Mataram (ANTARA) - Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Nusa Tenggara Barat bersama istri Gubernur NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah bertemu Duta Besar Rusia untuk Indonesia, YM Lyudmila Georgievna Vorobieva untuk membahas peluang kerjasama beasiswa putra putri asal provinsi itu di negara tersebut sebut.
Dalam pertemuan di Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Kamis, LPP NTB dan Hj. Niken dalam kapasitasnya sebagai ketua TP PKK dan Ketua Dekranasda NTB, juga turut serta mendiskusikan beragam potensi kerja sama antara Provinsi NTB dengan Rusia. Mulai dari kerja sama di bidang pendidikan, kebudayaan, hingga peluang kerjasama kota kembar (sister city).
"Kami saat ini punya program beasiswa pendidikan anak-anak NTB, ke banyak negara di dunia. Kami sudah mengirimkan 237 mahasiswa-mahasiswi S1 hingga S3 ke sejumlah negara seperti Polandia, Cina dan Malaysia per September ini. Dan akan terus menyusul lebih banyak kedepannya. Oleh karenanya dari pertemuan ini, saya pikir sebuah peluang besar untuk bisa menjajaki potensi beasiswa ke Rusia," ujar Hj. Niken, dihadapan Dubes Rusia.
Menurut Hj. Niken, kuantitas dan kualitas universitas di Rusia yang tinggi, menjadi alasan mengapa tim beasiswa LPP NTB tertarik untuk mengirim anak-anak NTB, ke negeri beruang putih itu.
"Banyaknya kampus berkualitas di Rusia dikenal telah melahirkan inventor-inventor di berbagai bidang teknologi kelas dunia, menjadi daya tarik bagi kami. Selain itu juga terkait disiplin ilmu pertanian dan kebudayaan yang cukup maju dan bagus di sejumlah kampus ternama di Rusia, membuat kami semakin yakin untuk membuka jalan kerjasama di banyak bidang, selain pendidikan," terang Hj. Niken.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, YM Lyudmila mengaku merasa tersanjung, rombongan dari Provinsi NTB tahu begitu banyak soal Rusia, terutama terkait pendidikan, pertanian dan kebudayaannya.
"Saya merasa terkejut sekaligus tersanjung bahwa Rusia begitu dikenal di NTB, terutama di bidang pendidikan," ucapnya.
Lyudmila mengatakan, memang banyak universitas di Rusia yang menerima mahasiswa-mahasiswi dari berbagai negara lain, termasuk dari Asia. Contohnya pelajar dari Malaysia ada sekitar tiga ribu orang yang sedang belajar, di berbagai kampus di Rusia, berbasis skema komersial.
Sementara untuk Indonesia, sejauh ini, terdapat kuota sekitar 100 mahasiswa berbasis beasiswa yang belajar di Rusia.
"Dalam konteks program beasiswa NTB, peluang dan kesempatan untuk NTB sangat terbuka lebar," ujar Dubes Lyudmila.
Bahkan, tambah Dubes Lyudmila, kerja sama tidak hanya terbatas mengirimkan mahasiswa NTB belajar di Rusia. Bisa saja melalui pertukaran belajar mengajar antara pelajar, dosen, hingga profesor Rusia dan NTB, maupun kerja sama bidang penelitian antar kampus. Potensi kerjasama di multisektor mulai dari bidang akademik, kebudayaan hingga pertanian.
"Bahkan ada mahasiswa-mahasiswi dari Kuba yang belajar pertanian di banyak kampus di Rusia. Dari sana, potensi pertukaran kebudayaan pun terjadi sehingga turunan dari bidang pendidikan begitu banyak. Kesempatan-kesempatan seperti itu sangat realistis untuk kita buka juga dengan NTB. Tidak ada yang tak mungkin," kata Glinkin Vitaly, Counsellor Kedubes Rusia sekaligus Direktur Pusat Ilmu dan Kebudayaan Rusia di Jakarta yang juga hadir dalam pertemuan.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris LPP NTB, Sri Hastuti mengatakan, dari pertemuan awal itu akan ditindaklanjuti secepatnya. LPP NTB akan segera berkoordinasi dengan Pusat Ilmu dan Kebudayaan Rusia di Jakarta, untuk menentukan mekanisme kerja sama dan juga seleksi kampus-kampus di Rusia, yang memiliki potensi menjadi tujuan belajar para penerima beasiswa NTB.
"Kami berharap melalui sistem, skema dan mekanisme yang tepat, resmi dan ideal dapat segera merealisasikan peluang kerja sama ini secepat mungkin. Ibu Dubes Rusia dan jajarannya sangat terbuka terhadap niat dan rencana kami. Kampus-kampus di Rusia pun juga banyak yang menyediakan kuota beasiswa untuk pelajar asing, sebagaimana tadi disebutkan. Apalagi biaya hidup di Rusia termasuk relatif terjangkau. Kami optimis akan segera ada pelajar NTB yang kuliah mengambil tingkat S1 hingga Doktoral (S3) di Rusia," terang Sri Hastuti.
Sebagaimana diketahui, hingga saat ini sudah ada 89 mahasiswa-mahasiswi NTB yang berburu gelar S1 hingga S3 di Polandia dan Cina. Per September 2019, akan bertambah lagi 148 anak-anak muda NTB yang belajar di 18 kampus di Malaysia.
Berita Terkait
UMP NTB 2025 ditetapkan sebesar Rp2,6 juta
Kamis, 12 Desember 2024 3:34
Menteri PPMI sebut 90 persen kasus PMI akibat berangkat secara ilegal
Rabu, 11 Desember 2024 19:51
Polisi diminta usut dugaan jual beli proyek di Dikbud NTB
Rabu, 11 Desember 2024 17:03
Pasokan pangan di NTB stabil saat Nataru 2024
Selasa, 10 Desember 2024 19:40
Mensos tinjau operasi katarak RS Harapan Keluarga Mataram
Senin, 9 Desember 2024 21:01
Mensos Gus Ipul serahkan sejumlah bantuan di NTB
Senin, 9 Desember 2024 16:45
UMP NTB 2025 naik sebesar Rp2,6 juta
Jumat, 6 Desember 2024 22:19
Pemprov berharap kenaikan UMP NTB jadi Rp2,6 juta diterima semua pihak
Jumat, 6 Desember 2024 22:16