Istanbul (ANTARA) - Direktur eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan mereka "menghentikan" pengiriman bantuan kemanusiaannya yang melalui dermaga terapung buatan Amerika Serikat (AS) di lepas pantai Gaza karena kekhawatiran terhadap keselamatan staf menyusul insiden pada Sabtu.
"Kami berhenti sejenak karena saya khawatir dengan keselamatan staf kami setelah insiden kemarin (Sabtu)," kata Cindy McCain pada Minggu malam dalam sebuah wawancara dengan CBS News.
Sembari mencatat bahwa dua gudang mereka "diserang roket" pada Sabtu, dia mengatakan: "Jadi, kami mundur sejenak untuk memastikan bahwa kami berada dalam kondisi aman dan di tempat yang aman sebelum kami mulai kembali."
Dia menambahkan bahwa mereka melakukan "segala" yang mereka bisa di wilayah utara dan selatan. Komando Pusat AS pada 7 Juni mengatakan bahwa mereka membangun kembali dermaga sementara di lepas pantai Gaza yang pecah akibat gelombang laut pada akhir bulan lalu.
Presiden AS Joe Biden memerintahkan pembangunan jalur laut untuk mengirimkan bantuan makanan dan bantuan lain kepada warga Palestina pada 8 Maret di tengah pembatasan Israel dan berbulan-bulan konflik di daerah kantong tersebut.
Baca juga: Pesawat Hercules TNI AU tiba usai misi kemanusiaan di Palestina
Baca juga: Bantuan kemanusiaan didistribusikan ke korban gempa di Bawean
Joint Logistics Over the Sea (JLOTS) - dermaga terapung dan dermaga Trident - mulai beroperasi pada 17 Mei ketika truk yang membawa bantuan kemanusiaan mulai melakukan pengiriman ke Gaza melalui dermaga tersebut.
Israel melanjutkan serangan brutalnya di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober meski resolusi Dewan Keamanan PBB menuntut gencatan senjata segera. Lebih dari 37.100 warga Palestina di Gaza, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas, dan lebih dari 84.700 lainnya luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap akses makanan, air bersih, dan obat-obatan. Israel dituding melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang dalam putusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, di mana lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum mereka diserang pada 6 Mei.
Sumber: Anadolu