KBI BERTEKAD TINGKATKAN INOVASI BIOTEKNOLOGI SKALA INTERNASIONAL

id

     Lombok Barat, NTB, 4/7 (ANTARA) - Konsorsium Bioteknologi Indonesia (KBI) tertekad meningkatkan inovasi bioteknologi berskala internasioal atau mampu menembus pasar dunia, sehingga terus menggelar kegiatan yang melibatkan negara-negara maju.  

     "Kami menginginkan produk inovasi bioteknologi Indonesia mampu menembus pasar dunia, dan itu memungkinkan karena ada potensinya," kata Ketua Konsorsium Bioteknologi Indonesia (KBI) Prof DR Bambang Prasetya, usai pembukaan Konferensi Bioteknologi Indonesia ke-5, di Senggigi, Lombok Barat, NTB, Rabu.

     Konferensi itu dibuka oleh Sekretaris Daerah (Sekda) NTB H Muhammad Nur, yang dihadiri sebagian peserta dan tamu undangan lainnya, seperti Rektor Universitas Mataram (Unram) Prof Sunarpi.  

     Konferensi itu diselenggarakan oleh KBI, dan mulai tahun ini melibatkan pakar, akademisi, swasta dan pemangku kebijakan dari sejumlah negara, seperti Amerika, Kanada, Australia, New Zeland, Jepang, Korea, Cina, India, Inggris, Jerman dan Belanda.

     Bambang mengatakan, peran bioteknologi dalam pembangunan di bidang pangan/pertanian, energi, kesehatan, lingkungan dan industri pengolahan terus berkembang.

     Inovasi berbasis bioteknologi telah dikembangkan di negara-negara berkembang dan menembus pasar internasional.

     "Indonesia sebagai negara dengan potensi biodiversity yang besar baik di tingkat spesies maupun DNA, sangat berpeluang untuk meningkatkan daya saing nasional, bahkan internasional," ujarnya.

     Karena itu, kata Bambang, KBI menyelenggerakan konferensi tahunan sebagai forum tukar pikiran antara para pakar, akademisi, swasta dan pembuat kebijakan.

     Konferensi tersebut juga merupakan wadah aktualisasi pengetahuan bioteknologi dan sangat bermanfaat bagi bangsa dan negara, karena juga melibatkan pakar dari sejumlah negara maju.

     "Kita tahu bahwa di berbagai daerah, termasuk di NTB mulai bermunculkan keinginan sektor industri untuk mengembangkan pembangkit berbahan biomasa, biofuel, dan bioteknologi lainnya. Inilah teknologinya dan harus terus diinovasi agar mampu menembus pasar dunia," ujarnya.

     Menurut Bambang, masyarakat Indonesia patut bersyukur karena dikarunia wilayah beriklim tropis, yang diwarnai suhu panas sekaligus kandungan air yang memadai.

     Fenomena iklim di Indonesia itu mengandung tantangan yang besar, sehingga dibutuhkan kajian dan penelitian, termasuk bioteknologi, agar berguna bagi masyarakat Indonesia seperti di bidang pertanian, kesehatan, dan energi.

     "Sudah banyak bioteknologi yang dihasilkan, hepatika misalnya, sudah dipakai WHO (organisasi kesehatan dunia). Itu berarti kita punya potensi menembus pasar dunia," ujar Bambang yang didampingi anggota KBI lainnya.(*)