Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI) menilai, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) sinyal positif bagi sektor perbankan ke depannya.
“Sinyal BI menurunkan suku bunga 0,25 (persen) itu sudah bagus banget. Itu berarti sinyal (positif) bahwa banyak hal lah. Pasti impact-nya positif,” kata Direktur Utama BNI Royke Tumilaar usai acara BNI Investor Daily Round Table di Jakarta, Rabu.
Meskipun demikian, Royke berharap penurunan BI Rate ini turut diikuti dengan penurunan suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
“Saya berharap sih sebenarnya suku bunga SRBI juga agak turun sedikit,” ujarnya.
Royke juga berharap, belanja pemerintah lebih tinggi di awal tahun ini.
Sebab, apabila pemerintah meningkatkan belanja maka akan ada aliran dana ke masyarakat yang meningkatkan likuiditas di pasar.
Hal ini akan mempengaruhi penurunan bunga SRBI.
Baca juga: Senator Evi Apita : Himbara jangan persulit pengajuan kredit untuk masyarakat
“Makanya saya berharap spending pemerintah juga tinggi di awal tahun, di awal ini. Terus SRBI juga bisa dikecilkan sedikit, bunganya diturunkan, itu akan banyak," katanya.
Lebih lanjut, Royke mengatakan bahwa penurunan BI Rate tidak akan terlalu berdampak signifikan terhadap kredit BNI.
Baca juga: Polres Bima dan BPKP tuntaskan pemeriksaan saksi kasus korupsi dana KUR
Ia juga belum dapat memastikan kapan suku bunga Kredit Perumahan Rakyat (KPR) bakal turun.
“Belum. Kita belum bisa lihat itu, nanti lihat (bunga KPR), kan itu reference ratenya BI,” imbuhnya.