Jakarta (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menegaskan kualitas udara DKI Jakarta bukan yang terburuk di dunia, sebagaimana laporan dari lembaga IQ Air.
“Itu kan hasil monitoring analisis pakai metode tertentu dari swasta. Ada instrumen yang dia pakai. Saya tidak bermaksud membela diri tetapi kita lihat dari metode yang biasa dipakai,” kata Siti Nurbaya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin.
Menurut Siti, berdasarkan analisa yang dimilikinya, kualitas udara DKI Jakarta justeru berada di nomor 44 dari deretan negara-negara lain “Bahwa pada saat yang sama, DKI bukan yang sekian itu, nomor 44. Jadi sebetulnya buat saya itu hanya ukuran dan indikator,” ujarnya.
Baca juga: BMKG peringatkan waspadai banjir rob wilayah Bima dan Dompu
Melansir dari laman resmi IQ Air di Jakarta, kualitas udara ibu kota masuk kategori tidak sehat karena konsentrasi PM2.5 saat ini 27,4 kali dari nilai pedoman kualitas udara tahunan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Konsentrasi PM2.5 di Jakarta berada pada angka 136,9 gram per meter kubik.
PM2.5 mengacu pada materi mikroskopis tertentu dengan diameter 2,5 mikrometer atau kurang, dengan berbagai efek merugikan pada kesehatan manusia dan lingkungan, dan karena itu merupakan salah satu polutan utama yang digunakan dalam menghitung kualitas udara kota atau negara secara keseluruhan.