Kemenperin mengembangkan promosi varian cokelat artisan

id Bogor, Kemenperin, cokelat artisan, ekonomi

Kemenperin mengembangkan promosi varian cokelat artisan

Pemimpin perusahaan Pipiltin Cocoa Irvan Helmi saat memaparkan potensi cokelat artisan dari kakao lokal Indonesia yang khas saat diskusi dalam acara kongkow sobat industri dengan tema "mengenal manisnya cokelat lokal" di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/11/2023). (ANTARA/Linna Susanti)

Kota Bogor (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengembangkan promosi varian cokelat artisan atau coklat pilihan lokal Indonesia dengan kekhasan rasa dari 600 varian yang ada tersebar di berbagai wilayah Nusantara. 
 

Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kemenperin Edy Sutopo saat diskusi dalam acara kongkow sobat industri dengan tema "mengenal manisnya cokelat lokal" di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu, mengungkapkan bahwa potensi kakao Indonesia sangat besar dan pesaing industri coklat dunia.

"Jadi sebenarnya kita ini sudah bisa memproduksi final produk untuk cokelat artisan yang tidak kalah mutunya, tidak kalah lezatnya dengan produsen kakao di dunia, katakanlah di Belgia. Contohnya punya Pak Irvan (Pipiltin Cocoa)," katanya. 

Menurut Edy keterlibatan pengusaha muda dari hulu ke hilir industri cokelat lokal dapat meningkatkan potensi perekonomian Indonesia. 

Kemenperin membantu anggaran promosi bagi usaha coklat artisan yang sesuai dengan klasifikasi internasional. 

"Kompetisi itu yang internasional. Kita adu dengan global tentunya mengasah kemampuan kita, akan meningkatkan keahlian kita. Kalau diadu akan terus memicu persaingan. Kemudian kita harapkan ada duta cokelat. Ini kita harapkan dari duta duta cokelat ini berasal dari pejabat atau selebriti," katanya.

Pemimpin perusahaan Pipiltin Cocoa Irvan Helmi menambahkan bahwa kerja pemerintah, pengusaha dan peneliti diperlukan secara sungguh-sungguh untuk memajukan industri coklat lokal Indonesia. 

"Kita itu perlu kerja sama betul untuk mencapai suatu tujuan kita. Makanya challenge nomor 1 kita adalah, apakah kita punya visi yang sama dalam coklat Indonesia?," katanya.

Menurut Irvan, industri cokelat Indonesia dari hulu memiliki tantangan mengenai ketersediaan karena produksi hasil tani kakao per hektare masih cukup rendah.

Sementara, cokelat artisan memiliki kualifikasi kualitas yang tinggi, tidak seperti cokelat olahan industri pada umumnya. 

Di Indonesia telah ada 11 perusahaan pengolahan kakao intermedit seperti kakao leker, coco batter, coco kiek yang menjadi bahan baku untuk produk olahan coklat di Indonesia dengan kapasitas 739 ribu ton per tahun. 

Industri olahan coklat di Indonesia terdapat 900 perusahaan kapasita 442 ribu ton per tahun. Tapi ekspornya masih kecil sekali di bawah 100 juta US dollar, sehingga masih  di posisi 42 dunia. 

Cokelat artisan atau coklat kualitas pilihan, saat ini ada 31 perusahaan dengan kapasitas sekitar 1.242 ton per tahun dan saat ini pangsa pasarnya di dalam negeri sekitar 1,3 persen. Padahal potensinya bisa sampai dengan 10 persen dari total kebutuhan pasar cokelat, karena bahan baku pilihan lebih terbatas lagi.

Baca juga: Ternate kembali melakukan sertifikasi terhadap 175 kilogram cokelat Sulamina
Baca juga: Kemendikbudristek : Mempersembahkan kekayaan seni-budaya di Pergelaran Sabang-Merauke

"Cokelat Indonesia itu lagi tinggi-tingginya permintaan, tetapi ketersediaan malah menurun, karena itu kita perlu bersama-sama, potensi ekonomi cokelat itu tinggi," katanya.