Tajuk ANTARA NTB - Superhub Bali-NTB-NTT, Dari wacana ke aksi

id Tajuk ANTARA NTB,Superhub Bali-NTB-NTT,Dari wacana ke aksi,bali,NTB,NTT,wisata Oleh Abdul Hakim

Tajuk ANTARA NTB - Superhub Bali-NTB-NTT, Dari wacana ke aksi

Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Muhamad Iqbal (tengah) Gubernur Bali I Wayan Koster (kiri) dan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Emanuel Melkiades Laka Lena (kanan) berbincang-bincang untuk memperkuat hubungan kerja sama tiga provinsi di Bali, Senin (3/11/2025). ANTARA/Pemprov NTB. (1)

Mataram (ANTARA) - Kerja sama tiga provinsi, yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT), kini tengah disiapkan dalam kerangka besar untuk membangun kawasan superhub pariwisata dan ekonomi kreatif nasional.

Langkah ini menjadi tonggak penting dalam upaya mewujudkan pemerataan pembangunan dari barat ke timur Indonesia. Namun, tantangan di lapangan menunjukkan bahwa perjalanan menuju mimpi besar ini tidak akan mudah.

Selama bertahun-tahun, pembangunan ekonomi dan pariwisata Indonesia masih bertumpu di wilayah barat.

Bali telah lama menjadi etalase pariwisata dunia, tetapi tekanan pembangunan yang berlebihan membuatnya menghadapi risiko over-pariwisata.

Di sisi lain, NTB dan NTT yang memiliki potensi besar justru masih tertinggal dalam hal infrastruktur, konektivitas, dan kapasitas sumber daya manusia.

Kesenjangan ini menciptakan pemandangan timpang, yakni satu wilayah terlalu padat dikunjungi, sementara wilayah lain masih menunggu untuk dilihat.

Dalam konteks itulah, konsep superhub hadir bukan sekadar untuk menambah destinasi baru, melainkan untuk membangun poros selatan Indonesia sebagai kawasan pertumbuhan baru.

Kesepakatan Bali, NTB dan NTT yang akan segera ditandatangani diharapkan menjadi momentum untuk memecah dominasi pembangunan di satu titik dan menyebarkannya secara lebih merata.

Tantangan besar masih menanti. Konektivitas antar pulau menjadi isu paling mendesak. Jalur udara dan laut antara Bali, Lombok, Sumbawa, dan Flores belum efisien, sehingga perjalanan wisata terpadu masih sulit terwujud.

Pembangunan pelabuhan penyeberangan yang modern dan penerbangan antarpulau dengan rute reguler perlu menjadi prioritas. Tanpa itu, mimpi integrasi hanya berhenti di peta.

Selain infrastruktur fisik, kesiapan sumber daya manusia (SDM) juga menjadi kunci. Pariwisata masa depan menuntut tenaga kerja yang tidak hanya ramah dan terampil, tetapi juga memahami nilai keberlanjutan.

NTB dengan potensi sport tourism dan halal tourism, serta NTT dengan kekuatan wisata bahari dan budaya, membutuhkan strategi pengembangan SDM terpadu yang mampu mengelola potensi lokal dengan standar global.

Sinergi ekonomi kreatif pun tidak kalah penting. Industri kecil dan menengah di ketiga provinsi harus disatukan dalam rantai nilai yang saling menguatkan.

Produk kerajinan, kuliner, dan seni lokal dapat menjadi penggerak ekonomi baru bila terhubung dengan ekosistem pariwisata yang sehat.

Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk membangun jembatan antara pelaku lokal dan pasar wisata internasional.

Namun, ambisi besar ini tidak boleh menafikan aspek lingkungan. Pulau-pulau kecil di kawasan selatan Indonesia adalah aset yang rapuh. Setiap langkah pembangunan harus memperhatikan daya dukung lingkungan.

Regulasi zonasi wisata perlu ditegakkan agar keindahan alam tidak terkikis oleh eksploitasi tanpa kendali. Keberlanjutan adalah fondasi, bukan pelengkap.

Superhub pariwisata sejatinya adalah ujian kedewasaan bangsa dalam menata arah pembangunan. Bila dikelola dengan komitmen dan sinergi nyata, kawasan Bali, NTB, dan NTT dapat menjadi model pemerataan baru, yakni ekonomi tumbuh tanpa merusak alam, modernitas berjalan tanpa meninggalkan akar budaya.

Namun jika visi ini hanya berhenti pada seremoni dan perjanjian di atas kertas, maka mimpi besar dari timur hanya akan menjadi gema yang perlahan hilang di balik gelombang pembangunan yang tak berimbang.

Indonesia kini dihadapkan pada pilihan penting, yaitu melanjutkan kebiasaan menunda masa depan atau berani menapaki jalan baru menuju keadilan pembangunan.

Dari timur, sebuah langkah kecil bisa menyalakan arah besar bangsa, asalkan dijalankan dengan kesungguhan dan tidak berhenti pada tataran wacana semata.

Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Ketika Mandalika melahirkan juara
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Kenaikan tarif dan ujian tata kelola Rinjani
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Museum NTB, Menenun masa lalu dan masa depan
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Sinyal yang hilang, Saatnya digital menyentuh setiap sudut NTB
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Menjemput keadilan akademik di NTB
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Reforma Agraria NTB, Menyemai harapan di tanah sendiri
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Anak muda NTB dan jalan baru diplomasi investasi global



COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.