara lain higiene-sanitasi diri dan makanan, menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh dengan pola hidup sehat dan gizi seimbang, kebiasaan mencuci tangan selama 20 detik dengan sabun atau alkohol.
Selain itu, menghindari kontak langsung dengan hewan hidup atau mati saat berada di pasar, memakai masker, tidak berkontak langsung dengan orang yang bersin, batuk, flu, atau demam.
Bila Anda sakit tenggorokan atau mengalami gejala flu, segeralah memeriksakan diri ke dokter.
*) dr Dito Anurogo MSc adalah dosen FKIK Unismuh Makassar, delegasi Indonesia terpilih untuk mengikuti 2020 The Annual Biomedical Exploration Workshop di Taipei Medical University (TMU) Taiwan yang disponsori oleh Kementerian Pendidikan Taiwan, instruktur literasi baca-tulis tingkat nasional 2019, penulis profesionel berlisensi BNSP, pengurus Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI), dokter literasi digital, dan Kepala LP3AI ADPERTISI
Kantor WHO di China melaporkan 44 kasus pneumonia dengan penyebab tidak diketahui terdeteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China dari 31Desember 2019 hingga 3 Januari 2020.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (CDC) mengatakan bahwa kasus pertama 2019, penyebaran virus nCoV terjadi di pasar seafood Huanandi Wuhan, China. Akibatnya, pasar Huanan di Wuhan ditutup pada 1 Januari 2020 untuk disinfeksi dan sanitasi lingkungan.
Fenomena itu terjadi karena insiden saat virus berpindah dari hewan ke manusia. Proses spillover ini terjadi karena kedekatan dan kontak manusia-hewan, terutama di pasar di mana hewan hidup dan mati diperjualbelikan untuk konsumsi.
Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan 25 orang meninggal dunia akibat virus corona Wuhan dan 830 orang terinfeksi. Dari 25 orang itu, 24 berasal dari Provinsi Hubei dan satu Hebei.
Pada 7 Januari 2020, pemerintah China berhasil mengidentifikasi tipe baru virus corona, melalui proses isolasi. Pada 12 Januari 2020, ilmuwan China berbagi sekuens genetika virus corona baru ke pelbagai negara untuk digunakan sebagai pengembangan kit diagnostik spesifik.
Pada 20 Januari 2020, pihak berwenang di China melaporkan ke WHO tambahan 139 kasus baru infeksi virus corona baru (nCOV) yang terdeteksi di Wuhan, Beijing, dan Shenzhen. Tragedi Wuhan itu seolah seperti fenomena gunung es. Banyak kasus positif 2019-nCoV yang belum terdeteksi.
Pakar pemodelan penyakit dari Imperial College, London memprediksi setidaknya 4.000 orang di China telah terinfeksi virus corona Wuhan.
Masih pada 20 Januari 2020, sebanyak 282 kasus terkonfirmasi 2019-nCoV telah dilaporkan dari empat negara, termasuk China (278 kasus), Thailand (2), Jepang (1), dan Republik Korea (1).
Dari China, virus corona menyebar ke berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Arab Saudi, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, Vietnam, Nepal, Perancis. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan menerapkan status siaga satu sebagai upaya preventif.
Meskipun ratusan orang telah terkonfirmasi 2019-nCoV, WHO hingga kini belum mendeklarasikan wabah virus corona Wuhan sebagai kegawatdaruratan kesehatan global, mengingat kejadian itu hanya kasus kegawatdaruratan di China.
Bereplikasi
Virus corona dikenal sebagai virus penyebab influenza (common cold) hingga penyakit berat, seperti SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS (Middle East Respiratory Syndrome). Virus corona bereplikasi menggunakan mRNA.
Menurut klasifikasi dari Komite Internasional Taksonomi Virus, virus corona merupakan anggota subfamili Coronavirinae dari famili Coronaviridae, ordo Nidovirales. Subfamili ini terdiri atas empat genus, yaitu virus corona alfa, beta, gamma, dan delta. Klasifikasi ini berdasarkan hubungan filogenetik dan struktur genomik.
Virus corona alfa dan beta hanya menginfeksi mamalia. Virus corona gamma dan delta terutama menginfeksi burung-burung, namun beberapa di antara mereka dapat menginfeksi mamalia.
Virus corona alfa dan beta biasanya menyebabkan penyakit pernapasan pada manusia dan gastroenteritis pada hewan.
Genus alphacoronavirus termasuk dua spesies virus manusia, yakni HCoV-229E dan HCoV-NL63. Virus HCoV-229E memakai aminopeptidase N (APN) sebagai reseptor utamanya.
Dua dari spesies non-SARS manusia dari genus betacoronavirus, HCoV-HKU1 dan HCoV-OC43, memiliki aktivitas hemagglutinin-esterase dan menggunakan residu asam sialat sebagai reseptor.
Genus deltacoronavirus mengandung avian coronavirus yang dijumpai di beberapa spesies burung (songbirds). Genus gamma coronavirus terutama mengandung avian coronavirus, jenis virus utama penyebab bronkitis pada ayam.
Melalui udara
Penyebaran virus corona melalui kontak langsung dengan cairan (sekresi) yang terinfeksi atau percikan ludah. Maksudnya, virus corona menyebar melalui udara saat seseorang bersin atau batuk.
Kekebalan tubuh (imunitas) berkembang segera setelah infeksi namun berkurang secara bertahap seiring berjalannya waktu.
Pola infeksi ulang (reinfeksi) umum dijumpai, dikarenakan penurunan imunitas dan variasi antigen antarspesies.
Di rumah sakit, penyebaran di antara pasien anak-anak terjadi melalui kontak antarperawat mereka. Wabah juga berpotensi terjadi di fasilitas kesehatan jangka panjang untuk penderita dewasa hingga lanjut usia.
Secara umum, seseorang yang terpapar virus corona Wuhan akan mengalami gangguan saluran pernapasan, demam, sakit tenggorokan, batuk, napas pendek, dan sulit bernapas. Pada awal kasus sering tanpa gejala. Pada kasus berat, infeksi virus corona dapat menyebabkan pneumonia, sindrom respirasi akut berat (SARS), gagal ginjal, hingga kematian.
Sindrom (kumpulan gejala) klinis terkait dengan infeksi nCOV terbagi menjadi enam macam, yakni penyakit tak terkomplikasi, pneumonia ringan, pneumonia berat, ARDS (sindrom distres respirasi akut), sepsis, dan syok septik.
Terkait dengan penyakit tak terkomplikasi, pasien-pasien dengan infeksi virus saluran pernapasan bagian atas tak terkomplikasi, boleh jadi mengalami gejala yang tidak spesifik. Misalnya, demam, batuk, sakit tenggorokan, hidung buntu (napas terganggu), lemas, sakit kepala, dan nyeri otot.
Pada kasus orang tua dan orang dengan daya tahan tubuh rendah, boleh jadi tidak mengalami gejala apapun. Pasien umumnya tidak memiliki tanda-tanda dehidrasi, sepsis, atau sesak napas.
Terkait dengan pneumonia ringan, karakteristiknya pasien dengan pneumonia (infeksi paru-paru) dan tidak memiliki tanda-tanda pneumonia berat. Anak-anak dengan pneumonia tidak berat umumnya merasakan batuk, sulit bernapas, dan napas cepat.
Napas cepat ditandai dengan tarikan napas cepat per menitnya. Usia kurang dari dua bulan lebih dari atau sama dengan 60 kali/menit. Usia 2-11 bulan, lebih dari atau sama dengan 50 kali/menit. Usia 1-5 tahun, lebih dari atau sama dengan 40 kali/menit dan tidak memiliki tanda-tanda pneumonia berat.
Terkait dengan pneumonia berat. Remaja atau dewasa, demam atau curiga infeksi saluran pernafasan, rerata napas lebih dari 30 kali per menit, gangguan pernapasan berat, atau kadar SpO2 kurang dari 90 persen pada udara ruangan.
Terkait dengan sindrom distres respirasi akut (ARDS), penderita ARDS memiliki onset sekitar seminggu untuk muncul perburukan gejala saluran pernapasan.
Gambaran pencitraan dada (radiograf, CT scan, ultrasound paru-paru) menunjukkan tak tembus cahaya (opak) bilateral. Bengkak boleh jadi berasal dari gagal napas yang belum dapat dijelaskan apakah karena gagal jantung atau kelebihan cairan.
Terkait dengan sepsis. Sepsis adalah peradangan tubuh akibat infeksi. Penderita sepsis dewasa mengalami kegagalan fungsi (disfungsi) organ, salah satunya karena infeksi.
Tanda-tanda disfungsi organ, antara lain perubahan status mental, gangguan pernapasan (napas cepat atau sulit bernapas), derajat percampuran (saturasi) oksigen rendah, produksi air seni berkurang, jantung berdenyut cepat, nadi teraba lemah, anggota gerak tubuh teraba dingin.
Selain itu, tekanan darah rendah. muncul bercak di kulit, atau pemeriksaan laboratorium menunjukkan bukti koagulopati (gangguan pembekuan darah), trombositopeni (penurunan keping darah), asidosis (peningkatan kadar asam di tubuh), peningkatan laktat, dan hiperbilirubinemia (peningkatan kadar bilirubin di aliran darah).
Pada anak-anak, sepsis ditandai oleh kecurigaan tim medis telah terjadi infeksi, terbukti infeksi, atau minimal terdapat dua kriteria SIRS. Sepsis pada anak-anak dapat ditandai oleh ketidaknormalan suhu tubuh atau hitung darah putih.
Terkait dengan syok septik. Syok septik merupakan komplikasi dari sepsis. Pada dewasa, syok septik ditandai oleh tekanan darah rendah (hipotensi) yang menetap. Dokter perlu vasopresor dan serum laktat untuk mengatasinya.
Pada anak-anak, syok septik juga ditandai oleh hipotensi disertai perubahan status mental, perubahan denyut jantung (meningkat atau melambat), pola pernapasan cepat, waktu pengisian kapiler memanjang (lebih dari dua detik) atau terjadi pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) dengan nadi terbatas, muncul bercak kecil berupa titik berwarna kemerahan di kulit, peningkatan laktat, sedikit air seni (oliguria), perubahan suhu tubuh (meningkat atau menurun).
Deteksi
Deteksi strain virus corona manusia menggunakan sampel nasofaring (hidung bagian belakang) dengan RT-PCR (reverse-transcriptase polymerase chain reaction) dan asai deteksi antigen imunofluoresens. Virus corona yang diperoleh dari komunitas sulit bereplikasi di kultur jaringan.
Terapi suportif berperan sebagai tatalaksana infeksi virus corona. Chloroquine, yang memiliki aktivitas antirus terhadap SARS-CoV, diduga efektif melawan virus corona.
Pelbagai solusi disinfektan atau antiseptik yang umumnya digunakan di rumah sakit dan rumah tangga, seperti kloroksilenol, benzalkonium kloride, cetrimide atau klorheksidin, terbukti tidak efektif membasmi virus corona.
Hingga kini belum ditemukan vaksin yang efektif untuk mencegah virus corona Wuhan. WHO telah merekomendasikan semua negara menguatkan sistem surveilans untuk kasus infeksi pernapasan akut berat, untuk menemukan pola kasus pneumonia tak biasa.
Semua negara diharapkan memperkuat persiapan menghadapi kegawatdaruratan kesehatan secara berkesinambungan sesuai dengan Regulasi Kesehatan Internasional (2005).
Kewaspadaan internasional terhadap virus corona Wuhan melalui jalur penerbangan telah dioptimalkan. Sejak 14 Januari 2020, sedikitnya 35 termometer infrared telah diinstal di bandara, stasiun kereta api, terminal bus, dan pelabuhan.
Rekomendasi standar untuk mengurangi paparan dan transmisi penyakit akibat Coronavirus Wuhan, antara lain higiene-sanitasi diri dan makanan, menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh dengan pola hidup sehat dan gizi seimbang, kebiasaan mencuci tangan selama 20 detik dengan sabun atau alkohol.
Selain itu, menghindari kontak langsung dengan hewan hidup atau mati saat berada di pasar, memakai masker, tidak berkontak langsung dengan orang yang bersin, batuk, flu, atau demam.
Bila Anda sakit tenggorokan atau mengalami gejala flu, segeralah memeriksakan diri ke dokter.
*) dr Dito Anurogo MSc adalah dosen FKIK Unismuh Makassar, delegasi Indonesia terpilih untuk mengikuti 2020 The Annual Biomedical Exploration Workshop di Taipei Medical University (TMU) Taiwan yang disponsori oleh Kementerian Pendidikan Taiwan, instruktur literasi baca-tulis tingkat nasional 2019, penulis profesionel berlisensi BNSP, pengurus Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI), dokter literasi digital, dan Kepala LP3AI ADPERTISI