Mataram (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai inflasi tahunan Nusa Tenggara Barat pada Agustus 2024 sebesar 2,01 persen dengan indeks harga konsumen mencapai 105,77 poin.
Kepala BPS Nusa Tenggara Barat Wahyudin di Mataram, Senin, mengatakan, angka inflasi tahunan pada Agustus 2024 mengalami pertumbuhan 0,1 persen bila dibandingkan data Juli 2024 yang tercatat sebesar 1,91 persen.
"Kelompok pengeluaran yang memberikan andil inflasi terbesar adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 5,71 persen," ujarnya.
Wahyudin memaparkan, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya tersebut memberikan sumbangan inflasi tahunan sebesar 0,33 persen.
Komoditas yang dominan menyumbang inflasi tahunan adalah emas perhiasan sebesar 0,36 persen dan pasta gigi 0,01 persen.
"Harga emas sekarang memang sedang naik. Ini tidak hanya berlaku di NTB, tetapi juga seluruh Indonesia," kata Wahyudin.
Baca juga: BPS catat tingkat inflasi di NTB sebesar 1,91 persen pada Juli 2024
Kelompok pengeluaran yang selanjutnya menyumbang inflasi besar adalah makanan, minuman, dan tembakau mencapai 2,74 persen.
Subkelompok yang mengalami inflasi tahunan tertinggi adalah rokok dan tembakau sebesar 6,36 persen.
Pada Agustus 2024, kelompok itu memberikan sumbangan inflasi tahunan sebesar 1 persen. Tiga komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah beras sebesar 0,56 persen, sigaret kretek mesin 0,17 persen, dan cabai rawit sebesar 0,14 persen.
Wahyudin mengungkapkan, saat rilis data statistik pada 1 Agustus 2024 lalu, pihaknya telah menyampaikan ada indikasi beras mengalami kenaikan tetapi belum masuk lima besar skala provinsi hanya di Kabupaten Sumbawa.
"Sekarang ini beras sudah masuk sebagai andil inflasi lima terbesar untuk NTB," paparnya.
Baca juga: BI NTB perluas kerja sama antardaerah untuk pengendalian inflasi
Kelompok pengeluaran yang ikut andil menyumbang angka inflasi tahunan di NTB adalah kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,18 persen; kelompok penyedia makanan dan minuman sebesar 2,10 persen; serta kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,62 persen.
Adapun kelompok pengeluaran transportasi menyumbang inflasi tahunan sebesar 1,49 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,03 persen; serta kelompok kesehatan sebesar 0,93 persen.
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Lalu Gita Ariadi meminta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk mencermati data statistik inflasi yang diterbitkan oleh BPS mengingat ada perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW pada pertengahan September 2024.
Menurutnya, perayaan Maulid Nabi di NTB dapat berlangsung selama sebulan berpotensi mengerek harga komoditas terutama bahan pokok di daerah itu.
Baca juga: Jokowi beri penghargaan untuk NTB dan Kota Mataram TPID terbaik Indonesia
Berita Terkait
Inflasi capai 0,17 persen, Ekonomi di NTB tumbuh melambat
Rabu, 2 Oktober 2024 13:16
Mobilitas wisatawan nusantara di NTB capai 1,23 juta orang
Selasa, 1 Oktober 2024 16:43
BPS: Pisang jadi penyumbang inflasi di NTB
Selasa, 1 Oktober 2024 16:35
BPS NTB ungkap tantangan yang dihadapi ekonomi kreatif
Senin, 30 September 2024 18:43
Impor NTB Agustus 2024 naik 59,28 persen
Selasa, 17 September 2024 18:21
Penjualan kapal mendongkrak nilai ekspor non tambang di NTB
Selasa, 17 September 2024 17:03
Ekspor di NTB pada Agustus 2024 naik 115,10 persen
Selasa, 17 September 2024 16:01
Program "Desa Cinta" dikembangkan di Lombok Utara
Kamis, 12 September 2024 17:28