Rohmi-Firin keberatan sikap KPU NTB terkait keributan di debat terakhir
Mataram (ANTARA) - Tim hukum pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur nomor urut 1, Sitti Rohmi Djalilah-W Musyafirin atau Rohmi-Firin menyampaikan keberatan dengan sikap Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Nusa Tenggara Barat yang memperlakukan pendukung mereka saat insiden keributan pada debat pamungkas Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur NTB yang berlangsung di Balroom Hotel Lombok Raya, Rabu (20/11) malam.
Ketua Tim Hukum Rohmi-Firin, Herman Soeranggana memandang perlakuan yang diterima para pendukung Rohmi-Firin dari KPU NTB kurang humanis selama pelaksanaan debat kandidat terakhir.
"Ini mesti menjadi pembelajaran bagi semua pihak, karena jangan sampai pada pencoblosan 27 Nopember 2024, tindakan yang kurang demokratis itu terulang kembali," ujarnya pada wartawan di Mataram, Kamis.
Baca juga: KPU: Keributan di debat terakhir Cagub/Cawagub NTB akibat miskomunikasi
Ia mengingatkan dalam pesta demokrasi semua harus di hormati hak menyampaikan pilihannya. Oleh karenanya, bahwa ada insiden keributan saat debat kandidat terakhir itu, pihaknya memandang ada perlakuan yang kurang adil oleh KPU NTB terhadap pendukung paslon nomor 1 dengan yang lainnya.
"Kami melihat langsung pendukung 02 dan 03 juga sama-sama bergairah, sampai naik-naik bangku, tapi tidak ditegur. Artinya kami memandang perlakuan yang kurang adil dan kurang humanis antara satu dengan lainnya," kata Herman Soeranggana dudampingi anggota tim hukum Sahrul Mustofa, Koordinator pendukung Rohmi-Firin Leoni Diani dan M Ihsanul Wathony, Hendro dan Nando.
Untuk itu, ia kembali mengingatkan KPU NTB untuk bersikap adil. Karena dirinya tidak ingin pesta demokrasi yang sudah berjalan bagus ini ternodai dengan tindakan-tindakan yang kurang pantas.
Senada dengan itu, Anggota Tim Hukum Sahrul Mustofa, menyatakan pada prinsipnya penyelenggaraan pilkada salah satu asasnya adalah penyelenggara pemilu (KPU, red) harus berlaku adil.
"Adil ini adil bagi semua pihak, melayani semua, jujur dan sebagainya," ujar Sahrul.
Baca juga: Debat terakhir, Tiga Cagub NTB paparkan strategi majukan seni budaya
Ia menghargai upaya-upaya KPU dalam menjaga debat itu bisa berlangsung secara tertib dan teratur. Begitu pun sebaliknya tim pendukung paslon 1 berusaha maksimal untuk mentaati apa yang menjadi aturan main dalam proses debat tersebut.
"Tapi kalau mau berlaku adil mestinya hal yang sama juga diberlakukan terhadap pendukung lain. Karena "real" yang kami lihat di lapangan itu ada yang naik sampai bangku, bahkan sampai ditegur moderator. Tapi itu dibiarkan begitu saja oleh KPU, memang ini terkesan sepele, tetapi berakit proses perlakuan yang tidak adil," sesalnya.
Menurutnya instrumen petugas pengamanan adalah bagian dari KPU. Oleh karena itu seharusnya KPU membimbing tidak boleh melakukan upaya intimidasi apalagi melakukan kekerasan dalam forum debat. Karena apa forum tersebut merupakan forum demokratis, semua orang bisa menyampaikan pendapatnya dan pendukung menyampaikan yel-yel-nya.
"Dan semua melakukan hal yang sama tetapi kenapa ketika pendukung 01 yel-yel diberlakukan kekerasan. Kami bisa saja melaporkan ini secara hukum tapi kami menghargai KPU. Untuk itu kami berharap karena menjelang pencoblosan, kasus semacam ini tidak terulang lagi dan menjadi evaluasi ke depan," katanya.
Baca juga: Debat terakhir, Tiga Cagub NTB paparkan strategi atasi masalah sosial
Sementara itu Ihsanul Wathony, membantah insiden saat debat kandidat bukan insiden antar pendukung, sehingga kalau ada yang "memframing" bahwa pendukung Rohmi-Firin arogan, adalah keliru.
Justru dirinya menceritakan kejadian itu bukan saat debat calon berlangsung, melainkan saat jeda istirahat. Di mana di jeda itu salah satu pendukung mereka melakukan yel-yel kemudian di halangi untuk maju ke depan. Ketika di halangi ada tindakan yang membuat pendukung tersebut terjatuh.
"Itulah yang kami protes, loh kenapa berlebihan begitu. Kita bisa membawa ini ke ranah hukum, tapi kami tidak akan lakukan itu. Tapi kami minta akui saja ada insiden itu. Meski kami dan petugas sudah saling meminta maaf. Jadi masih banyak lagi yang lain ketika kami keluar melalui pintu itu nggak boleh tapi calon lain boleh usai debat itu," ucapnya.
Ichan sapaannya berharap ini bisa menjadi catatan KPU sebagai bahan evaluasi. Karena bagaimanapun mereka sangat menghargai dan menghormati pihak lain.
"Jadi tidak ada maksud kami merusak suasana debat. Kami sangat menjaga itu biar tertib. Sekali lagi langkah ini untuk kita saling mengingatkan, karena ini bukan satu kali di alami tim Rohmi-Firin, tapi sudah kejadian berulang-ulang, mari kita saling menghormati dan menghargai," katanya.
Baca juga: Kemarin, debat paslon terakhir, Unram kukuhkan guru besar hingga program air bersih di Bima
Ketua Tim Hukum Rohmi-Firin, Herman Soeranggana memandang perlakuan yang diterima para pendukung Rohmi-Firin dari KPU NTB kurang humanis selama pelaksanaan debat kandidat terakhir.
"Ini mesti menjadi pembelajaran bagi semua pihak, karena jangan sampai pada pencoblosan 27 Nopember 2024, tindakan yang kurang demokratis itu terulang kembali," ujarnya pada wartawan di Mataram, Kamis.
Baca juga: KPU: Keributan di debat terakhir Cagub/Cawagub NTB akibat miskomunikasi
Ia mengingatkan dalam pesta demokrasi semua harus di hormati hak menyampaikan pilihannya. Oleh karenanya, bahwa ada insiden keributan saat debat kandidat terakhir itu, pihaknya memandang ada perlakuan yang kurang adil oleh KPU NTB terhadap pendukung paslon nomor 1 dengan yang lainnya.
"Kami melihat langsung pendukung 02 dan 03 juga sama-sama bergairah, sampai naik-naik bangku, tapi tidak ditegur. Artinya kami memandang perlakuan yang kurang adil dan kurang humanis antara satu dengan lainnya," kata Herman Soeranggana dudampingi anggota tim hukum Sahrul Mustofa, Koordinator pendukung Rohmi-Firin Leoni Diani dan M Ihsanul Wathony, Hendro dan Nando.
Untuk itu, ia kembali mengingatkan KPU NTB untuk bersikap adil. Karena dirinya tidak ingin pesta demokrasi yang sudah berjalan bagus ini ternodai dengan tindakan-tindakan yang kurang pantas.
Senada dengan itu, Anggota Tim Hukum Sahrul Mustofa, menyatakan pada prinsipnya penyelenggaraan pilkada salah satu asasnya adalah penyelenggara pemilu (KPU, red) harus berlaku adil.
"Adil ini adil bagi semua pihak, melayani semua, jujur dan sebagainya," ujar Sahrul.
Baca juga: Debat terakhir, Tiga Cagub NTB paparkan strategi majukan seni budaya
Ia menghargai upaya-upaya KPU dalam menjaga debat itu bisa berlangsung secara tertib dan teratur. Begitu pun sebaliknya tim pendukung paslon 1 berusaha maksimal untuk mentaati apa yang menjadi aturan main dalam proses debat tersebut.
"Tapi kalau mau berlaku adil mestinya hal yang sama juga diberlakukan terhadap pendukung lain. Karena "real" yang kami lihat di lapangan itu ada yang naik sampai bangku, bahkan sampai ditegur moderator. Tapi itu dibiarkan begitu saja oleh KPU, memang ini terkesan sepele, tetapi berakit proses perlakuan yang tidak adil," sesalnya.
Menurutnya instrumen petugas pengamanan adalah bagian dari KPU. Oleh karena itu seharusnya KPU membimbing tidak boleh melakukan upaya intimidasi apalagi melakukan kekerasan dalam forum debat. Karena apa forum tersebut merupakan forum demokratis, semua orang bisa menyampaikan pendapatnya dan pendukung menyampaikan yel-yel-nya.
"Dan semua melakukan hal yang sama tetapi kenapa ketika pendukung 01 yel-yel diberlakukan kekerasan. Kami bisa saja melaporkan ini secara hukum tapi kami menghargai KPU. Untuk itu kami berharap karena menjelang pencoblosan, kasus semacam ini tidak terulang lagi dan menjadi evaluasi ke depan," katanya.
Baca juga: Debat terakhir, Tiga Cagub NTB paparkan strategi atasi masalah sosial
Sementara itu Ihsanul Wathony, membantah insiden saat debat kandidat bukan insiden antar pendukung, sehingga kalau ada yang "memframing" bahwa pendukung Rohmi-Firin arogan, adalah keliru.
Justru dirinya menceritakan kejadian itu bukan saat debat calon berlangsung, melainkan saat jeda istirahat. Di mana di jeda itu salah satu pendukung mereka melakukan yel-yel kemudian di halangi untuk maju ke depan. Ketika di halangi ada tindakan yang membuat pendukung tersebut terjatuh.
"Itulah yang kami protes, loh kenapa berlebihan begitu. Kita bisa membawa ini ke ranah hukum, tapi kami tidak akan lakukan itu. Tapi kami minta akui saja ada insiden itu. Meski kami dan petugas sudah saling meminta maaf. Jadi masih banyak lagi yang lain ketika kami keluar melalui pintu itu nggak boleh tapi calon lain boleh usai debat itu," ucapnya.
Ichan sapaannya berharap ini bisa menjadi catatan KPU sebagai bahan evaluasi. Karena bagaimanapun mereka sangat menghargai dan menghormati pihak lain.
"Jadi tidak ada maksud kami merusak suasana debat. Kami sangat menjaga itu biar tertib. Sekali lagi langkah ini untuk kita saling mengingatkan, karena ini bukan satu kali di alami tim Rohmi-Firin, tapi sudah kejadian berulang-ulang, mari kita saling menghormati dan menghargai," katanya.
Baca juga: Kemarin, debat paslon terakhir, Unram kukuhkan guru besar hingga program air bersih di Bima