“Sayuran disimpan di dalam storage yang sama selama enam hari, satu memakai ozon dan satu tidak, nah yang tidak menggunakan ozon mulai coklat dalam waktu enam hari,” kata Prof Nur di Jakarta, Kamis.
Prof. Nur juga mengatakan selain dapat mengawetkan hasil pertanian ketika disimpan dalam jangka waktu yang lama, plasma ozon juga dapat menghilangkan pestisida hingga 95 persen.
Menurutnya, plasma ozon mampu memberikan efek antimikroba yang kuat, membunuh bakteri, jamur, dan patogen lainnya yang dapat menyebabkan degradasi cepat pada produk hortikultura.
“Mencuci sayur itu tidak bisa kita cuci lalu dimasukkan ke dalam storage begitu saja, sebaiknya disiram pakai air ozon maka yang terjadi 95 persen rontok pesisidanya,” kata dia.
Dia menjelaskan bahwa dengan penerapan plasma ozon, para petani dan pelaku industri hortikultura dapat meningkatkan efisiensi penyimpanan pascapanen sambil meminimalkan penggunaan bahan kimia berbahaya.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa plasma ozon tidak hanya menjadi alat yang efektif dalam meningkatkan kualitas hasil panen, tetapi juga membuka pintu bagi pendekatan berkelanjutan dalam manajemen pasca panen, mendukung upaya untuk mencapai ketahanan pangan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Prof. Nur menerangkan pihaknya telah melakukan penelitian mengenai plasma ozon sejak tahun 2017 sampai 2019. Bahkan di tahun 2018 penelitian sempat dilakukan bersama sejumlah peneliti dari negara Thailand dan Vietnam.
“Dalam Asian Project ini, kita dapatkan banyak kehilangan produk (pertanian) kita sampai 40 persen tetapi kalau tahapan-tahapan ini kita lakukan, maka paling tinggal 4 persen yang hilang. Ini saya pikir di sinilah persoalan cukup serius bagi kita semua,” ucap Prof. Nur.
Baca juga: Peneliti sebutkan burung Kuau Raja terancam punah
Baca juga: Peneliti UI masuk top dua persen Scientist Worldwide
Baca juga: Peneliti sebutkan burung Kuau Raja terancam punah
Baca juga: Peneliti UI masuk top dua persen Scientist Worldwide
Dia menyebut saat ini penggunaan plasma ozon telah ditawarkan di berbagai kelompok petani, di antaranya pada petani cabai di wilayah Sumatera Utara, petani brokoli di Jakarta dan Bandung, SOM Fresh organik Jawa Tengah serta di Aspakusa di Boyolali, yang pemasarannya telah tembus ke nasional hingga ekspor ke luar negeri.*