PT MRT Jakarta (Perseroda) menyatakan akan fokus untuk mengembangkan sistem pembayaran yang mulus
(seamless) untuk memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna sekaligus menekan penggunaan kartu uang elektronik.
"Kita akan terus fokus pada sistem pembayaran, contohnya tadi di Jepang dan Korea, bagaimana mereka menggunakan NFC, RFID, hingga BIBO (Bluetooth In Bluetooth Out) untuk mempercepat proses pembayaran," kata Station Operation & Service Division Head PT MRT Jakarta Muchamad Iqbal Bimo Arifianto di Jakarta, Minggu.
Dalam Talkshow: Digitalisasi dan Integrasi Transportasi Jakarta: Nyaman, Cepat, dan Harga Terjangkau yang digelar dalam rangkaian Jakreatifest 2024, Bimo menjelaskan sistem pembayaran yang mulus diharapkan dapat mengurangi antrean penumpang yang akan masuk atau keluar gerbang tiket.
Ia menuturkan saat ini kerap terjadi penumpukan penumpang dengan antrean lebih dari 6 meter di area gerbang tiket (gate), terutama di stasiun terintegrasi seperti Halte MRT Dukuh Atas.
Antrean yang panjang itu berasal dari antrean proses tapping kartu di gate tiket yang membutuhkan waktu beberapa detik.
"Masalah di kita itu masih banyak antrean. Kami ada standar pelayanan maksimum atau SPM di mana maksimal antrean 6 meter dan itu sudah banyak yang terlewati. Jadi memang ini masalah ticketing menjadi tantangan utama," ungkapnya.
Bimo menjelaskan sepanjang Januari-Mei 2024, total ada 14,91 juta penumpang MRT di mana 66 persen diantaranya masih menggunakan kartu uang elektronik. Sementara itu, ada 19 persen penumpang yang menggunakan kartu uang elektronik yang terintegrasi Jaklingko di periode tersebut.
"Uniknya, kartu uang elektronik dan lainnya itu semakin ke sini memang semakin menurun meski masih menjadi pilihan utama," imbuhnya.
Lebih lanjut, Bimo mengatakan ke depan MRT Jakarta akan mendorong digitalisasi dan kemudahan bagi pengguna agar bisa langsung masuk tanpa terlebih dahulu melakukan pembelian.
Di sisi lain, dorongan untuk beralih ke pembayaran seamless juga dilakukan lantaran ke depan penggunaan kartu uang elektronik semakin mahal.
"Biaya pembuatan kartu itu cukup tinggi dan limitnya saat ini naiknya 100 persen lebih. Saat ini mungkin kalau kita beli e-money harganya Rp25.000, tapi mungkin tahun depan sudah lebih mahal lagi karena terus naik kebutuhan chip-nya, sehingga harganya semakin mahal," katanya.
MRT Jakarta saat ini melayani sistem pembayaran tunai, kartu, aplikasi seluler serta server based berupa QR mesin penjualan tiket. Adapun ke depan, pembayaran mulus diharapkan bisa diterapkan dengan penggunaan teknologi NFC, RFID, BIBO, sehingga aliran penumpang di gate bisa berjalan lancar tanpa tersendat.