Jiwa wirausaha perlu dikembangkan sejak masa prasekolah

id Aviliani INDEF,sektor UMKM,wirausaha muda

Jiwa wirausaha perlu dikembangkan sejak masa prasekolah

Arsip - Ekonom Indef Aviliani (ANTARA/Dewa Wiguna)

Jakarta (ANTARA) - Ekonom Senior INDEF Aviliani menuturkan untuk meningkatkan jumlah anak muda yang berminat untuk berwiraswasta, jiwa wirausaha perlu dibangun sejak masa prasekolah karena pada periode perkembangan tersebut anak-anak mudah menerima pembelajaran.

“Usia prasekolah itu penting karena saat itu anak bisa menerima apapun yang diajarkan. Jadi, saat itulah kita mengajarkan bagaimana menjadi pelaku wirausaha disertai kemandirian dan kepercayaan diri,” ucap Aviliani saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.

Selain kemandirian dan kepercayaan diri, ia mengatakan bahwa jiwa kepemimpinan, etika, dan budaya keindonesiaan pun perlu diajarkan kepada anak-anak sebagai modal bagi mereka untuk menjadi pelaku wirausaha yang kompeten di masa mendatang.

“Jadi, siapapun bisa memiliki jiwa wirausaha jika sudah dibangun dari kecil,” ujarnya.

Setelah mencetak anak-anak muda yang siap untuk berwirausaha dan membangun sektor UMKM domestik, Aviliani mengatakan langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah memastikan bisnis mereka dapat terus tumbuh.

Menurutnya, cara utama untuk mendukung keberlanjutan usaha tersebut bukan dengan memberikan kredit, namun menciptakan pasar bagi produk-produk yang dihasilkan. Misalnya, setiap kali pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun BUMN atau BUMD menyelenggarakan acara, segala kebutuhan kegiatan tersebut diperoleh dengan membeli produk-produk lokal.

“Sebagian besar kebijakan justru memberikan kredit, pemerintah selama ini fokus pada sisi suplai. Pemerintah seharusnya berfokus pada sisi permintaan, artinya membeli barang-barang UMKM yang ada,” katanya.
Baca juga: Menteri Teten bidik 10 sektor UMKM bisa IPO di bursa
Baca juga: MyRepublic menyasar UMKM lewat literasi digital

Walaupun pemerintah sudah memfasilitasi penyerapan produk-produk UMKM dalam belanja pemerintah melalui E-Katalog, namun Aviliani menyatakan upaya tersebut belum cukup mengingat banyak UMKM yang tidak dapat menampilkan produk mereka dalam katalog tersebut karena tidak memenuhi kriteria.

Ia pun menuturkan bahwa para pelaku UMKM juga membutuhkan pendampingan dan pelatihan agar berbagai produk mereka dapat memenuhi kriteria dan diserap oleh belanja pemerintah.

“Jika memang belum memenuhi syarat, maka perlu dibina dengan mendatangkan tenaga ahli untuk meningkatkan produk UMKM tersebut,” ujarnya.