Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto menilai komunitas autisme di Tanah Air perlu dikembangkan agar dapat menjadi wadah bagi orang tua dari anak-anak autis untuk bertukar informasi mengenai penanganan kondisi anaknya itu.
"Wadah atau komunitas autisme perlu dikembangkan. Ini bertujuan agar orang tua dapat bertukar informasi untuk menangani kondisi kekhususan anak autisme," kata Edy saat dihubungi di Jakarta, Selasa, menanggapi peringatan Hari Peduli Autisme Sedunia pada 2 April 2024.
Ia pun mengatakan meskipun autisme tidak bisa diobati, kondisi khusus para penyandangnya tetap perlu ditangani secara baik. Misalnya, anak autis yang tidak dapat fokus dapat dibantu oleh orang tuanya untuk berlatih fokus dengan cara bermain musik atau aktivitas fisik lainnya yang dapat meningkatkan kemampuan fokus.
Berikutnya, Edy juga menilai deteksi dini terhadap gejala autisme perlu digalakkan. Menurut dia, fasilitas kesehatan primer dan posyandu dapat membantu orang tua dalam menemukan kasus autisme.
"Menurut ahli, sebagian besar anak dengan autisme dapat menunjukkan gejala sejak sebelum dua tahun, bahkan bisa dicermati sejak usia enam bulan, ketika sudah mampu berinteraksi dengan orang sekitar," kata dia.
Ia mengharapkan pula tenaga kesehatan di puskesmas ataupun kader di posyandu dapat membantu masyarakat memanfaatkan buku KIA secara optimal.
"Tumbuh kembang anak bisa dicatat dalam buku ini. Jika tidak sesuai, maka perlu dipelajari penyebabnya. Kemudian, disarankan untuk ke dokter anak spesialis tumbuh kembang," ujar dia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi 1 dari 160 anak di dunia menderita gangguan spektrum autisme. Menurut data Kementerian Kesehatan, pada periode 2020-2021, ada 5.530 kasus gangguan perkembangan anak, termasuk autisme, yang mendapatkan layanan di puskesmas.*