Jakarta (ANTARA) - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak masyarakat untuk memahami pondok pesantren secara utuh dan kultural, menyusul adanya narasi yang bersifat menyudutkan dari salah satu stasiun televisi swasta.
“Saya merasa sangat kaget dan prihatin dengan pemberitaan yang menempatkan pesantren secara negatif,” ujar Nasaruddin Umar di Jakarta, Rabu.
Tayangan memuat narasi satir, di antaranya menyebut bahwa “santri minum susu saja harus jongkok.” Potongan tayangan tersebut menuai kritik luas karena dianggap melecehkan tradisi kesantunan pesantren dan merendahkan penghormatan santri kepada kiai.
Gelombang protes datang dari masyarakat dan komunitas pesantren, termasuk Pondok Pesantren Lirboyo, yang mendesak pihak stasiun televisi menarik tayangan, menyampaikan permintaan maaf terbuka, serta melakukan klarifikasi langsung kepada para pengasuh pesantren.
Baca juga: Dianggap hina kiai dan pesantren, PBNU tempuh jalur hukum soal tayangan Expose Trans7
Pihak Trans Media juga telah menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada publik dan kepada para kiai Pesantren Lirboyo.
Menag meminta semua pihak untuk menjaga marwah pondok pesantren dan menghindari narasi yang bersifat stigma, apalagi pesantren telah berabad-abad menjadi bagian penting dari sejarah dan peradaban Bangsa Indonesia.
Menurut dia, pesantren adalah benteng moral bangsa yang telah melahirkan generasi ulama, pemimpin, dan tokoh nasional.
“Sekian ratus tahun pondok pesantren berkiprah mendidik manusia Indonesia agar menjadi masyarakat yang beradab, hingga mengkristal dalam nilai kemanusiaan yang adil dan beradab,” ujar Menag.
Baca juga: Ketua PBNU ajak santri & warga NU jangan kecil hati soal penghinaan pesantren
Pesantren, kata dia, bukan sekadar lembaga pendidikan agama, tetapi juga pusat pembentukan moral, karakter, dan kemanusiaan.
Menurut Menag, tradisi memaafkan sangat kuat dalam budaya pesantren, sehingga dia yakin para kiai dan santri juga akan memaafkan.
“Ya, saya kira itu yang sangat penting buat kita. Mudah-mudahan ini pembelajaran buat kita semua,” kata dia.
Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut menyampaikan dirinya hari ini juga akan bertolak ke Jawa Timur untuk bersilaturahmi dengan sejumlah pondok pesantren.
“Saya hari ini akan ke Jawa Timur juga untuk bertemu dengan beberapa pondok pesantren,” kata dia.
Baca juga: Viral tagar boikot Trans7, Publik diingatkan pahami konteks budaya pesantren
Pondok pesantren, menurut Menag, bukan hanya lembaga pendidikan agama, tetapi juga pusat pembentukan karakter dan keadaban sosial. Jasa pondok pesantren bagi negeri juga tidak dapat disepelekan.
Sejak ratusan tahun lalu, pesantren berperan besar dalam membentuk masyarakat Indonesia yang santun, taat, dan beradab. Kepercayaan masyarakat terhadap pesantren juga semakin meningkat.
“Tradisi pesantren mengajarkan kesantunan murid kepada kiai. Dari situ lahir budaya hormat anak kepada orang tua, yang kemudian berimbas pada rakyat yang berbakti kepada pemimpinnya,” kata dia.
Baca juga: Lirboyo dan cermin kearifan pesantren Nusantara
Ia menambahkan, keseimbangan antara rakyat yang santun dan pemimpin yang berwibawa merupakan cerminan nilai-nilai yang tumbuh di lingkungan pesantren.
“Di mana ada rakyat yang santun, di sana biasanya ada pemimpin yang berwibawa. Dan di mana ada pemimpin yang berwibawa, di sana ada rakyat yang santun. Suasana kebatinan seperti inilah yang dibentuk oleh pondok pesantren,” kata Menag.
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Dari Lirboyo, kita belajar arti kebijaksanaan
Baca juga: Ketika siaran televisi menjadi kekerasan simbolik
