Ankara (ANTARA) - Jepang dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sepakat untuk meningkatkan kerja sama di sektor industri pertahanan di tengah tantangan keamanan yang ditimbulkan oleh perang Rusia-Ukraina serta sikap “semakin agresif” China, demikian menurut laporan Kyodo News, Rabu.
Kesepakatan itu dicapai dalam pertemuan antara Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba dan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte di Tokyo. Kerja sama tersebut mencakup pengembangan teknologi mutakhir berdaya guna ganda, yang dapat diaplikasikan baik untuk keperluan sipil maupun militer.
Menteri Pertahanan Jepang Gen Nakatani, dalam pembicaraan dengan Rutte sehari sebelumnya, menyampaikan minat Tokyo untuk berpartisipasi dalam komando NATO untuk misi di Ukraina yang berbasis di Jerman — sebuah langkah yang menandai peningkatan signifikan dalam hubungan Jepang dengan aliansi tersebut.
Baca juga: Sekjen NATO tegaskan perlu perkuat Ukraina
Rutte, yang tengah melakukan kunjungan selama dua hari di Jepang, mengatakan pada Selasa bahwa peran Tokyo semakin "penting" di tengah pengawasan NATO terhadap ekspansi militer China yang “cepat.”
Laporan tahun lalu menyebutkan bahwa NATO tengah mempertimbangkan untuk membuka kantor pertamanya di kawasan Asia, dengan Tokyo sebagai lokasi potensial. Pada Januari lalu, Jepang juga telah meluncurkan misi perwakilan untuk NATO di Brussels.
Baca juga: Menteri Pertahanan Jerman Boris tolak usul kenaikan anggaran pertahanan NATO
China dan Korea Utara telah memperingatkan kehadiran NATO di kawasan, menuduh aliansi itu berupaya membentuk “NATO versi Asia.” Jepang sendiri merupakan satu-satunya anggota G7 yang tidak menjadi bagian dari NATO.
Sumber: Anadolu