Mataram (ANTARA) - Wakil Gubernur (Wagub) Nusa Tenggara Barat (NTB) Indah Dhamayanti Putri meminta puskesmas meningkatkan pemantauan terhadap kelompok paling rentang mengalami masalah kesehatan yaitu balita dan lansia.
"Perhatian pemerintah harus menjangkau hingga pelosok, termasuk memastikan penanganan stunting tidak hanya berpaku pada data yang ada, tetapi juga mencakup data yang belum tercatat atau berpotensi error," ucapnya di Mataram, Senin.
Indah mengatakan puskesmas merupakan gerbang utama layanan kesehatan di kota dan kabupaten, sehingga harus mampu mencerminkan pola hidup sehat bagi masyarakat.
Baca juga: Sebanyak 19.420 balita jadi sasaran imunisasi heksavalen di Lombok Tengah
Ia menegaskan puskesmas harus mampu mengembangkan layanan kesehatan agar bisa menjangkau masyarakat yang lebih luas.
"Puskesmas tidak hanya menjadi tempat pelayanan kesehatan, tetapi dapat dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan masyarakat, seperti pengobatan gratis, pengecekan kesehatan rutin, hingga olahraga bersama," ucap Wagub NTB tersebut.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa memiliki anak dengan berat kurang atau tengkes bukanlah aib. Kondisi itu justru menjadi tantangan bagi keluarga untuk lebih sabar dan memberikan perhatian khusus.
Sentuhan kasih sayang dan kalimat positif dari orang tua, menurutnya, sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Para ibu muda harus terus belajar menyempurnakan diri sebagai perempuan, istri, dan pendidik generasi bangsa.
Baca juga: NTB meluncurkan LiLA Keluarga untuk cegah balita wasting
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di NTB mencapai 29,8 persen pada tahun 2024. Jumlah itu mengalami peningkatan sebanyak 5,2 persen jika dibandingkan angka tahun 2023 yang hanya mencapai 24,6 persen.
NTB menempati peringkat enam sebagai daerah dengan angka stunting terbanyak secara nasional. Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur menyumbang jumlah kasus tertinggi yang masing-masing sebanyak 35,3 persen dan 33 persen.
