Mataram (ANTARA) - Pasar Dasan Agung di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat masih tetap eksis bagi masyarakat urban walau kini keberadaan pasar tradisional tersebut kian digempur modernitas.
"Kami terus berupaya menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman agar pasar tradisional tidak tertinggal," kata Kepala Pasar Dasan Agung, Ahmad Amin saat ditemui di Mataram, Rabu.
Berada di jantung ibu kota Nusa Tenggara Barat, Pasar Dasan Agung tidak hanya menjadi pusat jual beli kebutuhan pokok melainkan juga ruang sosial yang mempertemukan pedagang, pembeli, dan pengelola dalam suasana yang khas pasar tradisional.
Selain sebagai pusat perdagangan rakyat, Pasar Dasan Agung juga menjadi simbol kebersamaan dan ruang hidup ekonomi lokal di Kota Mataram.
Ahmad mengatakan salah satu langkah penyesuaian yang dilakukan agar sesuai dengan kaum urban adalah menerapkan sistem pembayaran digital.
Menurutnya, saat ini sekitar 60 persen pedagang di Pasar Dasan Agung sudah menggunakan sistem pembayaran berbasis QRIS.
"Kami selalu melakukan pendekatan dari hati ke hati agar pedagang mau beradaptasi, karena tidak semua terbiasa dengan teknologi,” ujar Ahmad.
Baca juga: Disdag koordinasi atasi kenaikan harga daging ayam di Mataram
Selain digitalisasi, pengelola pasar juga menyiapkan berbagai program untuk mempererat hubungan antar pedagang dan pengelola.
Pasar Dasan Agung tahun ini berencana menggelar rekreasi pedagang sebagai agenda tahunan sekaligus mengadakan perayaan Maulid Nabi di lingkungan pasar.
Ahmad mengungkapkan pihaknya ingin pasar tradisional bukan hanya tempat jual beli, tetapi juga ruang silaturahmi antar pedagang dan pengelola.
Strategi lain yang sedang disiapkan adalah menjadikan Pasar Dasan Agung sebagai pasar ganda, yakni pasar tradisional pada pagi dan sore hari dan pasar kuliner pada malam hari.
Lokasi pasar yang berada di tengah ikon Kota Mataram dinilai strategis untuk menghadirkan suasana baru sekaligus mendukung UMKM lokal.
"Kami bekerja sama dengan Bank NTB Syariah, ada program tukar uang receh dan pojok NTB agar pedagang lebih mudah mencairkan hasil transaksi digital," ucap Ahmad.
Kebersihan dan keamanan menjadi prioritas di Pasar Dasan Agung. Para petugas kebersihan membersihkan area pasar sebanyak dua kali sehari.
Pedagang bernama Sirot menuturkan keberadaan Pasar Dasan Agung memberikan ruang usaha yang lebih layak.
"Berdagang di pasar hasilnya memang tidak besar sekadar cukup makan. Tempat yang disediakan pemerintah sudah sangat membantu, seperti lapak yang nyaman dan disediakan bak sampah untuk masing-masing pedagang," kata Sirot.
Baca juga: Pasar Karang Lelede masih relevan bagi masyarakat urban di Mataram
Ia mengapresiasi pengelola pasar yang menyediakan penataan lapak yang lebih bersih dan rapi. Meski begitu, Sirot berharap penataan ke depan bisa lebih baik sesuai dengan jenis dagangan.
"Kalau jualan jajanan dikelompokkan sendiri, kalau piring dan alat rumah tangga juga ditata lebih bagus lagi," celetuknya.
Pasar Dasan Agung masih memiliki daya tarik di mata para pembeli lantaran menyediakan kebutuhan pokok yang lengkap dari mulai bahan makanan hingga jajanan tradisional.
"Dibandingkan dengan supermarket, pasar ini lebih lengkap, harganya terjangkau, dan produk lokalnya banyak,” kata konsumen bernama Dwi.
Dwi mengaku merasa aman dan nyaman berbelanja di Pasar Dasan Agung. Ia berharap pengelolaan pasar bisa ditingkatkan agar menjadi lebih tertata.
"Kalau bisa dikembangkan juga jadi pusat kuliner seperti di kota-kota besar, pasti lebih ramai, ada soto, sate, dan makanan khas lain," pungkas Dwi.
Baca juga: Harga naik bikin minat konsumen kurangi belanja beras di Mataram
Baca juga: Pembangunan los pasar ikan bersih di Mataram dilelang Rp550 juta
