Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Kebudayaan (Wamenbud) Giring Ganesha Djumaryo mengemukakan bahwa gelaran Panggung Maestro ke-9 menjadi salah satu momentum spesial berkat kehadiran sang ibunda yang turut menyaksikan penampilan para maestro asal Bali dan Sumatra Barat.
Giring mengemukakan bahwa sang ibu, Irmawaty Djumaryo memiliki darah minang sehingga pada gelaran kali ini diakuinya memiliki keterikatan dengan keluarganya.
"Tamu super spesial yaitu ibu saya. Kebetulan ibu saya kan orang Pasaman. Jadi saya orang Pasaman," katanya saat ditemui usai gelaran Panggung Maestro ke-9 di Jakarta, Rabu.
Ia bahkan mengakui bahwa jarang mengajak sang ibunda pergi ke acara yang berkaitan dengan kebudayaan, namun rupanya dalam gelaran kali, sang ibunda turut diundang panitia. Momentum menyaksikan karya para maestro asal Sumatra Barat, menurutnya menjadi momentum mengingat kenangan akan kampung halaman.
"Hari ini spesial sekali karena biasanya kita pulang kampuang basamo gitu ya, tapi hari ini kita bisa membawa kampuangnya ibu saya ke Jakarta," ujarnya lagi.
Panggung Maestro IX adalah pergelaran seni pertunjukan tradisi Nusantara yang dipersembahkan oleh Yayasan Bali Purnati bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Museum Cagar Budaya, dan Museum Nasional Indonesia.
Baca juga: Maestro dongeng Bali Pekak Taro sebut cerita bekal tidur sarat nilai karakter
Panggung Maestro pertama diselenggarakan pada bulan Juli 2023 dan edisi kesembilan pada 28-29 Oktober 2025 di Museum Nasional Indonesia. Panggung Maestro kali ini menghadirkan maestro seni tradisi dari Bali dan Sumatera Barat.
Dari Bali, menghadirkan penampilan tari Gambuh Batuan oleh maestro I Made Djimat (83 tahun), I Wayan Bawa (60 tahun) serta Ni Wayan Sekarini (61 tahun).
Baca juga: Kesadaran intelektual dan maestro politik militer
Sementara dari Sumatera Barat menghadirkan kesenian sakral Gondang Baroguang dengan maestro Asmar (82 tahun), maestro tari piring dan suluah dan solok Asnimar (82 tahun), maestro Dendang Ernawati atau Tek E (66 tahun), maestro saluang yakni M.Halim atau Mak Lenggang (63 tahun), mastro tari buai-buai yakni Masri (71 tahun).
