Pembuktian petenis Rafael Nadal

id Rafael Nadal,tenis,french open Oleh Shofi Ayudiana

Pembuktian petenis Rafael Nadal

Petenis Spanyol Rafael Nadal mencium trofi setelah memenangi French Open mengalahkan petenis Norwegia Casper Ruud di final, Roland Garros, Paris, Prancis. (5/6/2022) (ANTARA/REUTERS/BENOIT TESSIER)

Jakarta (ANTARA) - Bagi Albert Ellis, seorang psikolog Amerika Serikat, ada tiga kepastian dalam hidup— kematian, pajak, dan wanita. Namun ada satu hal lainnya yang pasti, yakni Rafael Nadal menjuarai French Open. Petenis Spanyol itu meraih gelar ke-14 di Roland Garros setelah memenangi pertarungan tiga set atas petenis Norwegia Casper Ruud 6-3, 6-3, 6-0, Minggu, untuk menambah koleksi rekor Grand Slam-nya menjadi 22 gelar.

Dengan hasil itu, Nadal (36) yang merupakan juara tertua di French Open tersebut memperpanjang rekor kemenangannya menjadi 112 menang dan hanya tiga kekalahan, 17 tahun berlalu sejak ia mengangkat trofi pertama dalam debutnya di Paris pada 2005 silam.

“Dia adalah juara yang hebat, rendah hati. Dia adalah atlet terbaik yang pernah saya lihat dari olahraga apa pun,” kata legenda tenis John McEnroe pada Januari lalu ketika Nadal menjuarai Australian Open, seperti dikutip AFP.

Namun Nadal tidak pernah memuji dirinya sendiri seperti itu. Nadal yang senang memancing dan bermain golf di Manacor itu mungkin akan sangat kejam di lapangan tenis, tetapi dia sangat rendah hati di luar lapangan.

“Saya memiliki keraguan setiap hari, tetapi itu hal yang bagus karena membuat saya bekerja keras dengan lebih banyak intensitas,” kata Nadal, yang karier tenisnya terus menerus dihantui cedera lutut, pergelangan tangan dan kaki.

“Hidup tidak pernah jelas. Jika Anda tidak memiliki rasa ragu maka Anda termasuk orang yang sombong. Dan saya bukan orang yang arogan,” ujarnya Kesederhanaan dan kesantunan itulah yang membuat Nadal disukai oleh banyak penggemarnya, seperti halnya dia menghormati lawan-lawannya.

(Selanjutnya: Menghormati lawan)
Respek

Nadal akan selalu menghormati lawannya yang kalah di luar lapangan pada setiap turnamen yang dia mainkan. Ketika Alexander Zverev terpaksa mundur dari pertandingan semifinal Roland Garros akhir pekan lalu karena cedera pergelangan kaki, Nadal menemani rivalnya itu yang sedang menangis di ruang medis.

“Jika Anda manusia, Anda memiliki rasa simpati untuk rekan Anda,” ujar Nadal. Nadal juga dikenal sebagai petenis yang memiliki “ritual” unik yang terkadang dapat membuat lawan teralihkan perhatiannya. Sebelum melakukan servis, Nadal selalu terlebih dahulu menarik-narik bagian belakang celananya, mengusap alis lalu merapikan rambutnya.

Dia juga mempunyai kebiasaan meletakkan dua botol minumnya secara sejajar dengan label menghadap ke luar.
Petenis Spanyol Rafael Nadal (kiri) menyaksikan Alexander Zverev asal Jerman (tengah) yang mengerang kesakitan setelah mengalami cedera di pergelangan kaki saat pertandingan semifinal French Open di Roland Garros, Paris, Jumat (3/6/2022) ANTARA/REUTERS/YVES HERMAN.




Petenis kidal itu kini telah mengoleksi 14 gelar French Open, empat gelar US Open, dua gelar Wimbledon, dan dua trofi Australian Open. Kemenangan Nadal atas Roger Federer di final Wimbledon 2008 dianggap sebagai final terbaik yang pernah ada di turnamen tenis major. Pada saat itu, Nadal menang 6-4, 6-4, 6-7(5), 6-7(8), 9-7 dalam laga menegangkan berdurasi 4 jam 48 menit.

Nadal juga pernah meraih emas nomor tunggal pada Olimpiade 2008 Beijing dan emas ganda putra di Olimpiade 2016 Rio. Tak hanya itu, Raja Lapangan Tanah Liat itu telah membawa tim Spanyol merebut lima trofi juara Piala Davis.

Bersama Federer dan Djokovic, Nadal kini telah mengumpulkan hadiah uang tunai lebih dari 100 juta dolar atau di atas Rp1 triliun. Tenis mungkin telah memberikan segalanya bagi Nadal, namun dia juga telah memberikan pengaruh besar terhadap dunia olahraga.

(Selanjutnya: Cedera menghantui prestasi)
Juara hebat

Nadal memenangi trofi juara regional di kompetisi U-12 pada usia delapan tahun dan telah merebut gelar junior kelompok umur Spanyol dan Eropa pada usia 12 tahun. Nadal mulai turun pada kompetisi profesional saat usianya masih 15 tahun, dan dua tahun kemudian, dia memenangi pertandingan pertamanya melawan Federer.

Pada usia 19 tahun, ia memenangi French Open 2005, yang juga merupakan debutnya dalam turnamen lapangan tanah liat itu. Nadal juga mengoleksi mahkota Wimbledon pada tahun 2008 dan 2010, kemudian gelar Australian Open pada 2009, dan French Open pada 2010. Dia juga menutup musim 2010 dengan mengalahkan Djokovic di final US Open dan menjadi petenis termuda era Open yang menuntaskan empat turnamen Grand Slam dalam satu tahun.

Namun Nadal harus menghadapi situasi sulit dengan kondisi cedera yang kerap menghantui di sepanjang kariernya, termasuk seperti saat dia harus absen di Wimbledon dan US Open tahun lalu. Cedera kaki kiri kronis juga nyaris membuatnya kehilangan kesempatan turun di Paris tahun ini. Rasa sakit itulah yang membuat Nadal rela kalah di final seandainya kekalahan itu bisa ditukar dengan kaki baru.

Namun kondisi itu bukan yang pertama kalinya. Setelah gagal mencapai semifinal Grand Slam pada 2015 dan 2016, banyak pihak yang mengira bahwa masa-masa Nadal telah habis.

Setahun berlalu, Nadal berhasil membuktikan diri dengan melaju ke final Australian Open 2017, kalah dari Federer, lalu merebut trofi French Open ke-10 pada tahun yang sama, sebelum menutup musim dengan gelar juara di Flushing Meadows.

“Jangan pernah meremehkan seorang juara yang hebat. Etos kerja, dedikasi, dan semangat juang Anda yang luar biasa adalah inspirasi bagi saya dan banyak orang di seluruh dunia,” kata Federer setelah Nadal menyamai torehan 20 gelar Grand Slam miliknya di French Open 2020.
 

Nadal telah membuktikan diri bahwa mental juara dan tekad yang kuat cukup untuk membawa dia kembali menjuarai French Open untuk ke-14 kalinya menegaskan reputasinya sebagai "Raja Lapangan Tanah Liat." Dan dia bertekad untuk terus berjuang agar perjalanan karier tenisnya tidak berhenti sampai di Paris.