16 meter kubik sampah sungai terjaring dalam sehari di Mataram

id Sampah di Mataram,Sampah Mataram,Mataram,Sampah

16 meter kubik sampah sungai terjaring dalam sehari di Mataram

Petugas Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengangkat sampah yang terjaring di aliran sungai Jangkuk kawasan Ampenan, Senin (23/10-2023). (ANTARA/HO-Dokumen pribadi)

Mataram (ANTARA) - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), menyebutkan dalam sehari sekitar 16 meter kubik sampah sungai berhasil terjaring dan diangkut melalui sistem jaring sampah dengan pelampung dari pipa PVC.

Pejabat Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas PUPR Kota Mataram Miftahurrahman di Mataram, Senin, mengatakan, sebanyak 16 meter kubik sampah sungai yang berhasil dijaring itu dari dua titik jaring sampah yang diujicoba mulai 17 Oktober 2023.

"Dua titik jaring sampah yang diujicoba meliputi di Sungai Jangkuk Ampenan dan Kali Ancar. Masing-masing volume sampah yang diangkut sekitar delapan meter kubik atau dua dump truck," katanya.

Menurut Miftahurrahman, tingginya sampah yang berhasil dijaring itu dipicu dua faktor yakni faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal merupakan sampah kiriman dari hulu, sedangkan faktor internal merupakan sampah yang dibuang oleh warga sekitar.

"Dengan demikian, untuk mengurangi sampah di aliran sungai perlu ada komitmen bersama dan peningkatan kesadaran masyarakat terkait dengan kebersihan sungai," katanya.

Ia mengatakan  sampah yang berhasil dijaring tersebut langsung diangkat, kemudian diamkan untuk mengurangi air sebelum diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kebon Kongok, Kabupaten Lombok Barat.

"Untuk pengangkutan sampah ke TPA, kami sesuaikan dengan volume sampah, sebab kendaraan kami terbatas," katanya.

Ia mengatakan penerapan jaring sampah menggunakan sistem jaring dengan pelampung dari pipa PVC itu menjadi salah satu inovasi yang dilakukan untuk solusi penanganan sampah sungai yang selama ini menjadi masalah di wilayah hilir, sekaligus untuk menangani kebersihan objek wisata pantai yang menjadi muara sungai.

"Selama uji coba di dua lokasi itu, kami akan dilakukan evaluasi secara berkala. Jika dinilai efektif maka sistem itu akan kita digunakan pada sungai lainnya," kata Miftahurrahman.