Program tiga juta rumah membangun manusia berkualitas

id kemenpera,tiga juta rumah,perumahan,perumahan rakyat,manusia berkualitas Oleh Lucky Akbar *)

Program tiga juta rumah membangun manusia berkualitas

Pengendara sepeda motor melintas di jalan salah satu perumahan subsidi di Kota Serang, Banten, Jumat (18/10/2024). Pemerintahan Prabowo-Gibran mencanangkan program pembangunan tiga juta rumah setiap tahun di pedesaan, perkotaan hingga daerah pesisir sebagai upaya menyediakan rumah terjangkau dan layak huni untuk masyarakat. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/tom.

Jakarta (ANTARA) - Pembangunan perumahan merupakan salah satu sektor strategis dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Kementerian yang menangani penyediaan perumahan rakyat dalam nomenklatur Kabinet Merah Putih bernama Kementerian Perumahan dan Kawasan Pemukiman/Kemenpera, memiliki berbagai program untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Salah satunya adalah Program Pembangunan Tiga Juta Rumah. Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap tempat tinggal yang layak dan terjangkau, sehingga berkontribusi pada pembangunan manusia berkualitas di Indonesia.

Dalam konteks pembangunan manusia, program ini berperan dalam meningkatkan kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, dan produktivitas masyarakat.

Sejalan dengan hal tersebut, Kemenpera terus menggelorakan semangat gotong royong untuk menyukseskan pembangunan rumah untuk rakyat dalam program pembangunan tiga juta unit rumah dimaksud.

Pemerintah juga membuka seluas-luasnya kesempatan semua pihak, baik kementerian atau lembaga pemerintah, pemerintah daerah, TNI, Polri, badan usaha milik negara (BUMN), sektor swasta, serta masyarakat luas untuk ikut berpartisipasi dalam menyukseskan pembangunan rumah di Indonesia.


Teori Pembangunan

Teori pembangunan sering kali menekankan pentingnya peran infrastruktur dan kualitas hidup dalam meningkatkan kesejahteraan manusia. Salah satu teori yang relevan adalah Teori Pembangunan Manusia oleh Amartya Sen, yang menganggap pembangunan bukan hanya sebagai pertumbuhan ekonomi, tetapi juga sebagai peningkatan kebebasan individu untuk mencapai potensi penuh mereka dalam berbagai dimensi, termasuk pendidikan, kesehatan, dan kualitas hidup yang layak.

Dalam konteks ini, program pembangunan perumahan memainkan peran penting dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan individu untuk berkembang, baik secara fisik, mental, maupun sosial.

Dalam teori pembangunan berkelanjutan, yang banyak dikembangkan oleh para ahli, seperti Jeffrey Sachs dan Mario Molina, fokusnya adalah pada pencapaian keseimbangan antara pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Program tiga juta rumah dapat dilihat sebagai bagian dari upaya pembangunan yang berkelanjutan, karena bertujuan menyediakan rumah yang ramah lingkungan, memperbaiki akses terhadap fasilitas dasar, serta memperkuat ekonomi lokal melalui pembangunan infrastruktur dan perumahan.


Tujuan dan implementasi

Program Tiga Juta Rumah dimulai pada tahun 2015 dengan tujuan untuk membangun tiga juta unit rumah dalam lima tahun. Program ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah, yang masih kesulitan untuk memperoleh tempat tinggal yang layak. Rumah yang dibangun dalam program ini termasuk rumah sederhana sehat (RSR), rumah susun, dan rumah swadaya.

Ada beberapa tujuan utama dari program ini. Pertama, meningkatkan akses masyarakat terhadap perumahan. Pembangunan tiga juta rumah ditujukan untuk mengurangi backlog (keterlambatan) perumahan di Indonesia.

Berdasarkan data dari Kementerian Perumahan dan Kawasan Pemukiman, Indonesia masih menghadapi kekurangan sekitar 11 juta rumah. Program ini bertujuan untuk memberikan solusi terhadap kekurangan tersebut, sekaligus menyediakan rumah yang layak dan terjangkau bagi keluarga berpenghasilan rendah.

Kedua, meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Salah satu dimensi kualitas hidup yang sangat penting adalah tempat tinggal. Rumah yang layak dan sehat merupakan syarat dasar untuk mendukung aktivitas sehari-hari, termasuk menjaga kesehatan dan menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi anak-anak.

Ketiga, mendorong pembangunan ekonomi lokal. Proyek pembangunan rumah memberikan dampak langsung terhadap perekonomian lokal. Aktivitas konstruksi menciptakan lapangan kerja, baik bagi pekerja konstruksi maupun sektor terkait, seperti manufaktur bahan bangunan dan sektor jasa lainnya. Selain itu, pembangunan infrastruktur perumahan juga berpotensi meningkatkan akses terhadap pasar, pendidikan, dan layanan kesehatan.

Keempat, mendukung keseimbangan sosial dan ekonomi. Pembangunan perumahan yang terencana dengan baik juga mendukung integrasi sosial, mengurangi ketimpangan, dan memperbaiki akses terhadap fasilitas dasar, seperti air bersih, listrik, dan sanitasi.


Hasil riset

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa program pembangunan perumahan yang terencana dapat membawa dampak positif terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.

Sebuah studi oleh World Bank (2018) tentang perumahan dan pembangunan di negara-negara berkembang menunjukkan bahwa investasi dalam pembangunan perumahan memiliki hubungan yang erat dengan peningkatan produktivitas, pengurangan kemiskinan, dan kesejahteraan sosial. Program-program perumahan yang mengutamakan keterjangkauan dan kualitas dapat memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat secara signifikan.

Selain itu, riset dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas, 2019) menunjukkan bahwa kualitas tempat tinggal sangat memengaruhi kesehatan masyarakat. Rumah yang sehat dan aman dapat mengurangi angka penyakit menular, sementara rumah yang tidak layak dapat meningkatkan angka kemiskinan dan memperburuk masalah sosial.

Dalam konteks Indonesia, studi yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada (2020) menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam menyediakan rumah terjangkau dapat meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak yang tinggal di rumah tersebut, karena mereka memiliki lingkungan yang lebih stabil dan nyaman. Selain itu, program rumah murah dapat mengurangi kesenjangan sosial antara masyarakat kaya dan miskin, serta mengurangi urbanisasi yang tidak terkendali.

Meskipun program Tiga Juta Rumah memiliki potensi besar, terdapat sejumlah tantangan dalam implementasinya.

Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan anggaran dan pembiayaan. Banyak masyarakat yang membutuhkan perumahan masih kesulitan untuk membayar biaya konstruksi, meskipun ada subsidi dari pemerintah.

Tantangan lainnya adalah masalah regulasi dan perizinan yang kadang-kadang memperlambat proses pembangunan. Selain itu, kesulitan dalam pengadaan lahan yang strategis dan terjangkau juga menjadi hambatan dalam mencapai target pembangunan rumah.

Program Pembangunan Tiga Juta Rumah yang digagas oleh Kementerian Perumahan dan Kawasan Pemukiman Indonesia merupakan salah satu langkah strategis dalam mendukung pembangunan manusia berkualitas.

Baca juga: Penyediaan hunian butuh gotong royong

Melalui penyediaan rumah yang layak dan terjangkau, program ini berperan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengurangi kemiskinan, dan mendorong pembangunan sosial-ekonomi yang berkelanjutan. Namun, untuk mencapai hasil yang optimal, dibutuhkan upaya lebih lanjut dalam mengatasi berbagai kendala yang ada, termasuk masalah pembiayaan, regulasi, dan ketersediaan lahan.

Dalam jangka panjang, kesuksesan program ini akan bergantung pada kemampuan pemerintah untuk berkolaborasi dengan sektor swasta dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pembangunan manusia secara holistik.

Baca juga: Baznas dirikan fasilitas kesehatan gratis Rumah Sehat

Hal ini juga sebagaimana arahan Presiden Prabowo Subianto agar permasalahan perumahan bagi rakyat Indonesia sebisa mungkin dapat diselesaikan dengan baik. Sebab, masyarakat sangat membutuhkan dukungan kebijakan serta pelaksanaan pembangunan rumah layak huni secara cepat dan nyata.