13 Ton Sampah Hasil Pendakian di Rinjani

id Sampah Rinjani

13 Ton Sampah Hasil Pendakian di Rinjani

Seorang sukarelawan memilah jenis sampah yang diturunkan dari kawasan Gunung Rijani ke Pos BTNGR Resort Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, NTB. (ANTARA NTB/Awaludin)

"Sampah-sampah tersebut tersebar di sepanjang jalur pendakian, tempat peristirahatan, lokasi berkemah, sekitar puncak gunung"
     Mataram (Antara NTB) - Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, mencatat volume sampah yang dihasilkan dari aktivitas pendakian sepanjang 2016 mencapai 13.058,05 kilogram atau 13 ton lebih.
    
     "Relatif banyaknya sampah di atas gunung seiring meningkatnya jumlah wisatawan yang melakukan pendakian," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) R Agus Budi Santosa, di Mataram.
    
     Data Balai TNGR tercatat jumlah wisatawan yang melakukan pendakian Gunung Rinjani di Pulau Lombok, pada 2010 mencapai 13.956 orang. Angka tersebut meningkat menjadi 93.018 orang pada 2016 atau naik sebesar 666,51 persen.

Khusus pada 2016, hampir 100 ribu orang yang melakukan pendakian terdiri atas wisatawan domestik sebanyak 62.171 orang, sedangkan turis asing sebanyak 30.847 orang. Semuanya membawa barang bawaan yang berpotensi menjadi sampah.

Lebih lanjut, Agus menyebutkan dari hasil rekapitulasi penanganan sampah di TN Gunung Rinjani, sampah yang paling banyak mendominasi adalah jenis plastik air minum dalam kemasan, kemasan makanan dan kresek sebesar 28,08 persen. Di susul bahan kaleng air minum kemasan, makanan kemasan dan gas "portable" sebesar 3,85 persen.

Sampah jenis lainnya berupa botol kaca air minum dalam kemasan sebesar 2,11 persen, baju, kaos kaki dan tisu sebesar 0,95 persen, sandal dan sepatu (karet) 1,05 persen, kardus 5,22 persen, sampah organik (bahan memasak) sebesar 47,40 persen dan sampah jenis lainnya 11,33 persen.

"Sampah-sampah tersebut tersebar di sepanjang jalur pendakian, tempat peristirahatan, lokasi berkemah, sekitar puncak gunung dan sekitar OD taman wisata alam di jalur pendakian," ujarnya.

Dengan adanya persoalan sampah tersebut, Balai TNGR sudah merancang dan menyusun rencana kegiatan pengelolaan sampah serta memberikan pedoman bagi pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah di dalam kawasan.

Agus menambahkan upaya membangun kesadaran bersama dan sinergitas program antar para pihak terkait dalam pengelolaan sampah di objek wisata TNGR juga sudah dilakukan.

Selain itu, memberikan rekomendasi atau arahan bagi pengelolaan sampah di objek wisata TNGR.

"Kami juga berupaya meningkatkan kesadaran pengunjung, pelaku wisata, masyarakat dan pihak terkait lainnya dalam upaya pengelolaan sampah di jalur pendakian," kata Agus. (*)