"Smelter" di NTT Butuh Listrik 80 MW

id Smelter NTT

"Smelter" di NTT Butuh Listrik 80 MW

Direktur Produksi PT Gulf Mangan Group John Woodacre (kiri tiga), mendengarkan pemaparan Direktur Regional Bisnis PLN Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara (JTBN) Djoko R Abumanan (kanan), terkait lokasi pembangkit listrik di Kupang, NTT. (ANTARA

"Lima tahun yang akan datang, mungkin kami akan jadi industri terbesar di NTT"
Lombok Barat (Antara NTB) - Perseroan Terbatas Gulf Mangan Group asal Australia yang sedang membangun "smelter" di Desa Bolok, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, membutuhkan pasokan listrik sebesar 80 megawatt (MW) agar beroperasi normal.

"Kami perlu 20 MW sekarang, tetapi lima tahun akan datang kami perlu 80 MW," kata Chief Operating Officer PT Gulf Mangan Group Paul Robinson, usai melakukan penandatanganan komitmen kerja sama dan Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) dengan PLN di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Selasa.

Smelter adalah fasilitas pengolahan hasil tambang yang berfungsi meningkatkan kandungan logam, seperti timah, nikel, tembaga, emas, dan perak, hingga mencapai tingkat yang memenuhi standar sebagai bahan baku produk akhir.

Untuk tahap awal, kata Robinson, ada dua unit smelter yang akan dibangun dengan kapasitas produksi mencapai 40 ribu ton per tahun. Satu unit mesin memerlukan pasokan energi listrik sebesar 10 MW.

Dua unit smelter yang akan beroperasi pada pertengahan tahun 2018 tersebut membutuhkan tenaga kerja sebanyak 200 orang untuk operasional. Dari jumlah tersebut, sebanyak 170 orang di antaranya merupakan pekerja dari lokal, sisanya sebanyak 30 orang dari provinsi lain dan lima orang ekspatriat.

Menurut dia, jika delapan unit smelter terbangun dalam lima tahun ke depan, maka jumlah tenaga kerja yang akan terserap bisa mencapai 600 orang karena kapasitas produksi bisa mencapai 150 hingga 200 ribu ton per tahun.

Namun, jika ada perusahaan tambang lain yang beroperasi ditambah industri ikutan smelter lainnya, maka diperkirakan jumlah tenaga kerja yang akan terserap mencapai 12.000 orang.

"Lima tahun yang akan datang, mungkin kami akan jadi industri terbesar di NTT," kata Robinson, didampingi Direktur Produksi PT Gulf Mangan Group John Woodacre.

Sementara itu, Direktur Regional Bisnis PLN Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara (JTBN) Djoko R Abumanan, mengatakan pihaknya sudah siap melayani kebutuhan investor asal Australia yang membangun pabrik smelter di Kabupaten Kupang, NTT.

Saat ini, daya mampu di Sistem Kupang, mencapai 106,06 MW, sedangkan beban puncak hanya 78,80 MW, sehingga ada cadangan daya sebesar 27,26 MW.

"Smelter itu butuh pasokan listrik sebesar 20 MW pada tahap awal. Kami siap melayani. Dan kami sudah melakukan penandatanganan perjanjian jual beli yang harus direalisasikan delapan bulan ke depan atau saat pabrik mulai beroperasi," katanya.

Untuk memenuhi total kebutuhan selama lima tahun ke depan, Djoko menegaskan tidak perlu khawatir karena saat ini sedang dilakukan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Kupang Peaker berkapasitas 40 MW. Proyek tersebut berlokasi di Dusun Panaf, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang.

Proyek dengan nilai investasi sebesar Rp700 miliar lebih itu ditargetkan selesai pada November 2018, dengan jumlah tenaga kerja yang akan diserap sebanyak 300 orang.

"Kami siap suplai. Dan kami berharap investor asal Australia itu bisa mengajak yang lainnya berinvestasi di NTT," ujarnya. (*)