ACT-MRI bagikan makanan kepada warga Mataram tergusur

id ACT MRI,pengungsi,Pondok Perasi,Kota Mataram

ACT-MRI bagikan makanan kepada warga Mataram tergusur

Relawan ACT-MRI Nusa Tenggara Barat mengunjungi lokasi pengungsian yang tergenang air hujan di Kelurahan Bintaro, Kota Mataram, Kamis (2/1/2020). (ANTARA/Awaludin)

Mataram (ANTARA) - Relawan Aksi Cepat Tanggap dan Masyarakat Relawan Indonesia (ACT-MRI) Nusa Tenggara Barat membagikan makanan kepada warga Pondok Perasi, Kota Mataram, yang bertahan di lokasi pengungsian karena tergusur dari rumahnya setelah kalah sengketa di pengadilan.

"Kondisi eks warga Pondok Perasi yang berada di pengungsian sangat memprihatinkan. Ini membuat kami untuk terus berikhtiar membantu semampu kami mencukupi kebutuhan warga," kata Wawan, salah seorang relawan ACT-MRI yang ditemui saat membagikan nasi bungkus untuk makan siang pengungsi di tanah lapang Kelurahan Bintaro, Mataram, Kamis.

Menurut dia, curah hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur sejak malam perayaan Tahun Baru 2020 membuat lokasi pengungsian tergenang air.

Air hujan juga menggenangi tenda-tenda pengungsian. Semua perabotan dan perlengkapan rumah tangga yang mereka bawa ke tenda darurat ikut terendam sehingga mengakibatkan para pengungsi sulit untuk menyiapkan kebutuhan makanan sehari-hari.

"Kondisi seperti itu juga mengancam kesehatan warga lanjut usia dan balita yang juga ikut mengungsi di tenda darurat. Semoga dalam waktu dekat kami bisa mengadakan pemeriksaan kesehatan juga di lokasi ini," ujar Wawan.

Sementara itu, pengungsi yang rata-rata berprofesi sebagai nelayan mengaku kesulitan menyesuaikan diri untuk tinggal di lokasi pengungsian. Apalagi di tengah hujan yang mengguyur Mataram setiap hari sejak sebulan terakhir.

Solihin salah seorang yang warga yang tinggal di tenda darurat mengatakan, hujan yang turun hampir setiap hari membuat tenda-tenda tergenang air. Banyak warga yang sudah lanjut usia diungsikan sementara ke lokasi yang aman.

"Kami takut akibat curah hujan yang tinggi membuat genangan semakin parah," tutur Solihin sambil menunjukkan kondisi genangan air setinggi mata kaki orang dewasa yang menggenangi area pengungsian.

Pemerintah Kota Mataram membangun tenda pengungsian di tanah lapang seluas 8.000 meter persegi di Kelurahan Bintaro, sebelum hunian sementara (huntara) rampung dibangun untuk 83 kepala keluarga yang tergusur dari rumahnya.

Selama itu juga, pemerintah kota memastikan kondisi dan kebutuhan dasar warga nelayan di pengungsian bisa terpenuhi. Seperti, air bersih, dapur umum, toilet mobile, kesehatan, termasuk untuk kebutuhan pangan.