Tajuk ANTARA NTB - Langit baru pariwisata NTB

id Tajuk ANTARA NTB,Langit baru ,pariwisata NTB,rute penerbangan,bandaera lombok,NTB

Tajuk ANTARA NTB - Langit baru pariwisata NTB

Sejumlah penumpang tiba di terminal kedatangan Bandara Internasional Lombok di Praya, Lombok Tengah, NTB, Sabtu (26/7/2025). Menurut data PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok menerima dua permintaan penerbangan tambahan (extra flight) rute Jakarta-Lombok guna mengakomodir lonjakan penumpang ke Lombok saat berlangsung Festival Olahraga Masyarakat Nasional (Fornas) VIII pada 26 Juli hingga 1 Agustus 2025 di NTB. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/rwa. (ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI)

Mataram (ANTARA) - Langit Nusa Tenggara Barat (NTB) tampaknya akan lebih sibuk dari sebelumnya.

Dalam beberapa bulan terakhir, sederet kabar baik datang berturut-turut, mulai dari pembukaan rute Lombok-Labuan Bajo, Lombok-Waingapu, dan Lombok-Tambolaka hingga penjajakan penerbangan langsung ke Perth, Jeddah, dan bahkan Turki.

Di balik deru mesin pesawat yang mulai lebih sering terdengar di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (Bizam), tersimpan optimisme besar bahwa NTB tengah meneguhkan dirinya sebagai simpul konektivitas baru di kawasan timur Indonesia.

Langkah ini bukan semata soal pesawat yang datang dan pergi. Pembukaan rute baru adalah sinyal bahwa NTB sedang memperluas napas ekonominya. Pariwisata, perdagangan, hingga layanan logistik bertumpu pada satu hal yang sama, yakni kemudahan akses.

Tanpa konektivitas yang efisien, keindahan pantai Mandalika, tenun Sembalun, atau panorama Gunung Tambora hanya akan jadi cerita yang terpisah dari dunia luar.

Karena itu, Pemerintah Provinsi NTB tampak memahami logika itu. Di bawah kepemimpinan Gubernur Lalu Muhamad Iqbal, strategi penguatan rute udara menjadi agenda prioritas.

Lombok diupayakan menjadi hub penerbangan untuk wilayah tengah dan timur Indonesia, bukan hanya sebagai gerbang wisata semata, melainkan juga poros penting bagi pergerakan manusia dan arus barang yang menghubungkan berbagai daerah di kawasan timur nusantara.

Selama bertahun-tahun, konektivitas udara menjadi titik lemah pariwisata NTB. Wisatawan mancanegara umumnya harus transit di Bali atau Jakarta sebelum menjejakkan kaki di Lombok, membuat biaya dan waktu perjalanan membengkak. Kini arah itu mulai berubah.

Bandara Lombok tak lagi sekadar pelengkap wisata Bali, tetapi tampil sebagai destinasi mandiri. Pembukaan rute domestik seperti Lombok-Kupang dan Lombok-Labuan Bajo memperkuat jalur timur Indonesia yang sebelumnya terpecah.

Di sisi lain, penjajakan rute ke Perth dan Jeddah menunjukkan visi yang lebih jauh: menghubungkan NTB dengan dua pasar potensial, yakni wisatawan Australia dan jamaah umrah.

Aktivitas penerbangan di NTB kini menunjukkan geliat yang semakin terasa. Jumlah penumpang di bandara terus bertambah dari bulan ke bulan, menandakan mobilitas wisatawan dan pelaku usaha mulai pulih.

Setiap rute baru membawa efek berantai: hotel-hotel kembali terisi, warung makan ramai oleh pengunjung, dan sektor UMKM ikut menggeliat mengikuti denyut baru pariwisata yang kian hidup. Namun, langit yang cerah juga menyimpan awan tebal.

Infrastruktur darat masih menjadi pekerjaan rumah besar. Akses dari bandara menuju kawasan wisata utama seperti Mandalika dan Sembalun belum sepenuhnya lancar, sementara integrasi transportasi darat dan laut antarpulau juga belum optimal.

Tantangan lainnya adalah keberlanjutan ekonomi setiap rute. Tidak semua jalur penerbangan baru mampu bertahan lama. Banyak rute di daerah lain berhenti beroperasi karena keterisian rendah atau biaya tinggi.

Karena itu, pemerintah perlu memastikan setiap pembukaan rute didukung riset pasar dan kebijakan yang realistis. Promosi lintas negara pun harus diperkuat.

Pembukaan rute internasional tidak otomatis mendatangkan wisatawan mancanegara. NTB harus menonjolkan identitas lokal seperti wisata halal, alam yang menakjubkan, dan budaya yang autentik agar tampil menonjol di tengah ketatnya persaingan global.

Konektivitas udara sejatinya bukan sekadar urusan transportasi, tetapi bagian dari strategi pembangunan daerah. Setiap rute baru perlu diikuti dengan penguatan infrastruktur pendukung, peningkatan kualitas SDM pariwisata, dan kebijakan ramah investasi.

Bandara Lombok bisa diarahkan menjadi simpul logistik regional, sementara Bandara Salahuddin di Bima yang kini mencatat lonjakan penumpang juga layak ditingkatkan kapasitasnya.

Pemerintah bersama maskapai bisa menjalin pola kerja sama yang saling menguntungkan, termasuk insentif fiskal bagi rute baru dan promosi bersama lintas sektor.

Akhirnya, pembukaan rute penerbangan baru di NTB bukan sekadar cerita tentang pesawat yang mendarat lebih sering, tetapi tentang mimpi besar untuk menjadikan NTB semakin terhubung dengan dunia.

Konektivitas adalah fondasi kemajuan, yang menghubungkan manusia, membuka peluang usaha, dan memperluas cakrawala wisata.

Namun, konektivitas hanya akan bermakna apabila diikuti dengan kesiapan infrastruktur di darat, mulai dari ketersediaan jalan yang memadai, pelabuhan yang efisien, transportasi umum yang terintegrasi, hingga layanan wisata yang ramah dan berkualitas.

NTB telah membuka langitnya, kini tugas berikutnya memastikan bahwa dari langit itu, kesejahteraan benar-benar turun ke bumi.

Baca juga: Tajuk ANTARA NTB: Banjir dan ujian mitigasi di tanah Bima-Dompu
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - NTB dan ujian kemandirian fiskal di tahun sulit 2026
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Pahlawan dari Tanah Samparaja
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Tangis anak di Bumi Seribu Masjid
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Debu dan jejak integritas di lintasan motocross
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Samota di tikungan integritas
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Menyelamatkan gili dari sengketa
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Superhub Bali-NTB-NTT, Dari wacana ke aksi

Pewarta :
Editor: Abdul Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.